016

2K 239 27
                                    

Dia mencengkram rambutku kebelakang. Aku memejamkan mataku, dia menatapku. Aku menelan salivaku.

"Jangan berani beraninya membawa masalah pribadiku dihadapanku!" Ujarnya. Aku mrnelan salivaku lagi dan meringis kecil.

"Ta--tapi-aku ingin kau mengetahui siapa Vanessa, agar dia tidak memperalatmu lagi" Ujarku. Hening beberapa detik.

Aku dapat mendengar, nafasnya memburu. Matanya memerah dan hampir menangis, tapi dia menahannya. Tubuhnya juga benar benar kaku.

Aku mengenal Iqbaal, jika sudah seperti ini, pasti dia benar benar sudah sangat hancur.

Aku membuka mataku perlahan. Mata kami bertemu.

Aku tidak tega dengannya, seolah olah, ini bukanlah kemauannya. Memang bukan kemauannya.

Dia masih mencintaiku, hanya saja, orang tuanya memisahkan kami.

Iqbaal benar benar sangat hancur.

Dia tidak memiliki pilihan lagi.

Dia hanya pria, yang tidak punya pilihan.

Nafasnya benar benar memburu, dia masih mencengkram rambutku.

Aku mendekatkan wajahku. Aku tahu, kami sudah belasan tahun bersama. Cara ini, benar benar yang paling dia sukai untuk menenangkannya, disaat ia terpuruk dan lemah.

Aku menatap matanya semakin dekat, dia juga menatap mataku. Aku menempelkan bibirku didepan bibirnya. Dia terdiam sesaat.

Deg

Sudah lama sekali, aku tidak menciumnya, sudah beberapa tahun semenjak waktu itu.

Aku merindukannya!

Aku menyadari kebodohanku sendiri.

Aku hancur karenanya.

Ibuku hancur karenanya.

Hidupku hancur karenanya.

Aku membencinya dan juga mencintainya di waktu yang bersamaan.

Jika orang melihat Iqbaal adalah pria brengsek yang ganas.

Maka aku melihatnya sebagai Iqbaal yang tidak memiliki pilihan dalam kehidupan. Pria murung, dan pria yang benar benar frustasi.

Kehidupannya ditentukan oleh keluarganya dan keluarga Vanessa.

Seolah olah, dimasa mudanya, ia tidak berhak diberikan pilihan tentang kehidupannya sendiri.

Bahkan, ia diatur dalam memilih siapa yang ia cintai.

Semakin kesini, aku semakin menyadari.

Keluarga Vanessa benar benar menghancurkan kehidupanku dan Iqbaal.

Dia mempengaruhi keluarga Iqbaal untuk memisahkan kami.

Dan semakin kesini aku semakin menyadari.

Bahwa benih benih cinta itu masih ada!

Aku hanya menempelkan bibirku selama beberapa detik didepan bibirnya. Dia juga terbungkam. Hingga ia mulai melumat bibirku, dan menekan tengkukku untuk memperdalam ciuman.

Jika dulu Iqbaal adalah tipe pencium yang malu malu, sekarang dia adalah tipe pencium yang ganas.

Dia meremas kedua bokongku dengan kedua tangannya. Aku risih, aku menurunkan tangannya agar tidak menyentuhku.

Tapi aku salah.

Dia malah semakin menggendongku dan membawaku ke sofa, dimana dia mencium sipirang tadi. Dia membawaku tanpa melepas ciumannya denganku.

DESTROYED [IDR]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang