Pendewasaan

2.9K 202 6
                                    

Ku atur nafas sejenak. Mulai berpikir bagaimana cara mengungkapkan Semuanya pada keluarga ku, tentang kejadian tadi siang...

Beruntung sebelum makan malam Angkasa sudah tertidur. Jadi aku bisa bergabung bersama di meja makan. Lara dibantu Dayat sudah meletakkan sajian makan malam di atas meja. Kulihat Bapak sedang duduk santai sembari memerhatikan Bintang tengah disuapi bunda

Mungkin, ini waktu yang tepat untuk membaginya bersama.

"Bapak.... Bunda.... Ada yang mau Tian omongin...."

" Kenapa Tian......??? Sahut bapak, bunda yang tengah asik menyuapi bintang reflek memandang ku dengan siratan tanya.

"Hmm.. tadi Arya datang.... Tian gak tau kenapa..., dia udah didepan pagar mencetin bel...."

"Trus... Trus kamu bukain pintu?? Tanya bunda dengan cepat

"Bunda... suapi bintang di ruang tengah saja ya... Biar bapak yang ngomong sama Tian...." Bapak segera berucap.

Bunda terpaksa mengalah, walaupun ku tau sebenarnya bunda pasti ingin tau juga kelanjutannya....

"Dayat dan lara juga ya... Makan malamnya temani bunda sama bintang disana..."

Dayat dan lara langsung manut- manut mendengar ucapan bapak, mereka segera bergantian mengambil nasi, lauk, sayur dan segelas air, kemudian menyusul bunda dan bintang yang tengah asik di ruang tengah.

" Begini Tian.. untuk masalah ini lebih baik kamu omongin dulu sama bapak, karena kalau kamu cerita kesemua, nanti bunda dan adek-adekmu jadi gregetan, kebawa emosi... Setelah dapat solusi, biar bapak yang beritahu mereka semua ya...."

"Oh.. begitu ya pak..." Jawabku pelan

"Kalau masalah sakit hati, pasti kita semua sakit hati dengan perlakuan Arya pada Tian dan juga cucu-cucu bapak,"

"Tapi...., masalah kamu dan dia kan sudah selesai, kalian sudah tidak ada ikatan lagi, jadi masalah anak tidak boleh di campur adukkan...."

"Kalau untuk urusan anak, tidak ada pemisah apapun yang bisa melepas ikatan seorang ayah dengan anak ataupun ibu dan anak..."

" Mungkin inilah cara Allah, untuk pendewasaan kita semua...."

"Jadi Arya bilang apa tadi siang?"

"Tian gak bukain pintu pak, trus gak lama dia pergi, cuma dia kirim pesan, dia bilang mau ketemu anak- anaknya" ucapku lirih

"Coba Tenangkan dirimu, coba juga untuk berdamai dengan Semuanya, bukakan pintu maaf untuk Arya demi anak-anak kalian. Tidak bersama bukan berarti harus membenci tian... Benci dan dendam itu datangnya dari syaitan... Yang sakit dan merugi akhirnya ya kita sendiri..."

"Kalau sudah cukup tenang... Ada baiknya Tian balas pesannya, bilang dia boleh menemui anak-anaknya, dengan syarat harus ada yang menemani kalian saat Arya menemui anaknya... baik itu bapak, bunda, ataupun Dayat. Kalau Lara dia masih kecil kan....,"

"Karena kalian bukan lagi suami istri, sudah bukan mahrom-nya lagi, jika bertemu Tampa saksi atau teman jatuhnya ber-khalwat.. nanti bisa jadi fitnah, kemudian untuk berjaga-jaga biar dia tidak melakukan hal buruk lainnya.."

"Makasih ya pak... Semoga Tian bisa sekuat itu...."

"Insyaallah bisa... Berdoa terus sama Allah ya Tian.., sholat tahajud diperbanyak.." Ucap bapak lagi

°°°°

Sudah seminggu sejak nasehat bapak padaku. Aku masih saja mencoba memaafkan semua kesakitan yang Arya berikan padaku. Walaupun rasanya sangat berat, tapi perkataan bapak betul adanya. Bukankah aku sudah menjadi ibu dari dua orang anak, aku bukan lagi ABG labil seperti dulunya.

GOOD BYE.. MY BAD HUSBAND (Kelanjutan Kisah Tian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang