Sudah seminggu Hyunho membuka matanya, mulai melangkah kembali dan tersenyum seperti biasanya, tapi hubungan pasangan yang hampir dua bulan terus berseteru itu tidak kunjung membaik. Sehun melakukan hal yang sama, hal yang amat dibenci So Eun. Terlalu mencintai pekerjaannya. Sementara Sehun yang masih berusaha mengorbankan semua waktu luang dan orang-orang yang ia sayangi demi kehabagian yang masih berada diangan-angannya, terpaksa melewatkan hari-hari besar dalam pertembuhan putranya.
Rumah itu tidak pernah hangat sejak pertama kali So Eun menginjakkan kaki disana. Meski bersama keluarga kecilnya, rumah itu terasa cukup besar untuk menampung kehangatan kecil yang biasa ia bagikan. Rumah itu seakan merengut hidupnya. Ia rindu rumah lamanya.
"Bagaimana dengan perjanjian itu? Sudah kau dapatkan?" Pertanyaan pria tua dengan rambut masih hitam legam itu membuat suasana meja semakin kaku.
"Sedang kuusahakan... akan kukabari appa ketika perjanjian proyek itu kudapatkan."
Ibu Sehun tertawa kaku memandang kesemua wajah sebelum terpatok pada wajah So Eun. "Bagaimana bisa kalian membicarakan hal seperti itu disini. Bicarakan saja kalau kalian dikantor, yakan So Eun?" Ibu Sehun tersenyum hangat, "Wanita seperti kami tidak akan paham topik seperti itu."
Sedari tadi So Eun hanya memutar garpunya, menggulung pasta diatas piringnya. Pandangannya seakan terpana akan lilitan pasta diujung garpunya, membawanya hanyut jauh dari meja makan malam itu.
"Kim So Eun?"
"Ye?" So Eun mendongah dengan senyum tipisnya.
"Apa terjadi sesuatu antara kau dan... Sehun?" Ibu Sehun meletakkan alat makannya kemudian menatap tenang keduanya bergantian. "Kelihatannya hubungan kalian sedang tidak baik."
So Eun dan Sehun berdiam sejenak, sebelum akhirnya suara Hyunho memanggil So Eun membuat So Eun mempermisikan dirinya dan merasa lega tidak harus menjawab pertanyaan mertuanya. Segera So Eun menemui putranya yang tengah bermain disisi ruangan, pria kecil yang kini tidak lagi terlihat pucat.
"Hanya bertengkar kecil..." Balas Sehun pelan.
"Pergilah berlibur besok, Ibu akan merawat Hyunho untuk kalian. Ajak dia berlibur, setidaknya seminggu sebelum wisudamu."
Sehun menatap So Eun dari atas bahu kirinya, kemudian memandang ibunya dengan tersenyum tipis. "Kami tidak bisa meninggalkan Hyunho bu, dia masih perlu So Eun disisinya saat ini."
"Siapa bilang? Aku cukup piawai menjaga anak aktif seperti itu. Asal kau tahu, dirimu sama aktifnya dengan Hyunho. Penuh dengan semangat." Sehun tertegun dan menatap manik mata Ayahnya yang terlihat serius memandanginya, seakan mengatakan "sampai kapan kau tahan membohongi Ibumu" Ibu Sehun menggenggam kembali alat makannya sambil tersenyum. "Percayakan saja pada Ibu, besok kalian harus pergi. Akan ibu siapkan segalanya."
.
.
.So Eun memandang Hyunho yang terlelap, air matanya akan mengalir deras ketika suara deruan nafas putranya menyambangi gendang telinganya. Baru saja dengan lembut ia menyentuh plester dijidat kiri putranya, ia segera dengan cepat melepas sentuhannya. Ia duduk disisi tempat tidur Hyunho, menutup matanya dengan kedua telapak tangannya dan mengigit kuat bibir bawahnya. Rasa sesak didadanya membuatnya ingin meraung sejadi-jadinya.
Hari demi hari ia lalui berharap akan sekedar melambat atau berputar kembali. Ia merindukan hari itu, kala ia merasakan kehangatan kecupan pertama Sehun dikeningnya ketika pertama kali Hyunho menangis. Mendengar Sehun menangis didekat wajahnya dan elusan tangan bergetar pria itu dikepalanya. Dengan samar melihat bagaimana dengan ragu-ragunya pria itu mengambil alih Hyunho dari tangan sang dokter. Ia merindukan masa-masa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Father ✔
FanfictionIn the end, love is only about time. Oh Sehun harus siap-siap cemburu, melihat bagaimana Kim So Eun menjadi rebutan pria-pria kampus. Meski berstatus sebagai suami sah, Oh Sehun harus bisa menahan diri setiap kali So Eun dikelilingi pria-pria tampa...