Sudah hampir seminggu sejak kedatangan mas Rudi, keluarga kecilnya berserta seorang tamu yang tak kukenal malam itu, membuat hari demi hariku menjadi kian tidak bersemangat.
Martabak telur kesukaanku yang dibelikan bapak sore ini, bahkan belum ku sentuh, bau harum dan gurih itu tak bisa menggantikan rasa sedih dan dilema yang mengulik hatiku.
Bungkusan itu kubuka jua dan akhirnya kuberikan pada duo Jagoan-ku yang sedang asik melahap nikmat martabak telur di piringnya masing-masing.
"Ini buat sayang-sayang mama, ditambah lagi ya biar cepat gede.."
Ucapku menyalin rata pada bagian bintang dan juga Angkasa.Mereka tampak tersenyum lebar
"Makasih mama..." Sahut keduanya girang. Agaknya senyuman mereka yang bisa menyeka sirat kesedihanku.
"Jadi kamu gak makan nih.... Padahal makanan kesukaannya lho..." Celetuk bunda
"Iya... Lagi gak selera bund..." Ucapku sambil memaksakan senyum di wajah pucatku.
"Gak selera atau galau....." Sambung Dayat tiba-tiba.
Aku hanya melototi Dayat dengan tajam. Memilih tak menggubris ucapannya yang sengaja memancing ku... Aku lagi tak ingin berdebat.. bahkan untuk bersuara saja sudah tidak berselera
"Iya bunda... mbak Tian-nya gak mau ta'aruf-an sama Bapak-bapak katanya bunda......" Sorakan lara menimpali, membuat mood ku semakin kacau balau
"Apaan sih, udah ah jangan aneh-aneh didengar bintang dan Angkasa tu.." Ucapku datar, sudah tau suasana hatiku sedang tidak enak, dua adikku masih saja bercanda tak karuan.
Bunda dan Dayat malah senyum-senyum menimpali candaan Lara yang masih terlihat cengengesan
"Bagus dong bapak-bapak, bisa mengayomi, bisa sayang sama kedua cucu bapak...." Suara bapak akhirnya menambah panjang tingkat kerisihan hatiku....
Setelah mencium kepala bintang dan Angkasa, aku segera berlalu masuk kedalam kamar, menjaukan diri dari meja makan dengan atmosfer yang membuatku sangat-sangat tidak nyaman
Kudengar suara lara cekikikan dari dalam kamar
"Huft....Dasar.." ucapku kesal
Kenapa keluarga ku Sepertinya senang ya mengerjai ku seperti ini. Padahal aku benar-benar tidak suka, apa bagi mereka rencana pernikahan kedua ku ini main-main, sehingga sangat lucu dijadikan bahan bercandaan.
Ku hempaskan diriku ke atas ranjang, mencoba memejamkan mata sejenak, mencoba memenangkan hatiku yang sangat mendung. Aku sudah seperti ABG yang merasakan cintanya kandas.
"Apa benar menjadi janda diusia ini, aku hanya patut bersanding dengan pria yang jaaaaaaauh lebih dewasa dari pada usiaku...., Bahkan hampir seumur bapak...." Batinku
Skenario yang Allah beri kali ini terasa cukup berat untuk ku terima....
Maafkan aku ya Allah, aku masih manusia biasa, hatiku belumlah seluas dan sebaik para hamba mu yang Sholehah lainnya....Jika ini memang jodoh yang terbaik yang kau gariskan untukku, yang membuatku lebih dekat pada Mu, maka bukakanlah pintu ikhlas dihatiku... Buatlah aku mudah menerima semua ini...
°°°°°
Sebuah panggilan masuk tertera dilayar handphoneku siang itu, sesudah kelas bahasa Inggris yang ku bina telah usai, anak-anak peserta kelas sudah meninggal kan ruangan. Dan beberapa diantaranya berlarian dihalaman. Segera ku tekan tombol hijau.
"Hallo Assalamu'alaikum.... Mas Rudi..."
Kuangkat juga telepon itu walaupun masih terasa berat, kali ini apalagi yang akan dinyatakan mas Rudi padaku...
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD BYE.. MY BAD HUSBAND (Kelanjutan Kisah Tian)
Romancerang #1 jalan hidup Hai semua.... Terimakasih untuk semua dukungan kalian. Setelah beberapa coment yang kalian kirim. Akhirnya cerita ini lebih dulu dipublish. cerita ini berisi kelanjutan kisah Tian, buat yang baru baca, silahkan baca dulu bad hu...