"sayang.... Istriku ayo bangun.....hei... Tie, ayoo ah"
"mmm... Ini jam berapa bi?"
"udah azan subuh, jam lima kurang... Hayo buruan bangun trus uduk.. "
"mmm gendonng bi..."
"heh manjanya, tumben banget! kamu telat ya ti...! "
"ih.. Apaan... "
"sini biar suamimu gendong... Sini sayang... "
"ih apaan gak ada.. Belum abi, bercanda tau bi, aku masih bisa jalan ... "
"gak masalah juga kan kalau mau..."
"udah ah bi malu, ini dirumah bunda tau..." "
"hahaha...haaaa terus? gak masalah juga kan, akukan suamimu"
Cubitan kecil Tian tepat mengenai kulit lenganku. Rasanya seperti gigitan semut, aku selalu saja senang menggodanya. Membuatnya tersipu, atau marah dengan pelototan mata yang membuatku amat menikmati saat-saat menjahilinya.
Tak terasa waktu cepat berjalan bersama keluarga kecilku ini. Syukurlah visa keberangkatan kami sekeluarga telah disetujui kedutaan besar. Awal bulan depan kami akan berangkat ke Turki. Lebih cepat dari jadwal semula, banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum perkuliahan dimulai. Kami juga ingin membuat Bintang dan Angkasa perlahan bisa menerima perbedaan suasana dari negri sendiri dengan negri kebab itu. Sebelum berangkat Tian meminta menghabiskan waktu selama dua minggu dirumah Bunda dan ayahnya. Mengingat kami sudah tiga bulan lebih berada di ibu kota.
°°°
Tak terasa kini kami sudah berada di Awal tahun. Menikmati pergantian waktu berasama istri, anak-anak dan keluarga besar Tian. Kunikmati pergantian tahun ini dengan tak hentinya berucap syukur pada sang Khalik.
Seseorang yang lama tak kutemui bertamu siang itu. Saat membuka daun pintu kulihat lagi wajah yang sangat tak asing itu. Jika dulu saat kami bertemu dia sangat jelas memperlihatkan roman kebencian dan persaingan. Kini ia berdiri dihadapanku dengan senyuman tulus dan seulas tangan yang ingin menyambut silaturahmi. Dia adalah Arya, ayah dari Bintang dan Angkasa. Mantan suami Tatiana istriku.
Aku yang semula kaget, melihat wajah Arya yang damai segera menyambut tautan tangannya. Arya tetaplah bagian dari keluargaku. Takkan ada yang bisa mengganti posisinya bagi anak-anak kami. Aku tau porsiku, Bagimanapun aku tetaplah akan menjadi ayah sambung, teman dan sahabat untuk Bintang dan Angkasa.
"Assalamualaikum zhey.. Lama tidak ketemu... Kabar baik ya?! "
"Waalaikumsalam arya. Alhamdulillah baik, kamu juga ya... "
"Alhamdulillah baik. anak-anak ada? saya ingin bertemu mereka"
"Oh iya ada sebentar saya panggilkan dulu"
"Zhey... Tolong jaga anak-anak saya disana ya, ajarkan mereka kebaikan dan ilmu agama, saya dan mereka akan terpisah ribuan mil, saya titip mereka pada kamu. semoga Allah memberikan balasan yang amat banyak padamu"
Aku terdiam mematung mendengarkan ucapan yang keluar dari mulut Arya. Dia sangat berbeda jauh dengan dulu. Mungkin hatinya telah melunak, Allah telah memberikannya hidayah. Ia sepertinya telah mendapatkan pelajaran yang berarti dan juga kebaikan.
"ya arya.. InsyaAllah. Kamu bisa hubungi anak-anak kapanpun kamu mau"
"Terimakasih Zhey... "
"Papaa......... Abi........... "
Suara teriakan bintang berhasil membuatku dan Arya menoleh kearahnya. Ia berlarian dengan cepat disusul Angkasa.
"Pa...... Kemaghen kita main di ghumah eyang sama oma, ada kakak huda sama kak nadia juga lho, kita main sama-sama"
"Papa... papa, adek uga, uga ain, sma tatak uda, tatak dia"
Ucap mereka berdua dengan antusias dipelukan Arya yang sudah menunduk menyamai tinggi badan mereka dan menyambut hangat kedua buah hatinya. Aku hanya bisa tersenyum dan terharu melihat pemandangan itu. Ku langkahkan kaki kembali ke kamar, untuk memberikan mereka waktu bersama. Arya pasti sangat merindukan putra-putranya.
"Abi mau kemana? disini aja bi, kita main sama papa"
"mainnya hari ini sama papa aja ya nak, abi mau ngerjain pr abi ya"
"oh Pghr sekolah abi ya, oke abi, papa hagi ini mau beli icecream vanila ya"
"ade au coklat.. "
"iya nak, kita keluar ya hari ini. Kita main sama papa sepuasnya, siapa yang mau ikut? "
"aku mau... Mau"
"ade au.. Au"
°°°
Di minggu-minggu yang tersisa, hampir setiap hari Arya menemui Bintang dan juga Angkasa dirumah orang tua Tian. Sedikit demi sedikit kekakuan kami mulai mencair. Kami tetaplah dua pria dewasa yang harus bisa memporsikan diri. Menerima semua hal dengan lapang dada dan kepala dingin. Semua ini adalah proses hidup baru bagiku dan juga Arya.
Kulihat wajah istriku yang masih sangat kaku dengan keadaan ini. Pasti amat susah baginya menepatkan diri. Dia terlihat amat canggung dan menjaga perasaanku. Kucubit lembut pipi Tian siang itu. Saat arya dan anak-anak pergi keluar rumah untuk bermain.
"Kenapa mukanya kaku gitu sayang, kamu susah hati ya berada diantara aku sama arya"
"Ha.. Kok abi pikirnya gitu? "
"Hmm aku tau kok Tie, aku udah kenal kamu lama, gak usah bohong. Kalau kamu takut aku cemburu, singkirkan pikiran itu ya, berbuat baiklah padanya, waktu arya bertemu anak-anak semakin sedikit, kita juga belum bisa memastikan kapan bisa kembali kan, biarkan dia menikmati hari bersama anak-anak tampa ada rasa beban"
"iyaa abi, makasih ya sayang..."
"iya..... Kamu yang tenang ya, mukanya jangan ditekuk terus, nanti arya malah canggung, merasa gak enak hati, bintang dan angkasa selalu butuh papanya ya sayang"
"iyaa abi huhuhu....... "
Tian segera menelukku erat dengan tangisan yang tumpah ruah. Padahal aku tak ingin melihatnya menangis lagi. Mungkin itu caranya meluapkan emosi yang tertahan beberapa hari ini. Kuusap lembut bahunya yang masih saja naik turun seiring tangisnya yang kian dalam.
"kenapa nangis tie? "
"iyaa.... Karena makin sayang sama kamu... "
"hahaha makin sayang kok nangis sih"
"tangis bahagia punya kamu abi.... "
"Tie nyadar nggak, udah beberapa hari ini kamu mellow banget, udah tespack belum... Jangan-jangan!"
"abi...... Belum, kalau telat pasti aku bilang kok.... "
"hahah ya sudah nangisnya udahan atau mau disambung lagi"
"mmmm abi tu ya, ganggu konsentrasi aku nangis aja, tu kan jadi susah nyambungnya lagi... "
"hahaha haaaa ya sudah gak usah disambung, aku gak sanggup denger kamu lama-lama nangis, udah ya... Aku maunya kamu bahagia "
"tu kan ngomong gitu bikin aku pengen nangis lagi"
"hahahaa gak ah.... Ayo periksa ke dokter aja yok Tie, tespack kadang gak akurat.... "
"belum abi..... Ih.... Udah dibilang belum juga.... "
"Iya gak sabar kasih bintang dan angkasa adek baru. banyak anak banyak rezeki Tie.... "
°°°°
Hai semua....
Maaf ya... Lama banget gak update
Semoga kalian masih suka yaa
Cerita ini sudah berada di chapter chapter akhir
Semoga bisa cepat update dan menyesaikannya buat diri sendiri dan kalian semua
Jangan lupa vocomment ya
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
GOOD BYE.. MY BAD HUSBAND (Kelanjutan Kisah Tian)
Romancerang #1 jalan hidup Hai semua.... Terimakasih untuk semua dukungan kalian. Setelah beberapa coment yang kalian kirim. Akhirnya cerita ini lebih dulu dipublish. cerita ini berisi kelanjutan kisah Tian, buat yang baru baca, silahkan baca dulu bad hu...