Semilir angin menerpa rambut gadis yang tengah duduk ditaman. Dengan ice cream rasa vanila ditangannya. Cuacanya cukup panas membuat gadis itu menyipitkan matanya.
"Jadi kamu ngajak aku kesini aja?" menjilat ice cream yang meleleh ditangan. Mengusap ujung bibirnya sendiri karena tidak makan dengan rapi. Gadis itu menoleh pada cowok yang telah mengajaknya ditempat ini, dia tampak sibuk memainkan kamera. Menangkap gambar Alen seenaknya sendiri, alias sibuk memfoto Alen dari segala arah.
"Iya, kamu pikir kemana?" berjalan kearah Alen sambil melihat hasil jepretan dari kamera. Kemudian duduk disebelah cewek yang memakan ice cream itu, mata Reyhan masih melihat ke kamera miliknya. Hasilnya sangat cantik meski sang model foto tak antusias untuk bergaya atau berpose.
Bahkan ada foto Alen dengan ice cream belepotan dibibirnya tadi, membuat Reyhan tertawa sendiri."Ya, nyari sesuatu yang lebih nge-trand gitu." Kini matanya melihat keorang - orang yang berlalu lalang didepannya. Banyak pasangan muda mudi ditempat itu. Hanya sejedar foto bersama, ngobrol, membelikan bunga untuk pasangan, dan lain - lain.
"Ihhh! Rey, kamu tuh malah sibuk ngurusin kamera sih." Sambil memukul lengan Reyhan dengan lemah. Dan menempelkan ice creamnya pada wajah cowok itu karena kesal.
"Loh loh ehh...kok-" sahut Reyhan terputus karena sahutan Alen, sambil membersihkan wajahnya dengan tangan. Berkali kali membuang napas dari hidung dengan paksa, karena ice cream itu masul kedalam.
"Rasain! azab orang suka ngacangin!" kini ia telah membuang ice cream itu ke kotak sampah yang ada di sampingnya dan melipat tangan, tak mau melihat kearah sang korban.
"Ya gak gitu, aku cuman liat foto kamu doang." Masih membersihkan wajahnya dengan tisu.
"Mau liat ga? noh cantikkan." tapi orang yang diajak bicara malah tambah membuang muka, akhirnya Reyhan meletakkan kameranya kedalam tas."Emang maunya kemana? yang trend kemana? ke Bandung? yok ke Bandung." Membujuk Alen agar tak marah kepadanya. Dengan jongkok didepan Alen seperti kucing yang mengemis makanan. "Ngapain kesana?" nada ketus masih sebal dengan Reyhan.
"Nyari odading mang oleh, biar kamu jadi ironman, hahahaha." Tawanya lepas saat melihat mata Alen terbelalak tambah kesal karenanya.
"Itu sangat lucu sekali pangeran tampan!" mengacak rambut Reyhan.Tatapan Alen berhenti pada satu titik, dimana Alen melihat cowok yang ia kenal, sedang bercengkrama bersama seorang gadis cantik. Sesekali orang yang dilihatnya terlihat tertawa terbahak-bahak, entah apa yang mereka bicarakan. Karena jaraknya cukup jauh dari tempat Alen berada. Galih mengusap pucuk kepala gadis itu lembut, menandakan penuh perhatian dan kasih sayang dan dibalas oleh senyuman manis. Gadis itu? gadis itu adik kelasnya, Alen sangat mengenalnya.
Alen merasa ada kesedihan dihatinya, bukan karena ia melihat Galih bersama orang lain. Tapi beberapa hari ini, Galih seperti menjauh darinya. Entah alasanya apa, ia tidak tahu. Biasanya Alen akan pulang dan pergi keruang OSIS bersama Galih.
Kini cowok itu sama sekali tak mau menegurnya. Alen rindu Galih yang menghiburnya, peduli dengannya. ia hanya ingin Galih tetap menjadi Galih yang ia kenal. Apakah cinta itu benar-benar membuat sebuah persahabtan ini hancur? kebaikan Galih selama ini, karena Galih cinta Alen begitu. Bukan karena Galih sahabat Alen?
Tanpa sadar ia telah mengabaikan cowok yang ada didepannya.
"Alen, liat apa sih?" tegur Reyhan membuat Alen sedikit terkejut."Hah! engga kok, Eum... pulang yuk," ajak Alen sambil memakai tasnya.
"Pulang? loh kok udah ngajak pulang, ini kan masih jam 11 Al." Reyhan berdiri dari posisi jongkoknya.Ia tak ingin buru-buru pulang.
"Udahlah yok!" dengan reflek menarik tangan cowok itu agar segera mengikut langkahnya. Mood Alen rusak saat melihat Galih, ia buru-buru pulang agar Galih tak melihat dirinya.
Sampai ia tak sadar bahwa, kini ia pertama kalinya memegang tangan seorang cowok.Sementara yang ditarik tangannya malah pasrah dengan mulut terbuka, karena tak biasa Alen memegang tangan maskulinnya ini.
"Apa ini mimpi?" Reyhan bicara dalam hati. Ia memukul wajahnya keras hingga suaranya terdengar Plak! "Auu! sakit sekali ternyata." Tapi rasa sakit itu kalah dengan rasa senangnya, karena ternyata dirinya tidak sedang bermimpi. Ia tersenyum malu saat ini.
"Apa yang kau lakukan? apa kau ini gila dengan menampar wajahmu sendiri? dan sekarang kau malah tersenyum ihh."
Dengan tangan yang masih menarik Reyhan, langkah Alen berhenti saat mendengar tamparan keras dari wajah Reyhan. Alen bingung apa yang dilakukan Reyhan. Terlihat konyol."Ti tidak! itu tadi ada eum...ee nyamuk! iya nyamuk." Jawabnya gugup. Ia melirik kearah tangan yang dipegang Alen seperti memberi sebuah kode, bahwa kini Alen sedang memegang tanganya.
Alen melepas genggamannya.
"Eh, sorry gak sengaja," sambil membuang mukanya. Sebenarnya kini ia merasa sangat malu sekali. Tapi Alen selalu menyembunyikan perasaan yang sesunguhnya."Oh kirain sengaja, ups!" menutup mulutnya sendiri sambil mengumpat tawa, berniat mengejek lawan bicaranya.
*****
"Mungkin ini caraku untuk bisa lupa sama kamu Al, kamu terlalu istimewa untuk aku. Perlu banyak pengorbanan untuk bisa lupa sama kamu. Aku juga menghargai perasaan orang lain yang cinta sama kamu, ini semua demi kebahagiaanmu." Batin Galih, sebenarnya ia melihat Alen berada ditempat itu.
Galih sengaja melakukan itu, karena ingin menghilang dari kehidupan Alen. Galih ingin lupa tentang perasaannya ke Alen. Jika ia tetap bertahan berada disamping Alen, maka kapankah ia dapat melupakan Alen? karena Alen sangat istimewa dihatinya.
Seperti pepatah yang mengatakan
"Cinta tak harus memiliki."Tbc
Lama gak update, sebenarnya aku kangen sama para pemainnya haha😂
Jangan lupa tinggalkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You
Non-FictionAlena Chelsea merasa beruntung mempunyai sahabat yang selalu ada untuknya. Namun persahabatanya HANCUR! Karena sebuah rasa cinta yang tidak diharapkan Alena karena menurutnya itu suatu penghianatan. Tidak hanya 1 cowok, namun 4 cowok dalam waktu ya...