Khawatir

3.4K 417 9
                                    

Brak....

Pintu UKS di buka dengan kasar oleh seseorang.

Tanpa meminta maaf atau apapun orang tersebut menyusuri semua bilik yang ada di UKS. Hingga akhirnya orang tersebut menemukan seseorang yang dia cari sedang berbaring di salah satu bilik.

"Kenapa bisa gini? Lo gk minum obat?  Udah berapa kali gua bilang jangan lupa minum obat lo. Lo itu sakit bisa gk sih dengerin orang lain. Kalo kaya gini mending lo gak usah ikut dance aja, baru segini lo udah sakit gimana nanti" Ujarnya tanpa henti.

Navia hanya menunduk dengan air mata yang sudah mengalir.

Haera yang melihat temannya menangis namun orang tersebut tidak berhenti memarahinya membuat Haera seketika geram.

"Kak Jeno kalo gk tau apa-apa mending diem kak. Nana gk lupa minum obatnya, Nana sakit karena ulah pacar kakak Si Sania noh. Jadi cewek kok brengsek banget" Kesal Haera.

Navia kembali menunduk sedih sambil menangis. Bukan, bukan karena dadanya sakit. Melainkan hatinya sakit saat mendengar bahwa gadis tadi adalah pacar dari Jeno

"Maksud lo?" Tanya Jeno dengan mengerutkan alisnya.

"Ya lo pikir sendiri aja apa yang bisa di lakuin tu cewe ke Nana, lagian sengaja banget pake nabrak Nana dari belakang, mana pas banget di titik jantungnya, bangsat banget jadi orang" Kali ini Billa yang bersuara dengan berani sambil memeluk Navia yang menangis.

Diantara mereka bisa dibilang Billa memang yang paling tidak bisa menjaga emosi, jika sudah kesal siapa pun tidak akan dilihat olehnya, mau kakak kelas ataupun orang yg lebih tua sekalipun.

Mendengar penjelasan Billa, Jeno seketika terdiam.

Tok... Tok.... Tok...

"Misi, Na ini obat kamu" Ujar seseorang yang baru saja masuk ke dalam UKS.

"Makasi ya Kai" Sahut Soonia sambil menerima obat yang di bawakan oleh Kai tadi.

Memang Navia belum minum obat sejak kejadian tadi, ia hanya berbaring dan sesekali di beri air agar keadaan nya membaik. Sementara Soonia berinisiatif meminta tolong Kai untuk mengambil obat Navia di dalam tas.

Lalu Jeno?

Haera yang mengabari sebab dia ingat bahwa Jeno yang mengawasi Navia di sekolah, jadi sudah semestinya Jeno tau keadaan Navia.

Baru saja Soonia akan menyuapi obat tersebut pada Navia, Jeno langsung tersadar dari diamnya.

"Stop"

Semua hening mendengar nada dingin Jeno.

"Lo udah makan?" Tanyanya sambil melihat Navia yang tetap menunduk.

"B-belum" Lirih Navia.

"Kalo bicara liat orangnya"

Jeno beranjak menuju sisi brangkar tempat Navia duduk.

"Gua bawain makan, makan baru minum obat" Ujarnya sambil menyodorkan bekal makan siang yang seharusnya menjadi miliknya.

"I-itu bekal punya kak Nono, Nana udah ada bekal di kelas" Tolaknya dengan memberanikan diri melihat ke arah Jeno.

"Makan, kalo ngambil punya lo gk keburu"

Dengan begitu Navia hanya mengangguk pasrah dan memakan sandwich milik Jeno.

Setelah itu Soonia kembali menyodorkan obat dan membantu Navia meminumnya.

Jeno beranjak dari duduknya.

Our Love Is Fate ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang