K19

31 3 1
                                    


"Pantes di luar ada mobil dan banyak motor. Ternyata sedang ada tamu??" ujar pak Bagas.

Pak Bagas yang melihat di halaman rumahnya ada beberapa kendaraan membuatnya mencari pemiliknya. Dia melihat anak dan istrinya sedang makan bersama beberapa remaja yang masih memakai seraga sekolah seperti milik anaknya.

"Ayah sudah pulang?" bunda bangkit menyalami dan menggandeng suaminya. Mengajak makan bersama.

"Sore om" jawab mereka

"Iya. Lanjutkan makannya. Om juga laper, boleh ikut gabungkan" tanyanya meminta persetujuan.

"Tentu om" jawab mereka

"Mereka belum pada makan siang. Pulang sekolah langsung nengokin Daisy" ujarnya memberitahu sang suami. Membuat suaminya melirik anaknya.

"Kamu kenapa Dek?" tanya pak Bagas kawatir pada Daisy. Sebagai seorang ayah ia kawatir mendengar anaknya sakit.

"Ga papa yah.. Cuma kelelahan aja makanya ijin pulang cepet" kata Daisy tak ingin membuat ayahnya yang baru pulang kerja kawatir.

"Bohong Om. Daisy pingsan disekolah pas kita di hukum" Afra langsung memberitahu insiden saat di sekolah lebih rinci.

"Ohh jadi kamu lupa ga ngerjain tugas dan mendapat hukuman hemm.." pak Bagas menjewer telinga Daisy. Mereka yang berada di sana tertawa melihatnya.

"Sakittt.. Lagi makan ini" protes Daisy.

"Udah Yah, kasian Daisy. malu ada nak Revan.. Makanya Kamu kalau di bilangin jangan bandel" lerai bunda menengahi sekaligus menggoda. Membuat Daisy memamyunkan bibir.

Orang tua Daisy sangat ramah. Mereka tipe orang tua yang asik di ajak bicara. Meski berbeda usia namun mereka mampu menempatkan posisi seperti teman seumuran.

"Ngomong-ngomong mana yang akan jadi mantu om. calon untuk putri om" kata pak Bagas.

Rendra Andra dan Alvaro sengaja mengacungkan tangan. Mereka berniat untuk menggoda Revan.

Revan yang sedang minum membuatnya tersedak "uhhk uhuk uhuk"

"Kenapa sob?" tanya Rendra tersenyum jahil.

"Gak" jawab Revan ketus.

"Ayah paan sih! Sekolah belum selesai ngomongin gituan, masih lama kali" jawab Daisy malu-malu.

Sebenarnya pak Bagas sudah tau tentang Revan. Istrinya itu sempat memberi tahunya. Ia hanya sengaja ingin menggoda pemuda yang lebih pendiam ketimbang yang lain.

"Ya ga apa-apa. Kan buat jaga-jaga barangkali ga ada yang mau sama anak Ayah, Ayah kan bisa cari kandidat lain!" Daisy yang mendengarnya menggeleng.

"Nak Revan, kamu tidak tertarik sama anak om?"

Revan yang mendapat pertanyaan mendadak bingung untuk menjawabnya. Dia hanya menggaruk tengkukny yang sebenarnya tak gatal. Apa yang di lakukannya sukses membuat mereka semua tertawa

"Hahahaha"

"Pfttttt.. Hahahaha"

"Baru kali ini pentolan Archellia bingung menjawab pertanyaan" ucap Alvaro

Mulai saat ini mereka semua tahu bawa Revan sang ketua dari Hlaza ternyata tak se-menakutkan apa yang orang di luaran sana katakan. Mereka tak seperti orang yang baru berteman. Entah karena mereka semua termasuk orang yang mudah bersosialisasi atau apalah namun tidak dengan Revan yang hanya sesekali menanggapi obrolan.


*****

"Gue gak terima Ram. Kita harus balas mereka" tempat yang cukup besar dengan bau minuman beralkohol di jadikan sebagai tempat mereka berkumpul. Tempat yang cukup sepi. Pohon tinggi berjejeran di sepanjang jalan dan jarang sekali di jangkau oleh kebanyakan orang menjadikan pilihan bagi mereka. Disanalah markas dari Roksi yang di ketuai oleh Ramon.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang