Selamat membaca
"Sayang, masa lipstik Ibu yang mahal dibawa Teh Parni," rengek Parmi pada suaminya yang saat ini sedang menyantap makan siangnya dalam kamar, sebelum berangkat mengajar.
"Yang mana?" tanya Anton.
"Yang dua juta itu, Pa. Yang suka dipake Syahrini."
Hukk..hukkk...
Anton tersedak. Parmi dengan cekatan memberikan minum pada suaminya.
"Kok mahal betul lipstiknya, Bu?"
"Ish, kan biar kenyal itu lho, Pa. Ga kriuk kayak bibir Teh Parni."
"Ya sudah nanti beli lagi. Jangan mahal-mahal, Bu. Sayang uangnya."
"Iya, ibu mau beli lipstik yang dipakai Nikita Mirzani aja, Pa. Murah lima ratus ribu, ibu mau beli empat buat stok. Seksi tahu Pa, siapa tahu bibir ibu bisa kayak Nikita Mirzani, gini nih, bibirnya." Parmi memonyongkan bibirnya di depan Anton.
Anton syok, menatap wajah istrinya yang sangat menggemaskan saat ini. Apalagi saat istrinya sedang membuka baju kausnya, untuk merayu dirinya.
"Lima ratus dikali empat ya dua juta, sayang," terang Anton sambil terkekeh.
"Ya sudah kalau tidak boleh!" Parmi memakai kembali baju kaus yang sudah ia buka tadi.
"Ha ha ha ha ...," Anton terbahak keras. Bahkan, ia meninggalkan piring makannya, dengan sigap menggendong Parmi, lalu membawanya ke atas ranjang.
*****
"Pa, cepat susulin Ali," ujar Bu Miranti panik, bahkan kakinya melangkah menjauhi area parkir.
"Ada apa, Ma?" tanya Pak Alan tak kalah heran.
"Ica menemukan cincin di kolong meja di apartemen Ali..., ah...sudah nanti saja ceritanya, ayo sekarang kita balik lagi ke sana. Biar mama sambil telepon Ali," terang Bu Miranti dengan langkah lebar kembali menyusul Ali yang sudah mau ke dalam, dan sepertinya sedang menunggu di ruang tunggu.
"Awas, Ma. Mobil, hati-hati menyebrangnya," ucap Pak Alan pada istrinya. Kemudian menyebrang kembali, berjalan tergesa menemui petugas keamanan bandara yang menjaga pintu keberangkatan.
"Pak, permisi. Maaf, saya mau menemui anak saya, sudah masuk ke dalam bisa tidak ya?" tanya Bu Miranti pada petugas tersebut.
"Maaf, Ibu dan Bapak tidak bisa masuk ke dalam, kecuali penumpang. Coba ditelepon saja anaknya, minta keluar sebentar," ujar petugas tersebut mengusulkan.
"Baiklah," sahut Bu Miranti tak yakin. Namun jemarinya terus saja memencet nomor Ali, meskipun tidak juga tersambung.
Pak Alan memadang istrinya dengan tatapan bertanya-tanya, "ada apa sih, Ma?" tanya Pak Alan.
"Cincin yang ditemukan Ica di apartemen Ali, ada namanya, Pa. Parni," tutur Bu Miranti dengan wajah pucat. Sedangkan Pak Alan tergugu, ia sangat familiar dengan nama tersebut.
"Maksud Mama, apakah mungkin Parni kakaknya Parmi?" tebak Pak Alan tidak yakin.
"Maka dari itu, Pa. Ali harus kita hentikan kepergiannya," rengek Bu Miranti sambil mengetik sesuatu di ponselnya.
Pak Alan hanya bisa memijat pelipisnya, lalu pandangannya beralih pada petugas keamanan, "jika memanggil anak saya melalui intercom tidak bisa ya?" tanya Pak Alan dengan gusar.
"Maaf, anak bapak tujuannya ke mana?" tanya petugas tersebut.
"Berlin."
"Pesawat ke Berlin baru lima menit yang lalu lepas landas, Pak. Maaf sekali," ujar petugas tersebut dengan senyum simpati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Pengantin yang Dinodai
RomanceDewasa(21+) Judul awal Gagal Menikah. Semua wanita single pasti menginginkan pendamping. Begitu juga dengan Parni, betapa senangnya ia saat sang pacar Iqbal melamarnya. Menanti hari bahagia dengan tak sabar menghitung minggu. Namun sekali lagi, ma...