K13

40 3 0
                                    

Revan meneliti isi rumah sederhana dengan dua lantai namun sangat nyaman menurutnya.Menurutnya rumah yang ia pijaki terlalu biasa tapi terasa hangat dan nyaman. Berbeda dengan rumahnya yang besar dan mewah atau lebih tepatnya di sebut mansion karena begitu besarnya. 

Meski di dalamnya terdapat banyak orang namun suasananya canggung mungkin karena di mansionnya hanya ada para pelayan untung saja ada bi Ira yang sudah ia kenal sejak kecil membuatnya tidak sungkan untuk berkomunikasi.

"Kalian makan dulu. Bunda udah masakin" Isam menerima piring pemberian bunda yang sudah terisi dengan nasi kemudian langsung mengisi lauk dan memakannya.

"Aku dah makan bun, sebelum pulang tadi sama Revan" sementara Revan yang mendengarnya menganggukan kepala begitu namanya di sebut dan pandangan matanya bertemu dengan pandangan bunda. Disana ia melihat kekecewaan.

"Huft.. Padahal bunda sudah masakin sayur asem kesukaan kamu lengkap dengan ikian asin dan sambel goang" bunda menghela nafas lirih.

"Emm tante, boleh Revan mencoba masakan tante. Sepertinya enak?" jawaban Revan membuat mata Bunda berbinar.

"Tentu nak" jawab Bunda antusias dan langsung memberikan piring yang masih ada di tangan yang sempat ingin di berikan padanya. Mengisi dengan berbagai lauk yang sudah tersedia di atas meja.

Revan makan dengan perlahan. Sebenarnya perutnya masih kenyang namun melihat raut muka yang di pancarkan bunda meredup mengingatkan pada mamanya yang beberapa minggu ini belum ia kunjungi. Selain itu, sebenarnya dia tidak pernah memakan makanan seperti ini.

Masakan yang orang tua dan kokinya buat di rumah layaknya masakan yang di sajikan ala restoran bintang lima. Sehingga begitu melihat hidangan di meja makan membuatnya penasaran untuk mencoba citra rasa masakan yang baru dilihatnya.

"Bagaimana? enak tidak masakan Bunda?" bunda bertanya dengan begitu antusiasnya.

Revan asik melahap makanannya membuatnya tak menyadari kehadiran bunda yang masih berada di sampina. Revan tersenyum kikuk saat suara bunda bertanya.

"Sangat enak tante" jawabnya sambil tersenyum kecil.

"Syukur kalau nak Revan suka, maaf lo tante masak seadanya"

Daisy langsung mengambil piring kosong mengisinya dengan sayur asem dengan mencampurkan beberapa sendok sambal goang mungkin sekitar empat sampai enam sendok di dalamnya membuat sayur asem yang semula kuahnya bening menjadi hijau.

"Jangan banyak-banyak sambalnya. Pedas, nanti sakit perut" suara Isam membuat mereka pandangan mereka tertuju pada Daisy yang memegang sendok sambel.

"Hehehe" Daisy hanya menyipitkan mata sambil nyengir memperlihatkan gigi putihnya. Perbuatnya membuat lesung pipit di kedua pipinya timbul sehingga orang yang melihatnya merasa gemas ingin mencubit.

"Siapa ya kak, yang tadi bilang udah makan dan kenyang" sindirnya dengan bertanya pada Isam.

"Bundaaaaa..." rengeknya

"Iya. ngga ngga" jawab bunda melihat rengekan Daisy.

Anak bungsunya itu terlihat urakan dan sedikit tomboy, kelakuannya berubah saat berada di rumah atau bersama orang-orang yang sudah lama di kenal. Tingkahnya seketika berubah manja dan menggemaskan.

"Nak Revan. Jangan sungkan buat nambah makannya. Habisin yang banyak" bunda melihat Revan yang sudah selesai makan sedang memandang Daisy.

"Iya tante makasih. Revan sudah cukup kenyang tan"

"Oh ya udah. Bentar tante ambil puding coklat dulu buat cuci mulutnya"

Bunda pergi meninggalkan meja makan meninggalkan mereka bertiga.

KAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang