K16

42 3 1
                                    

Sejak tadi Revan tak beranjak dari tempatnya. Ia hanya minta untuk di berikan bubur untuk Daisy yang masih belum sadar dan roti untuk dirinya serta minum pada sahabatnya. Sebelum mengusir mereka begitu pun dengan ke tiga sahabat Daisy yang di usirnya.

"Kalian semua mending pergi. Sebentar lagi jam istirahat bunyi" usirnya "kalian juga. Jangan lupa ijin kan ke guru piket begitu dia sadar, gue yang akan antar pulang" apa yang di katakannya itu sukses membuat mereka yang berada di sana bengong.

"Lo bertiga gak mau kan kena hukum lagi?" tanyanya pada sahabat Daisy yang di jawab gelengan oleh mereka.

Sebelumnya dokter Anisa menyampaikan kalau Daisy baik baik saja. Dia hanya kekurangan cairan. Perutnya dalam keadaan kosong di tambah dengan kepala yang terkena benturan bola membuatnya syok dan tak sadarkan diri. Untuk itu beliau menyarankan agar Daisy di infus untuk menstabilkan kondisi tubuhnya.

"Tunggu sampai infusnya habis baru boleh pulang" ucap dr. Anisa sebelum meninggalkan mereka.

Daisy tak sadarkan diri sudah lebih dari dua jam. Revan yang menunggu sampai tertidur di kursi samping Daisy berada. Dengan kepala yang di letakan di samping kepala Daisy dan tangan yang terus menggenggam tangan Daisy.

Author : pingsan apa tidur kok lama amat Des? (Ssst.. Jan berisik lo thor. Terserah gue lah tor. Ngantuk gue, biar gak belajar mending lanjut pingsan) wkwkwk👌😄😄😄✌

Daisy menggliat. Kepalanya terasa pusing. Ia mengedarkan pandangan ke sebelah kiri dan melihat ada selang infus di sana yang menancap pada tangan kirinya.

Tangan kanannya ingin memegang kepalanya yang rasanya berdenyut membuatnya pusing.

"Kenapa tangan gue rasanya kebas susah di gerakin" ucapnya pelan. Matanya melirik ke tangan sebelah kanan yang terasa kebas itu.

"Tangan siapa in-" ucapnya terhenti dengan kepala yang lagi-lagi terbentur "Awwh" rintihnya.

Apa yang di lakukannya itu sukses membuat Revan panik dan terbangun dari tidurnya dengan kepala yang lumayan nyut nyutan akibat berbenturan dengan kepala Daisy.

"Lo ga papa" Revan bertanya dari wajah terlihat jelas ada ke panikan disana.

"Pusing" ucapnya memegang kepala "Laper" lanjutnya. Matanya yang hitam bulat itu entah kenapa membuat Revan tenang saat melihatnya.

Revan yang sempat kawatir kini tersenyum melihat gadis di depannya. Dia mengacak-acak rambut Daisy pelan untuk menyalurkan rasa gemasnya.

"Kenapa sih! Orang lagi pusing malah di acak acak rambutnya, tambah pusing" kata Daisy dengan tangan yang merapikan rambut panjang nya akibat cowok di hadapannya itu.

"Berantakan kan jadinya" Daisy protes dan mecebikan bibir.

"Iya. Baru sadar langsung bilang laper" jawab Revan

"Terus!... Orang tadi pagi gak sempat sarapan. Sekarang jam 12.24 udah sing waktunya makan jadi wajar aja kalau perut gue keroncongan" Daisy menjawab dengan mata yang di arahkan ke jam yang menempel di dinding klinik.

"Iya. Itu berarti dua jam lebih lo berada di sini" Revan menjawab tanpa memperhatikan Daisy. Pandangannya hanya pada kresek yang berada di tangannya yang di ambilnya dari atas nakas.

"WHATTT...! Selama itu?" tanyanya tak percaya.

"Hitung aja sendiri" jawab Revan, tangannya menyuapi Daisy dengan roti miliknya.

Sebenarnya Revan ingin memberikan bubur padanya, namun karena Daisy yang terlalu lama sadar membuat bubur yang sudah di belikan dingin. "Untung belum di makan" ucapnya dalam hati.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang