WILY-6-

3 3 0
                                    

Suara petasan berlomba-lomba menghiasi kegelapan malam. Aku yang berdiri di samping Bayu menjerit kesal saat cowok itu terus menggodaku untuk memegang petasan sebesar lengan anak kecil yang sedang ia nyalakan. Karena aku merengek, ia akhirnya merangkulku.

"Woy! Lima belas detik lagi."

Seruan Dika yang berlari dari dalam rumah membuat kami semua yang hadir serentak membuat lingkaran sambil berangkulan. Sedangkan, para orang tua tetap duduk di tempatnya masing-masing.

Dika memberi aba-aba setelah melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sip, mulai!"

"Sepuluh ... sembilan ... delapan ... tujuh ...,"

Kami mulai menghitung mundur, memperhatikan satu sama lain dengan senyuman.

"Enam ... lima ... empat ...,"

Diam-diam Bayu menurunkan rangkulannya, kemudian menggenggam erat telapak tanganku.

"Tiga ... dua ... SATU!"

"HAPPY NEW YEAR!"

Kami serempak berteriak dan tertawa, saling mempererat rangkulan. Aku mengalihkan pandangan saat Bayu mencoba berbisik di dekat telingaku.

"Kamu punya keinginan?"

Aku berpikir sejeak sebelum tersenyum, kemudian menjinjit. "Kalo kamu gimana? Ada keinginan?"

Kulihat Bayu balas tersenyum dan menjawab. "Aku harap kamu selalu bahagia."

"Aku juga berharap kamu selalu bahagia."

Tak kuhiraukan teman-teman kami yang bersorak meledek saat aku memberi kecupan di pipi Bayu.

Iko kemudian berteriak. "Harapan gue kalian semua dapet banyaaak kebahagiaan."

Dika menyahut. "Semoga persahabatan kita berlangsung selamanya."

"YEAY!"

***

Saat suasana sudah agak tenang, walaupun di luar sana masih samar terdengar suara petasan, aku menyusul Bayu yang sedang berdiri di ruang tamu sambil menempelkan ponsel di telinga. Dari raut wajah yang tidak biasa, bisa ku tebak kalau ia bukan sedang berbicara dengan pacarnya.

Aku menghampirinya perlahan. Sekarang sedikit jelas mendengar suaranya. Meski hanya kata umpatan yang aku tangkap dan ia menyebut nama Toni.

Bayu selesai menelepon. Ia menoleh ke belakang dan terkejut melihatku. Raut yang tadinya kaku berubah menjadi senyuman canggung.

"Aku ... mau pergi dulu."

"Kemana?" tanyaku.

"Ke Fila. Aku 'kan, udah janji mau jalan sama dia kalo acara di sini udah selesai."

"Bohong!" Aku mendekat dan mencengkeram lengannya. "Kamu mau nyusul Toni, kan?"

"Nin, aku--"

"Kamu ada 'tugas', kan?"

Ku lihat Bayu menghela napas. Pelan namun tegas, ia melepas cengkeraman tanganku kemudian menangkupkan telapak tangannya pada pipiku.

"Kamu nguping, ya?"

"Nggak sengaja."

"Aku nggak ada 'tugas', kok, Nin. Cuma mau jemput Toni."

"Di mana?"

"Di tempat temenku."

Aku menatap matanya, mencari kebenaran. Karena yang aku tangkap dari kata 'teman' adalah sebaliknya.

Dari arah taman belakang, Dika, Iko, Andi dan tiga teman Bayu yang lain yang tidak kuhapal namanya, berjalan menghampiri kami. Seketika tangan Bayu terlepas.

"Ayo, Bay. Gue mau habisin mereka yang berani nyentuh Toni."

Seruan Andi itu memancing pandangan tajam Bayu ke arahnya. Dika menyikut Andi kemudian melirikku.

"Kenapa? Anina pasti ngerti, kok."

"B-Bay?" Iko memberi kode pada Bayu dengan menunjuk pintu.

Aku memerhatikan itu semua dalam diam. Bahkan saat satu persatu dari mereka keluar, saat Bayu yang bergerak memelukku sesaat sebelum menyusul temannya untuk pergi, aku tetap diam.

Sella menepuk bahuku beberapa menit kemudian. Aku menoleh. "Kenapa kamu nggak larang mereka sih, Sel?"

"Kamu pikir aku nggak nyoba ngelarang?"

"Kamu sendiri kenapa nggak nahan mereka?" tanyaku balik.

Sella merengek lemas. "Susah, Nin."

Napasku terhembus berat. Berharap tidak terjadi apa pun. Apa pun.

Namun, jauh di dalam lubuk hatiku, ada perasaan mengganjal yang tak kunjung hilang meski aku mencoba menjernihkan pikiran.

***

Happy Reading**

Bayu Adyastra🙃

Publish : 28 September 2020Re-Publish : 26 November 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Publish : 28 September 2020
Re-Publish : 26 November 2020

Mini StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang