015. Telpon singkat

470 25 0
                                    

Jangan lupa, vote and coment!

Happy Reading!

*****

Gara segera menutup pintu mobilnya setelah memasukkannya kedalam garasi.

Hal pertama yang ia lihat saat membuka pintu utama adalah, penampakan ketiga sahabatnya yang kini tengah terduduk diruang tengah lengkap dengan cemilannya.

Dengan dengusan kasar, Gara berjalan menghampiri mereka dengan raut datarnya.

"Woy Gar! Abis kemana lo?" Seru Satya bertanya saat melihat sang tuan rumah yang tengah berjalan ke arah mereka.

Gara hanya diam, tak berniat menanggapi karena ia tengah merasa lelah. Dengan raut datarnya, Gara berjalan kearah sofa panjang yang ada di sana lalu mendudukkan tubuhnya dengan kepala yang ia sandarkan menatap atap.

Setelah mengantar Keyla tadi, Gara sempat mampir ke markas DEMON untuk menaruh beberapa laporan keuangan. Beberapa hari lagi seluruh anggota DEMON akan mengadakan santunan kepada orang yang membutuhkan.

Sebenarnya ia bukan anggota tetap DEMON, tapi karena para sahabatnya dan juga Aksa, ketua geng DEMON, yang memberinya amanah untuk menjadi tangan kanan, membuatnya tak bisa menolak.

Gara menghembuskan nafasnya kasar, matanya terpejam dengan lengan yang terlipat menutupi mata.

"Gar, beli makanan dong. Laper nih gue." Ujar Gama tiba-tiba saat ia sudah selesai dengan PS didepannya.

Mendengar permintaan Gama barusan, Gino buru-buru menyahut.

"Ye dasar perut kardus lo! Pikiran lo cuman makanan doang, ini cemilan udah abis banyak ye nyet! Masih mau nambah?" Gino menatap Gama tak habis pikir, pasalnya tadi mereka sudah makan cemilan cukup banyak yang sudah disediakan oleh Elvina-Mama Gara.

Lihatlah ruang tamu yang tadinya bersih kini telah menjelma menjadi tempat pembuangan sampah. Sampah plastik dan kaleng soda yang ada di mana-mana, dan jangan lupakan kulit kacang berserta kulit kuaci yang berserakan dilantai maupun di atas meja yang membuat ruang tamu benar-benar terlihat berantakan.

Tapi walaupun seperti itu, mereka tetap bertanggung jawab dengan membersihkan kekacauan yang mereka buat sebelum pulang. Itu sudah menjadi rutinitas mereka beberapa tahun ini selama bertamu di rumah Gara.

"Halah pret! Palingan ntar lo juga minta kan No? Dah tau gue mah!" Celetuk Satya dengan mata yang masih fokus pada PS didepannya.

Gino memutar bola matanya malas saat mendengar celetukan dari Satya yang memang ada benarnya.

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Gara saat mendengar keributan yang berasal dari ketiga sahabatnya.

Dengan gerakan cepat, ia merogoh saku celananya untuk mengambil dompet dan melemparkannya pada Satya.

"Wih! Tumben lo Gar, baik banget." Ujar Satya saat berhasil menangkap dompet Gara menggunakan tangannya.

Gara kembali mendengus kasar, merasa tak terima dengan ucapan Satya tadi.

"Gue udah sering bayarin lo semua, kalo lupa." Desis Gara sebelum kembali memejamkan matanya.

"Nggak heran gue mah sama si Satya. Dia kan suka ngga sadar diri." Cibir Gino yang dibalas lemparan bantal oleh Satya.

Gama segera memesan makanan tanpa menghiraukan kedua sahabatnya yang tengah ribut, lagian percuma kalau ia harus repot-repot memisahkan mereka. Yang ada dia yang emosi, lebih baik ia menunggu mereka berhenti sendiri.

GARKEY (PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang