CHAPTER 10

44 12 5
                                        

Darah.

Bau amis menyeruak pernapasan nya. Ia ingin muntah, dari tadi ia terbatuk-batuk hingga mengeluarkan air mata.

Ia melihat seseorang di hadapannya sedang memegang pisau daging dengan pakaian serba hitam dan tudungnya yang menutupinya wajah itu. Lelaki itu ketakutan! Tolong siapapun tarik dirinya dari sini.

Ia menjauh, tapi pembunuh itu mendekati nya. Pembunuh di hadapannya memakai baju serba hitam dengan pisau daging ditangannya, darahnya memenuhi warna pisau asli.

"TOLONG!!! LO SIAPA!? JANGAN BUNUH GUE!" Teriak laki laki itu penuh ketakutan.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA! Jihyung..." Pembunuh itu memanggil nya.


















































Namun, laki laki pemegang pisau itu mendongak menatap mata Jihyung yang ketakutan.

Jihyung terbelalak melihat wajah si pembunuh.









































Dirinya sendiri. Min Jihyung.






































"MIN JIHYUNG!"

"HAHH" Jihyung terbangun dari tidurnya dengan nafas tidak teratur.

"HUWEK—"
Jihyung terduduk dan memuntahkan isi perutnya. Muntah nya cair.

Dongsung yang panik dan kaget melihat sahabatnya itu langsung terduduk di sebelahnya. "Heh lu kenapa!? Keluarin aja semuanya" Dongsung memijat tengkuk sang empu dan menatap wajah Jihyung yang pucat.

"Lu mimpi buruk lagi? Ko sampe muntah gini sih? Gue ambil minum dulu, dan lu tunggu sini" Ia beranjak.

Jihyung masih tidak menjawab hingga Dongsung meninggalkannya menuju dapur. Kepalanya pusing, perut nya benar-benar mual, tenggorokannya terasa sangat kering. Dan pandangan nya kosong dengan nafas yang berat.

Ia melihat dirinya di dalam mimpi. Shit! Bahkan ini mimpi yang sangat sangat buruk.

Lantai dekat ranjangnya banyak muntahan tadi, malah makin mual kalau diliat lagi. Ia tersentak begitu dengar suara langkah kaki yang terburu buru menuju kamarnya, ternyata si Dongsung yang lagi lari-lari sambil bawa lap keset sama teko stainless. Lalu menutup pintu dengan keras.

Blam!

Dengan tangan yang gemetar, ia menaruh teko di meja.

Tak

"Loh gelasnya mana?"

"Udahh.. minum— disitu aja langsung! Hhh..." Ucapnya sambil memegang kedua lutut.

"Lo kenapa Sung!?" Kini giliran Jihyung yang panik.

Dongsung menggeleng dan tangannya berisyarat agar Jihyung pergi ke kamar mandi dan segera ganti baju.

Jihyung melihat bajunya yang terkena muntah sedikit dan langsung ganti baju ke kamar mandi, seusai itu ia keluar dan menghampiri Dongsung.

"Udah gua lap muntahan lo, biar si Jimoon aja yang bersihin"

"Lu kenapa sih? Minum dulu gih"

"Ga. Lu aja yang minum, gue kan bawain nya buat lu"

"Kalau gitu bagi dua"

Mau ga mau akhirnya mereka minum gantian di teko AWOAKWOAK.

"Lu ga pernah ngerokok lagi?"

Yang ditanya menatap langit-langit kamar. "Semenjak disini. Semenjak pindah kesini, awalnya gua mau coba coba ngerokok tapi entah kenapa kayak ga betah aja bisa santai disini. Bahkan dua bungkus rokok yang masih utuh gua buang ke tempat sampah"

Dongsung melotot tak percaya. Sahabatnya ini dari SMP paling maniak sama rokok, bahkan bisa dibilang jadi perokok sejak dini. "Sayang banget buang-buang uang. Emang disini gak ada yang ngerokok? Yesung? Si bocah itu tuh— si Hansook?"

Jihyung membenarkan posisi duduknya. "Gak ada" sambil memilin bajunya.
"Jam berapa sekarang? Hape gue lowbat"

"Tadi gua liat di bawah sih jam dua"

Mereka terdiam sesaat, saling kalut dalam pikiran masing-masing. Lamunan mereka buyar ketika dengar suara dari kamar Daebyul. Lagi. "Dah sekarang lu utang cerita ke gue tadi ada apa?"

"Mungkin lu ga percaya, ini kejadian tadi di bawah waktu gue ambil air sama keset. Waktu gua buka kulkas, air di gelas kaca abis nah yaudah gua ambil yang di teko aja, pas gue balik badan— dan lu mau tau ga?" Jihyung mengangguk saat Dongsung menggantung ceritanya. "Gue liat Daebyul di— ANJING!"

DUG!
DUG!
DUG!
DUG!

Bunyi dari kamar Daebyul begitu keras dan berisik karena saking menggelegar di ruang kamar Jihyung. Mereka langsung berdiri tegap di belakang pintu memandangi tembok putih yang asal suaranya dari sana.

DUG!
DUG!
DUG!
DUG!
















PAKKK!!!

PRANG!!!












"AAAAAAAAAAAA—AA!"

















"JIRA/JIRA!"

Dari lantai bawah terdengar suara teriakan Jira yang sangat berisik. Namun suara dari kamar Daebyul masih tidak berhenti, seakan-akan ingin membobol tembok putih itu hingga hancur.

"Kita harus apa!?"

"Kita kebawah sekarang!" Titah Jihyung.

Mereka berlarian membuka pintu menuju lantai bawah namun Yesung terlebih dahulu tergesa-gesa mendengar teriakan Jira.

"Sung! Lu panggil yang lain!" Setelah itu Yesung dan Jihyung berlomba memanggil Jira dari luar kamar. Sial pintunya terkunci, dari dalam kamar tidak ada suara apa-apa lagi.

"RA! JIRA! DENGER KA YESUNG KAN!?" Yesung menggedor-gedor pintu berharap sang adiknya keluar dengan aman.

"Dobrak aja!"

Tanpa ba-bi-bu lagi Yesung mendobrak keras dalam sekali kejap dan pintu langsung terbuka lebar. Kedua mata mereka seakan ingin keluar dari tempatnya setelah melihat pemandangan yang mengerikan. Bahkan saat Jihyung maju selangkah dekat pintu, ia sudah menginjak genangan darah yang pekat.

Jira tewas menggenaskan. Di kepalanya tertancap kapak begitu sempurna dan isi perutnya terkoyak hancur melebur. Buing-buing pecahan piring berserakan di lantai bersatu dengan genangan darah. Bahkan kedua manusia itu tidak bergerak sekalipun masuk menghampiri mayat Jira karna masih shock.

Piring bekas apel.

Dan dugaan Jihyung semakin yakin kalau ini kedua kalinya pembunuhan.

Dari lantai atas suara langkah kaki yang begitu cepat menghampiri mereka dengan nafas yang tercekat begitu melihat sesuatu yang terjadi.

"JIRA KENAP— SHIT!! KENAPA BISA GINI!?" Hampir kedua kalinya Hansook ingin muntah yang tertahan, mayat Jira di depannya membuat Hansook tercengang.

Jihyung menjambak rambutnya frustasi.
"Gue juga ga tau! Waktu gua sama Yesung dobrak pintunya udah kaya gini!"
Kali ini cukup. Seluruh tubuhnya pegal dan bergetar bersamaan.



























































"Yesung, Jihyung." Dongsung menarik nafas dalam. "Bogyu gada di kamarnya!"

THE BAD FAMILY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang