CHAPTER 4

46 15 7
                                    

Malam ini pukul 7 mereka semua berkumpul saat makan malam di meja makan.

Jihyung tak mau duduk di samping Hansook karna insiden tadi siang yang dituduh sebagai pelaku pelecehan. Cih, ganteng begini gada unsur penjahat nya.

Begitu juga Hansook yang masih aja nyolot kalau lagi berpapasan sama Jihyung.

"Apa lo liat liat?" Hansook mengangkat garpunya.

"Dih, lu duluan yang liat liat" Sewot Jihyung yang tak mau kalah.

"Ngapain gua liatin elu gada guna" balasnya.

"Yaudah diem"

"Lu yang diem"

"Lu duluan yang ngajak ribut tadi"

"CUKUP!" Changsook menutup perkelahian antara Jihyung dan Hansook.

Mereka berdua masih belum bertindak dewasa, padahal umurnya sudah dibilang dewasa.

"Awas lo"

"Mimimimi.."

Posisi makan malam ini Eunjin duduk di sebelah Changsook dan Jira, berhadapan dengan Yesung yang duduk di sebelah Jihyung dan Hansook.

Makan malam yang tenang, lalu Changsook membuka suara.

"Besok pagi papah sama mamah mau ke Incheon abis itu ke Busan"

"Tapi ga lama kan?" Jira mendongak, bosan dengan mengaduk-aduk makanannya.

"Ngga sayang, kan ada kakak-kakak kamu. Nanti ada bibi Nam ko" Ujar Eunjin menenangkan

"Bulan madu ya?" Ceplos Hansook.

Yesung dan Jihyung hampir aja kesedak makanannya lalu menatap Hansook tajam.

Hansook mengangkat dagunya.
"Apa sih!?"

"Tau apa lo bulan madu, bocah" ledek Jihyung hampir tertawa.

"Berisik lo gue ga kuno ya"

"Udah udah. Papah harap kalian bisa akur satu sama lain besok pagi bibi Nam sama anaknya mau kesini. Tadi siang gajadi kesini karena belum bisa"

"Berapa lama?" Yesung bertanya.

"Sekitar 2-3 minggu"

"Lama bet edan" taulah siapa yang kang ceplos.

"Ya gapapa kali" Yesung selesai makan lalu bangkit dari duduknya dan menaruh piring kotor.

Jihyung menatap ayahnya. "Dongsung boleh main disini?"

Changsook menatap istrinya, lalu Eunjin mengangguk setuju.

"Boleh ko, nginep aja sampe mamah papah pulang lagi" Eunjin tersenyum.

"Siapa tuh!? Rumah ini bukan penginapan temen temen lo!"

"HANSOOK!"

Ucapan Eunjin membuat sang empunya diam.

Yesung yang lagi di wastafel juga jadi noleh ke meja makan, Jihyung yang lagi di meja makan aja hampir kaget banget.

Kalau diliat, Eunjin sedang marah tidak bercanda. Jihyung bisa liat dari sorot matanya yang tajam. Lalu Hansook yang merasa jadi pusat ia kembali ke kamar tanpa bicara satu kata pun.

"Mah pah kalau gitu Jihyung juga duluan"

Sekarang Yesung abis cuci piring langsung ke kamar nya ga berani natep siapapun.

Dimeja makan cuma ada Changsook, Eunjin dan Jira.

Changsook menggenggam tangan mungil Eunjin.
"Sayang, kamu jangan terlalu keras sama Hansook"

"Tapi dia tuh ga ngerti sopan santun, sayang"

"Tapi mamah buat ka Jihyung takut" ucapan Jira membuat suami istri di depannya menoleh.






























Jihyung mengetuk pintu kamar Hansook. Tak ada balasan. Tapi Jihyung mau meluruskan masalah tadi.

"Apa?"

"Maaf ya gara gara gua tadi di meja makan, mamah jadi marah ke lu"

"Bagus deh nyadar" Hansook menutup pintu kamar namun di tahan cepat oleh Jihyung.

"Apa?"

"Temen gua cuma satu orang ko, dia bisa sekamar sama gua"

"Hem.. gua juga minta maaf ya"

"Iya santuy gue dah maafin lu juk"

"Hansook. Nama gue Seo Hansook!"

DUG!!!

Jihyung yang lagi depan kamar Hansook menoleh dengan kaget. Hansook juga ikutan. Di rumah ini banyak kejutan. Lalu mereka saling tatap.

Bunyi dari kamar itu lagi.

"Sook, gua boleh nanya?" Tangan Jihyung ditarik masuk kedalam kamar.

"Sini masuk" ajaknya.

=====

Jihyung melihat lihat isi kamar Hansook yang berantakan.

"Ga usah kaget liat kamar orang ganteng emang selalu berantakan"

Jihyung mendecak.
"Gue ganteng tapi kamar gue rapih"

"Punya game apa aja? Banyak juga ya, temen gua si Dongsung pasti betah" Jihyung mengacak-acak lemari game dekat pintu.

"Woi woi gua udah beresin kali ah!"

"Eh iya gua mau nanya yang tadi" lelaki itu menutup lemari game tadi dan duduk di pinggir kasur.

"Jangan kenceng-kenceng kalau lagi bahas ini" Hansook memperingati.

"Dari kapan lu denger kayak gini?" Hansook mendekat.

"Tadi siang, dan ini yang kedua kalinya"

"Oke, lu mau nanya apa?"

"Suara dari pintu kelima, ada yang nempatin?"

"Menurut lu? Ada lagi anggota keluarga yang belum dapet kamar?" Hansook menghela nafas. "Kamar kelima itu punya adik almarhum kita. Anak bungsu. Jira yang lo pikir bukan dia anak terakhir, tapi penghuni kamar itu. Seo Daebyul. Gada yang bisa dan gada yang berani masuk ke kamar Daebyul, yang pegang kuncinya cuma mamah"

Yang mendengar hanya mengangguk lalu melotot seperkian detik.

Penghuni?

Berarti seolah kata 'penghuni' masih ada yang nempatin.

"Waktu dulu mamah suka keluar masuk kamar Daebyul tiap malem, gatau ngapain. Daebyul itu meninggal waktu umur 6 tahun, waktu Jira masih umur 9 tahun. Kan sekarang Jira 15 tahun"

"Oh, gitu. Meninggal kenapa?"

"Dibunuh"

Jihyung mematung mendengarnya.

"Sebelum gue kesini, suara itu suka dateng? Emang suara apaan sih?"

Jihyung nanya nya ga kenceng-kenceng amat, tapi si Hansook malah bekap mulut kakaknya itu.

"Apa sih? Tangan lu bau kerupuk" seraya menjauhkan tangan Hansook.

"Ga gitu oon, kan gue bilang pelan pelan aja"

"Ya gue pelan, masa bisik-bisik"

Hansook menelan ludahnya. "Suara yang lo denger tadi siang, sama yang tadi depan kamar gue, suara itu dah lama. Awalnya cuma gua doang yang denger, tapi taunya Yesung sama Jira bisa denger juga, suara itu-

















































-dari 6 tahun lalu sampe sekarang suaranya ga pernah berhenti tiap hari"

THE BAD FAMILY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang