We Must Say Goodbye? -14

166 28 1
                                    

"Ini gue Yoyo."

Mereka bertiga membalikan badannya bersamaan sekaligus menghembuskan napas lega.

Sontak Jisoo langsung memeluk saudara kembarnya itu. "Yo, gue khawatir sama lo. Lo gapapakan?" Jisoo mengecek seluruh wajah Yunhyeong, dan saat menatap bagian kaki saudara kembarnya, ia langsung termangu.

"Sakit?" tanya Jisoo.

"Enggak," jawab Yunhyeong terkesan dingin.

"Oh, kirain sakit."

Tangan Yunhyeong langsung menyentil kening Jisoo, "Ya sakitlah."

Jisoo hanya menyengir saja mendapatkan sentilan dari Yunhyeong.

"Tunggu di sini, gue tadi liat ada tumbuhan yang bisa dijadiin alternatif buat memperlambat darah yang keluar," ucap Jisoo yang langsung berlari untuk mendapatkan tumbuhan tersebut.

"Makasih Sa," ucap Hanbin. Tapi hantu kecil itu sudah hilang, entah ke mana.

"Sa? Siapa?" tanya Jinhwan.

"Anak kecil, hantu," jawab Hanbin yang masih mencari keberadaan gadis itu.

"Kalian dibantu dengan dia?" tanya Jinhwan lagi.

Hanbin dan Yunhyeong menganggukan kepala sebagai jawaban.

"Syukurlah dia tak macam-macam."

Jisoo sudah kembali dengan dedaunan yang ada di tangannya, dengan cepat ia menumbuknya menggunakan batu, lalu menempelkannya di luka Yunhyeong, kemudian membalutnya lagi dengan kain baru yang ada di tasnya.

"Sama aja Jis rasanya, cuma dingin doang," ucap Yunhyeong.

"Tunggu aja."

"Kok cuma lo berdua? Yang lain mana?" tanya Bobby.

Hanbin menatap ketiga mata itu dengan tatapan sendu, lalu ia menggelengkan kepalanya pelan.

Ketiganya mendengus. Mata Jisoo berkaca-kaca tetapi ia tahan agar tak menangis. Kini tinggal mereka berlima di sini.

"Ayo, kita cari jalan keluar," ajak Hanbin.

Jisoo kalungkan lengan Yunhyeong di pundaknya, begitu juga dengan Hanbin yang membantu.

"Udah berapa hari kita di sini?" Tanya Bobby yang sudah lupa dengan hari.

"Lima, sudah lebih dari perkiraan kita. Seharusnya kita sudah pulang di hari ketiga," jawab Jinhwan.

Bobby mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

"Kalian nyium sesuatu gak? Baunya busuk banget," ujar Jisoo tiba-tiba.

"Enggak," jawab Bobby.

"Gw nyium," ucap Hanbin. "Lo nyium gak, Yo, bang?"

Mereka berdua bergumam sambil mengangguk.

"Idung lo bermasalah Bob."

"Enak aja."

"Samperin gak?" tanya Jisoo lagi.

"Lo mau nyamperin? Gue takut kalau nanti ada yang lebih berbahaya kalau kita samperin," ujar Yunhyeong.

"Iya benar kata Yoyo, berjaga-jaga saja. Tetap fokus cari jalan keluar, tak usah tergoda dengan hal-hal seperti itu."

Jisoo mengangguk paham, tapi ia cukup terganggu dengan bau tersebut.

Semak-semak di sekitar mereka tiba-tiba saja bergerak—seperti ada sesuatu di balik semak belukar itu.

Keringat dingin mulai bercucuran kembali. Begitu juga dengan deru napas yang mulai tidak teratur.

Gerakan semak-semak itu terhenti, berganti dengan hembusan angin yang terasa sangat dingin.

Srrrrkk

Suara-suara itu terdengar kembali bahkan terdengar semakin kencang, membuat tubuh mereka berlima menegang.

"Jis, simpen ini buat gue." Bobby menarik pelan tangan Jisoo— meluruskan jari jemari gadis itu yang terasa sangat dingin, setelahnya ia menyimpan kertas yang sudah ia lipat ke tangan gadis itu.

"Ini apa?" tanya Jisoo gemetar, suaranya bergetar karena bulu kuduknya yang kini sudah meremang.

"Ini penting, gue gak bisa ngomong langsung jadi gue tulis di sini. Bacanya nanti aja pas lo udah balik ke rumah."

