So Eun termenung cukup lama dipintu utama gedung kesenian. Deruan angin yang berhembus keras terasa menusuk jauh kedalam tulang-tulangnya. Air hujan menghantam tanah dengan amat kerasnya. Dahan pepohonan kokoh disepanjang mata memandang terlihat melambai pelan, menandakan betapa kuat angin sore itu hingga dapat membuat pepohonan kokoh itu saling hantam satu sama lain.
Lagi dan lagi So Eun memandang layar ponselnya, sudah pukul enam sore dan Sehun tidak kunjung datang seperti yang pria itu janjikan kemarin.
"Bukankah dia orangnya?"
"Hei, jangan keras-keras nanti dia dengar.""Dia tahu keluarga sunbae terpandang, makanya dia bertahan karena tahu hal sunbae akan kembali diterima keluarganyakan?"
"Jangan begitu..."
"Kenapa sih? Kalau memang benar untuk apa disembunyikan. Kalau dia dengarpun memangnya apa?"
"Bagaimana kalau beritanya tidak benar?"
"Kalau tidak benar, sudah sejak tadi dia menegur kita. Jelas-jelas dia dengar tapi diam saja."
So Eun berusaha untuk tidak melirik kearah tiga orang wanita yang tidak jauh disampingnya. Ia berusaha sekuat yang ia bisa tidak mendengar semua itu. Seharian sudah ia menyaring semua ucapn seperti itu, dan perlahan ia mulai terbiasa.
So Eun mulai menghubungi Sehun terus menerus, namun pria itu tidak mengangkat panggilannya. So Eun tidak bisa menunggu lebih lama, ia memutuskan untuk menemui Sehun kekantor secara langsung.
Lagi dan lagi So Eun harus menunggu pria itu keluar. Ia tentu tidak bisa masuk dengan mengatas namakan bahwa Sehun adalah suaminya. Ia punya perjanjian dengan ayah mertuanya, So Eun tidak ingin bila melanggar perjanjian itu akan mengubah beberapa hal menjadi lebih sulit.
Pakaian basah yang melekat ditubuhnya perlahan membuatnya mengigil luar biasa. Jam sudah menunjukkan pukul delapan, tapi tetap saja pria itu belum juga keluar dari gedung milik keluarganya.
Sudah cukup lama So Eun menunggu sampai akhirnya pria yang ditunggu-tunggu datang. Sehun keluar dari lift dengan terburu-buru, baru saja ia akan keluar dari pintu perusahaan, seorang wanita memanggilnya. Wanita itu berlari mengekor Sehun kemudian memasangkan dasi yang ia bawa dileher Sehun. "Hati-hati..." Wanita itu tersenyum melepas kepergian Sehun setelah sebelumnya mengusap dada Sehun didepan mata So Eun.
Sehun keluar dari pintu perusahaan kemudian berencana masuk segera kedalam mobil.
"Sehun..."
Sehun menoleh, memandang So Eun yang sudah memeluk dirinya sendiri dan tersenyum hangat berharap pria itu akan mendekat dan minta maaf karena lupa menjemputnya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Sehun memandang jam dipergelangan tangannya. "Pulanglah, aku ada urusan." Sehun menoleh memandang sekertarisnya segera. "Carikan taksi." Ucapnya sebelum masuk kedalam mobil dan menutup pintunya. Baru saja pintu itu tertutup, Sehun membuka jendelanya dan berucap keras dari dalam sana. "Berikan payung yang dibagasi padanya."
"Baik tuan."
So Eun dipayungi sekertaris Sehun segera setelah mobil pria itu akhirnya menjauh dari tempat So Eun berpijak.
"Nona, biar saya carikan taksi. Tolong pegang payung-"
"Tidak, tidak usah..."
"Apa anda istri presdir?" Wanita yang sebelumnya bersama Sehun itu keluar dari dalam kantor dan menghampiri So Eun. "Maaf tapi, bapak lupa ponselnya." Wanita itu menjulurkan benda persegi milik Sehun kearah So Eun. "Oh iya, baju bapak juga ketinggalan dikamar saya kemarin, sudah saya bawa tapi lupa memberinya tadi. Bisakah anda menunggu saya mengambilnya diruang kerja? Tidak akan lama kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Father ✔
FanfictionIn the end, love is only about time. Oh Sehun harus siap-siap cemburu, melihat bagaimana Kim So Eun menjadi rebutan pria-pria kampus. Meski berstatus sebagai suami sah, Oh Sehun harus bisa menahan diri setiap kali So Eun dikelilingi pria-pria tampa...