WIMY-1-

266 48 79
                                    

Aku sedang menunggu temanku--Lala--di depan gerbang sekolah sudah hampir lima belas menit lamanya. Mendengus, ku coba untuk mengirim pesan padanya sambil menahan kesal. Agak menyayangkan kenapa kami memilih jurusan yang berbeda.

Karena tak kunjung mendapat balasan, aku mencoba melangkah masuk kembali ke halaman sekolah sambil terus memberondonginya chat Whatsapp.

Aku mendengar suara kegaduhan di area parkir motor. Sekolah memang sudah agak lengang sejak satu jam yang lalu, tapi tetap ramai beberapa jam ke depan karena kegiatan anak-anak ekstrakulikuler.

Benar saja. Mataku menangkap sekumpulan anak-anak ekstrakulikuler dengan seragam almamater yang dilengkapi slayer di lehernya. Namun, bukan itu yang menjadi fokusku. Aku malah melihat seseorang yang sedari tadi aku tunggu ada di sana.

Mempercepat langkah, kulihat Lala berjalan ke arahku sambil menunduk. Sebelumnya aku menangkap gerakan dari salah satu kakak kelas yang menepuk bahunya.

"La?" panggilku saat jarak kami sudah dekat.

Lala terkejut dengan kedatanganku. Ia meraih tanganku untuk berbalik melangkah bersamanya.

"Kenapa, sih?" Aku menahan lengan Lala yang menarikku terlalu keras sampai tanganku sakit.

"Jangan deketin mereka!"

Aku berhasil memberhentikan langkah kami sebelum sampai keluar sekolah.

"Kenapa emangnya?" tanyaku lagi, tatapanku menyelidik raut wajah Lala yang terlihat gusar. "Kamu dijailin?"

Lala menggeleng kuat.

"Beneran? Tapi aku tadi lihat kamu lagi sama mereka. Ngapain?" Aku masih penasaran. Karena memang tadi Lala jelas sedang bersama mereka.

"Nggak, kok. Udah, yuk, pulang aja!"

Aku menahan Lala yang kembali menarikku.

"Kalo nggak ada apa-apa kenapa kamu ketakutan? Mereka ganggu kamu pasti. Ngomong aja sama aku biar aku laporin ke Bu Guru."

Lala langsung melebarkan mata. "Eh, jangan. Aduuuh, aku nggak mau diperpanjang masalahnya."

"Masalah?" Mataku memicing. "Berarti bener kamu di gangguin mereka, ya?"

Lala mendekat kearahku. Berbisik, "Aku dipalak."

Aku terkejut. "Dipalak? Berapa uang?"

Menunduk, Lala menjawab lirih. "Lima ratus ribu."

Aku lebih terkejut. "What? Itu malak apa ngerampok?!"

Lala menutup mulutku dengan panik. Melihat kearah sekelompok anak-anak tadi yang masih bercengkrama di area parkiran. Agak mungkin jika mereka mendengar teriakanku karena keadaan sekolah yang sepi.

"Ini nggak bisa dibiarin." Aku menyentak tangan Lala sebelum berbalik menuju sekumpulan anak-anak di parkiran.

"Kirana!"

Aku mengabaikan Lala yang memanggilku.

"Permisi, Kak." Kedatanganku membuat sekumpulan anak itu, yang sebagian duduk diatas motor juga yang berdiri, menghentikan tawa. Mereka memandangku heran.

Aku menghadap salah satu cewek yang berada dekat denganku. "Maaf, Kak, sudah mengganggu. Kakak kenal cewek ini?" Aku menunjuk Lala. "Dia tadi mau nyumbang sama anak yatim. Mau nyumbang lima ratus ribu. Tapi katanya uang itu malah di ambil sama kalian. Bisa bantu buat balikin uang tadi?"

Aku merasakan Lala yang menarik lengan seragamku.

Kakak kelas dihadapanku itu saling melirik dan berbisik satu sama lain.

Mini StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang