"Berkencanlah denganku, Ssaem," bisik Lisa.
"Dapatkan nilai delapan untuk evaluasi bulan depan, maka aku akan berkencan denganmu," Sehun membalas bisikan yang sama.
Kalem, tenang, tarik napas. Tutup kuping rapat-rapat dan fokus sama Soonli.
Aing kasih obat penawar biar tydac ice mochi.
Happy reading ~
🎌🎌🎌
"Aw, Ssaem!" Lisa memekik histeris kala ada yang menyentil keningnya dengan sangat keras, hingga jentikannya terdengar memenuhi ruangan.
"Berhenti tersenyum," kata Sehun dengen nada jengkel dan tatapan malas. "Air liurmu hampir menetes karena menatapku dengan mulut menganga."
Sontak saja Lisa mengedarkan pandangannya guna mencari kebenaran dan punggungnya terlempar ke kursi saat menyadari kalau dirinya bahkan tidak berdiri apa lagi berciuman dengan Sehun.
SIAL! CIUMAN TADI HANYALAH MIMPI!
"Ssaem." Lisa merengek tanpa alasan yang jelas. Kakinya menjejak sebal di lantai. "Kenapa aku duduk di kursi dan bukannya di meja?" protesnya tidak suka.
Alis Sehun berkerut bingung. Dia tidak paham dengan apa yang Lisa permasalahkan saat ini. "Sejak tadi kau memang duduk di kursi. Apa kau pikir aku memaksamu untuk duduk?"
"Harusnya aku duduk di meja dan berciuman denganmu, Ssaem!" rengek Lisa dengan nada manja. Lalu, berdiri agar bisa lebih sejajar dengan sang guru tetampan.
Sehun meringis. Kerutan di alisnya semakin banyak karena ocehan Lisa yang terdengar semakin gila dan tidak ada sopan santunnya sama sekali.
"Rupanya bukan hanya tidak tahu malu saja, tapi otakmu juga sudah rusak," decih Sehun. Dia menggeleng prihatin melihat tingkah Lisa. "Bagaimana bisa kau berkhayal kotor seperti itu saat berada di sekolah?"
"Itu bukan khayalan kotor, Ssaem," bantah Lisa tidak terima, "Tapi itu adalah khayalan yang manis."
"Daripada memikirkan khayalan kotor seperti berciuman, lebih baik pikiran nilai ujianmu hari ini," tegas Sehun berapi-api. Telunjuknya mendorong pelan kepala Lisa. "Gunakan otakmu untuk belajar, bukannya berkencan."
"Bagaimana aku bisa memikirkan pelajaran kalau kau terus berlarian di dalam kepalaku?" tantang Lisa seolah semua ini adalah salah Sehun seutuhnya. "Kaulah yang membuatku tidak bisa belajar dengan tenang, Ssaem. Kau selalu mengabaikanku!" Lisa memuntahkan rasa kesalnya dengan bibir mengerucut.
Sehun semakin tidak mengerti dengan gadis di depannya yang sedang merengek meminta pertanggungjawaban.
"Apa aku pernah memintamu untuk memikirkanku?" tantang Sehun balik, "Kaulah yang selalu menggangguku."
"Itulah masalahnys, Ssaem!" pekik Lisa berapi-api. Langkahnya mengikis jarak, membuat lawan bicaranya mengambil langkah mundur. "Kau bahkan tidak memintanya, tapi kenapa aku selalu memikirkanmu?"
Jujur saja, Sehun tidak ingin mengambil risiko atas gadis sinting di depannya ini. Itulah kenapa dia berusaha untuk menjaga jarak.
"Semuanya jelas salahmu, Ssaem! Kau terlalu tampan. Aku jadi tidak bisa berpaling darimu," sahutnya dengan kekehan geli. "Jika kau tidak tampan, aku juga tidak akan sudi memikirkanmu, Ssaem."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.