"Eomma biar Nana yang cuci piringnya" Tawar Navia saat melihat Tyas akan mencuci tumpukan piring setelah makan malam.
"Eh engga usah Na, kamu istirahat aja sama mereka di ruang tengah" tolak Tyas secara halus.
Walaupun keluarga Jung bisa dibilang sangat kaya, namun Tyas tidak mau terlalu banyak mempekerjakan maid atau pelayan. Dia hanya memanggil maid ketika bersih-bersih saja. Sisanya dia yang akan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
"Gpp, biar nana yang kerjain eomma istirahat aja"
Dengan pasrah Tyas akhirnya memilih untuk kembali ke ruang tengah dan meninggalkan Navia untuk mencuci piring.
"I won't let these little things slip out of my mouth~" Navia bernyanyi dengan lirih sambil mencuci piring.
Jika kalian bertanya dimana Rena, tadi seseorang menelponnya dan dia memutuskan untuk ke luar menjawab telepon.
"suara kamu bagus"
Navia berjenggit kaget saat mendengar suara seseorang di belakangnyaa.
"Heuh~ kak Mark ngagetin" Ujarnya dengan nada sebal.
"Hahahahaha sorry kakak kira kamu tau kakak disini" ujarnya sambil tertawa keras.
"Iya gpp kok, Nana cuma kaget dikit"
Navia melanjutkan acara mencuci piringnya dengan Mark yang berdiri di samping memperhatikan setiap gerak-gerik nya.
"Kakak bantu deh" Ujar Mark sambil menggulung lengan bajunya.
"Gk usah kak, Nana bisa sendiri" tolak Navia secara halus.
"Eyy biar cepet ini. Lagian kamu bisa nyuci kakak yang bilas okeyy" Tanpa mendengar jawaban Navia, Mark langsung mengambil alih piring yang sudah di cuci dan membilasnya.
"Gimana Jakarta? Beda sama Bandung gk?" Tanya Mark di sela membilasnya.
Navia tersenyum kecil.
"Aku gk inget apa-apa jadi aku gk tau Bandung itu gimana" Ujarnya pelan.
"Ah sorry, kakak lupa" Sesal Mark saat mendengar nada lirih yang terucap oleh Navia.
"Iya kak, Nana gpp lagian harusnya Nana yang nanya gimana Kanada? Beda sama Indo gk?" Navia berbicara dengan nada ceria.
"Kamu tau sendiri disana agak lebih bebas dari disini" Ujar Mark sambil membuat tanda kutip saat mengatakan kata bebas.
"Iya juga sih, terus gimana tempatnya kak?"
"Ya gitu, kek Kanada yang sering di omongin orang. Tapi kakak juga jarang keluar jadi gk terlalu tau juga gimana bentukannya Kanada" Ujarnya sambil tertawa kecil.
"Nana jadi pengen ke Kanada hehe"
"Yaudah sama kakak kapan-kapan kesana kalo liburan"
"heum~" Mereka kembali fokus mencuci piring.
"Na kamu bantu Jeno yaa" Ujar Mark tiba-tiba setelah mereka selesai mencuci semua piring.
"Bantu apa kak?" Tanya Navia sedikit bingung.
"Kamu bakal tau nanti, tapi kakak minta kamu tetep sama Jeno jangan dengerin orang lain yaa. Jeno udah banyak banget di sakitin. Kakak tau kamu peduli sama dia kan?"
Navia hanya menunduk mendengar perkataan Mark tersebut.
"Tapi kamu gk perlu terlalu mikirin itu. Kalo kamu emang gk ada rasa peduli sama Jeno kakak gk maksa, kakak cuma ngerasa kamu itu baik buat adik kakak" Ujar Mark sambil mengusak rambut Navia lalu mencubit pipi Navia pelan.
"Hei gk usah di pikirin Na"
"Ekhem"
Deheman seseorang menghentikan cubitan Mark pada pipi Navia, namun saat melihat pelaku pengganggu moment mereka, Mark mendengus kesal.
"Ganggu lo dek"
Jeno hanya mengedikkan bahunya tidak peduli.
"Na ini udah selesai kan? Kakak ke kamar dulu boleh?" Tanya Mark dan menyadarkan Navia dari lamunannya.
"Eh udah kok, tinggal Nana taruh di rak. Kakak ke kamar aja"
Mark mengangguk dan memilih untuk meninggalkan Navia dan Jeno di dapur.
"Ngobrolin apa?"
Jeno berujar setelah menuangkan minuman pada gelas miliknya.
"Bukan apa-apa" Navia menghindari pertanyaan lain dari Jeno dengan langsung menata piring di rak.
"Inget besok berangkat sama gua"
Navia hanya menganggu dengan pasrah. Bagaimanapun juga dia sudah di titipkan kepada Jeno.
"Eum kak Rena juga kuliah di NCI boleh kita berangkat bareng aja?" Tanya Navia hati-hati.
Jeno terdiam cukup lama yang mana membuat Navia sedikit takut.
Apa Nana salah bicara ya?
"Oke" Jawab Jeno setelah keterdiaman panjangnya tadi.
Setelah Jeno meninggalkan dapur Navia kembali merenungkan semua pembicaraannya tadi dengan Mark.
Kalo Kak Jeno dan Kak Rena punya hubungan kenapa Kak Mark malah nyuruh Nana bantuin Kak Jeno?
Navia memilih untuk mengesampingkan segala pemikirannya mengenai hubungan di antara Jeno dan Rena.
***
Navia sekarang sudah berada di kamarnya dan merebahkan diri di kasur.
Setelah mencuci piring tadi dia sempat mengobrol sedikit lalu memutuskan untuk pulang kerumah.
Lulu dan Sehun juga sudah tiba beberapa menit yang lalu, secara mengejutkan mereka tiba bersamaan.
Navia masih melamun dan memikirkan semua yang di katakan oleh Mark di dapur tadi.
"Kak Jeno kenapa yaa, kok Kak Mark sampe nyuruh Nana bantuin" gumamnya pelan.
"Terus kenapa Kak Rena dan Kak Jeno keliatan kaya berantem sih" lanjutnya.
"Ah gak tau deh Nana bingung" Ujarnya frustasi sambil mengacak surai nya.
Ting....
Notifikasi HP nya menyadarkan Navia dari pikiran mengenai Jeno tersebut.
"Nomor gk di kenal?"
Navia memutuskan untuk membuka terlebih dahulu isi pesan orang tersebut.
+6287 *** *** ***
Add yaa gua Kai
Okeyy
Btw lagi ngapain Na
Baru mau tidur Kai
Oh yaudah tidur aja, Si Haera katanya bakal buat GC ntar kerpok infonya di sana aja
Okeyy, kalo gitu nana tidur yaa Kai. Good night 😁
Night too Na😃
"Kai orangnya baik" Ujarnya sambil tersenyum lalu mengganti nomor Kai dengan nama.
Kai Harta
Karena sudah terlalu larut, Navia memutuskan untuk mencuci kaki, wajah dan juga menyikat giginya kemudian tidur.
.
.
.
.
.
.
TBCAku gk tau bakal ampe mana cerita ini, aku punya banyak banget ide buat kelanjutannya tapi waktu buat ngetik yg gk ada 😭😭😭
Kalo kalian mau nunggu aku bakal usahain lanjut cerita ini, jujur aku gk mau reader-nim semua kecewa karena aku gk lanjutin ceritanya.
Udah itu dulu deh, jangan lupa votemen yaa, karena votemen itu gratis 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Love Is Fate ☑️
Hayran KurguAku tidak mengingat apapun, tapi aku bersyukur akan hal itu - Navia Jaemita Danendra Kurasa takdir memang ingin kita bersatu - Jung Jeno Antariksa Warn ⚠️🚫 Cerita ini mengandung unsur Gs, bagi yg tidak suka bisa langsung tekan tombol back.