"Maksud lo apa?" tanya Jisoo lagi.

Hanya senyum yang Bobby perlihatkan, lalu ia mengacak-ngacak rambut gadis itu. Bobby tak peduli dengan keberadaan ketiga temannya yang sudah menonton aksi drama Bobby.

"Bob!" Jisoo menepis tangan Bobby dengan tangan kirinya, ia butuh penjelasan sekarang.

Bobby terkekeh, ia suka melihat Jisoo yang selalu marah padanya. Mungkin ia akan merindukan hal ini suatu saat nanti.

Drap
Srrrkkk

Suara itu terdengar lagi untuk kesekian kalinya.

"Bang Jinan!"

Tubuh Jinhwan sudah tertarik. Seperti film The Conjuring, tak ada yang terlihat siapa yang menariknya. Hanya satu kemungkinan, mahluk-mahluk itu mengganggu mereka kembali.

Hanbin melepaskan tangan Yunhyeong yang mengalung di lehernya, ia ingin menarik tubuh Jinhwan kembali. Sebelum dirinya, Bobby sudah terlebih dahulu menarik tangan Jinhwan. Hanbin ikut membantu menarik Jinhwan, diikuti juga dengan Jisoo dan Yunhyeong.

"Pegang tangan gue yang kenceng Bang!" seru Bobby.

Jinhwan berusaha keras untuk menggenggam erat tangan Bobby. Kalau seperti biasa Bobby bisa menarik tubuh mungil Jinhwan dengan mudah, namun kali ini rasanya sulit sekali, kekuatan mereka kalah besar.

Tubuh Yunhyeong, Hanbin, dan Jisoo terpental begitu saja karena entah kenapa cengkramannya lepas dari lengan Jinhwan. Sedangkan Bobby ikut terseret bersama dengan Jinhwan.

Mereka bertiga berusaha kembali untuk menggapainya, tapi usaha mereka sia-sia, tubuh keduanya hilang di antara semak-semak.

Hanbin sudah berlari terlebih dahulu, menyibak daun-daun pepohonan yang menghalangi pandangannya.

"Hanbin!" panggil Yunhyeong.

"Jis, bantu gue."

"Yo! Pendarahan lo makin parah bisa-bisa lo kehabisan darah gara-gara banyak gerak," ucap Jisoo panik.

Yunhyeong menatap betisnya yang sudah dipenuhi oleh darah.

"Muka lo udah pucet," lanjut Jisoo.

"Jis, tolong. Daripada Hanbin juga ikutan kena."

"Yo..."

"Gapapa Jis, gue masih kuat." Senyum Yunhyeong terpancar, Jisoo paling tak bisa untuk tak mengalah jika Yunhyeong tersenyum seperti itu.

Jisoo mengangguk pelan, membantu Yunhyeong berjalan.

°•○●

"Hanbin! Bobby! Bang Jinan!" teriak Jisoo di tengah perjalanan mencari ketiganya.

"Jis, itu kayak Hanbin," ucap Yunhyeong menghentikan langkah Jisoo.

Jisoo mengikuti sorot mata Yunhyeong dan melihat punggung Hanbin. Laki-laki itu terduduk di tanah dengan tumpuan lututnya.

"Hanbin!" panggil Jisoo lagi. Hanbin tak menanggapi, laki-laki itu hanya terdiam.

Jisoo bersama dengan Yunhyeong langsung menghampiri Hanbin.

Baru saja beberapa langkah, tubuh mereka terasa sangat lemas. Apalagi Yunhyeong yang energinya sudah terkuras cepat.

Di hadapan mereka bertiga, sudah tergantung tubuh-tubuh teman mereka di beberapa pohon yang tak berdaun di mulai dari Chanwoo, Donghyuk, Lisa, Rosé, June, Jennie, Jinhwan, dan Bobby. Tubuh mereka berdelapan benar-benar mengenaskan.

Air mata Jisoo dan Yunhyeong lolos begitu saja. Bahkan Jisoo sudah terisak menatap mayat dari kedelapan temannya.

Apakah ini sudah selesai? Apakah ini adalah sebuah mimpi? Yang hanya kami harapkan adalah bangkit dari mimpi buruk kami. Atau jika ini adalah kenyataan apa yang harus dilakukan, kami harus mengatakan selamat tinggal? Ini terlalu sulit.


TBC

Misguided [BLACKPINK×iKON]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang