Next Life [End]

307 36 13
                                    

Ibu dua anak itu sudah berbolak-balik mengecek hpnya, lalu berjalan mondar-mandir. Ia begitu cemas dengan keadaan kedua anaknya saat ini.

"Mas, Jisoo sama Yunhyeong kok lama ya? Perasaan aku gak enak," ucap Sandara.

"Tunggu dulu Dar, lagi di jalan kali," jawab Donghae.

"Aku mau ke rumah June, mau nanya ke mamanya. Ayo anterin"

Donghae mengangguk saja, mengambil kunci mobil yang berada di dekatnya. Jujur saja, ia juga cemas tak mendapatkan kabar dari kedua anaknya.

Selama di perjalanan, tak ada percakapan di antara sepasang suami istri itu. Sandara yang sibuk menelepon orangtua dari teman-teman anaknya, sedangkan Donghae berfokus pada jalanan di depannya.

Sesampainya di rumah June, kedua orangtua June juga tak mengetahui keberadaan anak sulungnya itu.

Alhasil, mereka memutuskan untuk pergi ke tempat yang dituju oleh anak-anak mereka.

Hanya orangtua si kembar, June, Hanbin, dan Chanwoo saja. Sisanya sedang berada di luar. Tapi, mereka semua sudah dihubungi oleh Sandara dan memilih untuk menunggu di rumah June, barangkali anak-anak itu sedang dalam perjalanan.

"Hubungi polisi atau enggak?" tanya Chaerin-Mommy dari Hanbin.

"Boleh, udah lebih dari dua puluh empat jam anak-anak ilang," jawab Minzy-Ibu dari June.

"Gimana mas?" tanya Sandara kepada suaminya.

Pria itu mengangguk tegas, menyutujui usul tersebut. Ia juga perlu berjaga-jaga untuk menghindari hal lain yang terjadi.

°•○●

Jisoo mencengkram bajunya, dadanya terasa sesak karena napasnya yang tiba-tiba sesak. Asmanya kembali kambuh.

Hanbin membuka resleting tas Jisoo, mencari keberadaan nebulizer di tas berwarna hitam itu.

Hanbin kebingungan saat ini, keadaan kedua temannya semakin tak baik-baik saja saat melihat mayat teman-temannya yang tergantung di pohon.

Yunhyeong sudah kehilangan banyak darah sehingga matanya sulit untuk terbuka.

Tangan Hanbin sudah mengambil nebulizer dari tas gadis itu dan langsung memberikannya kepada Jisoo.

Tangan Jisoo gemetar di saat ingin memasang benda itu, rasanya terlalu sulit walaupun menggerakan badannya. Hanbin pun ikut membantu, memasangkan alat itu di indra pernapasan Jisoo.

Laki-laki itu menunggu, sampai napas Jisoo kembali normal, sesekali mengingatkan Yunhyeong untuk tetap terjaga.

Hanbin tak bisa hanya pasrah di sini. Andai saja ia membawa petasan, sudah pasti ia akan meminta bantuan dengan barang itu.

Laki-laki itu mengembuskan napas beratnya, menatap kedua temannya yang tersisa. Rasanya sulit untuk melangkah walaupun beberapa meter saja, energinya hanya tersisa dikit, apalagi banyak luka di sekujur tubuhnya.

Jisoo masih mengatur napasnya, tatapannya sayu. Tangan dinginnya menyapu pelan pergelangan tangan saudara kembarnya. Air matanya meluncur begitu saja, rasanya benar-benar sakit, seperti ada ribuan benda tajam yang menghujam jantung dan paru-parunya.

Ibu jari Hanbin mengusap pelan pipi Jisoo yang dibasahi oleh air mata. "Jis, lo masih kuat?"

Jisoo memegangi dadanya, rasanya sudah lebih baik sekarang, tapi ia masih berusaha untuk mengatur napasnya.

Jisoo mengangguk lemah.

"Alatnya lo pake aja, biar gue aja yang bantu Yoyo." Hanbin menggemblok Yunhyeong di punggungnya, tangan kirinya terulur, membantu Jisoo untuk berdiri.

Misguided [BLACKPINK×iKON]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang