A Key For Frozen Heart Chap. 4 : A Friendship :

356 12 0
                                    

Hari berikutnya saat istirahat disekolah.
" Eh, kenapa dia disana? " tanya cia.
Saat berjalan dihalaman sekolah, Cia melihat Rei sendirian duduk dibawah pohon.
" Oh kau. " ucap Rei setelah menyadari Cia disana.
" Bisa kemari sebentar? " ajak Rei.
Cia pun mendekat kearah Rei.
" Hah, aku memikirkan penjelasanmu kemarin, walau aku tidak mengerti sepenuhnya. Aku menyadari, hal seperti itu bisa saja terjadi. " ucap Rei memulai pembicaraan.
Mendengar itu Cia hanya diam.
" Hei, bukankah tidak sopan. Hanya diam dan menjauh, saat orang sedang berbicara?! " ucap kesal Rei kepada Cia, karena Cia sembari tadi tetap berdiri jauh depan Rei, tanpa menghiraukannya.
" Duduklah " ajak Rei sambil menepuk rumput disampingnya.
Mendengar itu Cia duduk disampingnya.
" Hei, itu terlalu jauh. Suaraku tidak sampai kesana! " teriak Rei.
" Dasar, kau sampai segitunya menjauhiku. Duduk dekatlah, aku ingin membahas yg kemarin! " lanjutnya.
Cia pun duduk sedikit mendekat.
" Dasar kau ini. " ucap kesal Rei.
Rei : " Memang benar yg kau katakan kemarin, tapi apa tidak keterlaluan, menyebut semua orang seperti itu.
Cia : " Memang itu yg terjadi. "
Rei : " Kau hanya melihat dari sudut pandangmu, pasti ada orang yg tidak akan melakukan itu. "
Cia : " Aku tidak percaya itu, lagi pula orang itu juga akan berakhir sama. "
Rei : " Hm, mungkin saja. Tapi, itu pasti tetap orang salah. Orang yg sebenarnya pasti akan berakhir berbeda. "
Cia : " Hah, kau ini optimis sekali. Anak manja sepertimu tidak akan tau, hal sebenarnya yg ada didunia ini. "
Rei : " Heh, kenapa begitu? "
Cia : " Karena mereka, belum pernah merasakan rasa sakit didunia ini. "
Mendengar itu, Rei sejenak terpaku. Melihat Cia mengatakan itu, seperti ia berkata yg sebenarnya.
Rei : " Felicia, kau ? "
Cia : " Eh,, ah itu hanya teori. " ucapnya dengan mengalihkan pandangannya.
Rei : " Kau ini begitu berbeda. "
Cia : " Heh, apa maksudmu? "
Rei : " Sejak melihat perilaku, aku sudah tau kau berbeda dengan yg lain. Aku merasa tertarik denganmu. "
Cia hanya diam, dan mukanya memerah mendengar itu.
Cia : " Lancang, seorang pangeran yg tidak punya etika. Apa semua pangeran sepertimu? "
Rei : " Aku rasa tidak, karna aku juga berbeda. "
Cia : " Percaya diri sekali. "
Rei : " Hehe, mungkin saja. Tapi kau tidak akan melihat pangeran sepertiku. Yah kau pasti sudah tau kan alasannya. "
Cia : " Tanpa kau beritahu, dari melihat saja aku sudah tau. "
Rei : " Memang aku seperti apa menurutmu? "
Cia : " Tidak sopan, aneh, sok tau. "
Rei : " Hei, jangan mengatakannya terlalu jujur. Menyakitkan kau tau! " teriaknya dengan muka merah.
Cia : " Kau yg bertanya, jadi aku dengan senang hati akan memberitahumu. "
Rei : " Sudahlah lupakan tadi. Hm, apa kau ingin tahu bagaimana pendapat ku tentang kau? "
Cia : " ... "
Rei : " Hm,, cantik, anggun, dan pintar. Itu yg kupikirkan. "
Cia : " Oh, terserah kau saja. Aku tidak akan tertipu. "
Rei : " Hehe, kau sudah tau ya. Hm, kau tau. Kita berbicara seperti ini sudah dinamakan berteman, kau tidak menyadarinya. Rencanaku berhasil. " dengan nada meledek.
Cia : " Kalau tidak ada yg dibicarakan, aku pamit. " sambil berdiri ingin pergi.
Rei : " oh iya, aku juga. Bel ke empat akan berbunyi. " sambil melihat jam tangannya.

Rei pun ikut berdiri, dan lari mendekati Cia.
" Itu bukan bohong. " ucap Rei pelan, sedikit mendekati ke telinga Cia, dan bergegas pergi.
" Heehh... " teriak Cia dalam hatinya.
" Dasar tidak sopan, awas kau! " gumam Cia marah dengan muka penuh malu.
" Ini bukan pertama kalinya aku diperlakukan seperti ini. Walau aku sudah tau dan sempat mengantisipasinya tadi. Hah, aku lengah. " gumam kesal Cia.
" Sangat menarik. " gumam Rei saat melihat Cia, dari kejauhan.

Tanpa sadar aku mulai tertarik, untuk lebih dekat dengannya.
Mungkin karna aku dan dia begitu berbeda. (Rei)

Saat kelas berakhir.
" Tuan Putri, ingin pulang bersama. " ajak Rei tiba2 sambil mendekati meja Cia.
" Eh..? "
" EEEeeeeHHh... "
ucap kompak seluruh siswa/i dikelas.
" Apa yg terjadi padamu Rei? "
" Apa kau sakit? Dari tadi kau bertidak aneh.! "
" Sebaiknya kita segera pulang Rei.?! " tanya satu persatu kawan Rei.
" Kalian pulanglah duluan, hari ini aku ingin pulang dengannya. " ucap Rei kepada teman2nya.
" K..ke..kenapa begitu? " tanya salah satu siswa kawan Rei.

" Karna kita berteman. " ucap percaya diri Rei.
" Te..te.. TEemaan.. " ucap kompak seluruh siswa/i di kelas.
" Tepat sekali. "
lanjut Rei dengan senyumnya.
" Hei, ap..apa yg kudengar tadi? "
" Te..teman? "
" Bohongkan. "
" Itu pasti salah. "
tanya satu per satu murid2.
Tanpa menghiraukan keadaan, Cia langsung pergi tanpa perdulikan sekitar.
" Hei, tunggu.. " teriak pelan Rei ke Cia, sambil berlari ke arahnya.
" Rei... " panggil salah seorang temannya.
" A..ap..apa yg terjadi? "
" Ah, sudahlah pasti hanya salah paham. "
" Iya, buktinya Putri itu tetap bersikap biasanya. "
" Tuan Rei, pasti sedang kurang enak badan. "
" Benar, benar. "
ucap murid2 dikelas, tidak mempercayai ucapan Rei tadi.

Rei : " Tunggu.. "
Cia : " Untuk apa aku menunggu. "
Rei : " Hei, setidaknya berhenti dulu saat berbicara. "
Cia : " Tidak ada yg dibicarakan. " ucapnya acuh.
Rei : " Bukankah kita berteman? Itu hal yg wajar. "
Cia : " Sejak kapan? Aku tidak pernah tau. "
Rei : " Kita sudah bercakap - cakap lama tadi, itu sudah jadi bukti. "
Cia : " ... "
Rei : " Hoi, berhentilah sebentar?! "
Cia pun menghentikan langkahnya.
Rei : " Hah, hah, akhirnya. Dengar, itu sudah menjadi bukti, kita telah menjalin ikatan. "
Cia : " Biar aku perjelas. Aku tidak pernah mengakuinya, dan itu hanya keinginanmu saja. Tidak ada urusan denganku " ucapnya tanpa membalikan badan.
Rei : " Memang benar kau tidak mengatakan apapun. Tapi,, aku benar2 menginginkannya. "
Cia : " Dasar.. "
Cia pun membalikan badannya, dan menatap tajam Rei.
Cia : " Apa sih yg kau inginkan? Bisakah kau tidak melibatkanku, dalam permainanmu itu! "
Rei : " Mungkin kau menganggap ini hanya candaan. Tapi, aku serius. Akan ku ulangi. "
Cia : " ... "
Rei : " Maukah kau berteman denganku? "
Cia : " Cukup, aku sudah cukup mendengarnya. "
sambil membalikan badan, dan mulai melangkah pergi.
Rei : " Aku tidak bermain - main, aku akan tetap mengatakan ini. Terus2 sampai kau mau menerimanya. "
Cia : " Apa yg membuatmu begitu keras kepala? " ucap kesalnya, sambil menoleh sedikit ke arah Rei.
Rei : " ... "
" Apa2an dengan tatapan tajam itu? " gumam Cia.
Cia : " Terserah.. " ucapnya sambil berlalu pergi.
" Benarkah? Hei, apa benar? " tanya riang Rei.
" Hei, jangan diam saja?! " ucap Rei kembali.
" Berhenti mengikutiku.! "
ucap tegas Cia.
" Bukankah kita teman? wajar saja kita pulang bersama. " jawab Rei tidak kalah.
" Sudahlah, aku lelah. " ucap pasrah Cia.
" Hehe, akhirnya kau menyerah. Mau ku gendong? " ledek Rei.
" Tau ah.. " ucap kesal Cia sambil mempercepat langkahnya.
" Tunggu.. Kau jangan marah, aku hanya bercanda.. " ucap Rei sambil berlari mengikuti Cia.
Cia :" Aku tidak marah "
Rei : " Jangan bohong, kau pasti marah karna kalah. "
Cia : " Tidak benar .. "
Rei : " Benar.. "
Cia : " Aah, sudahlah. Diamlah sebentar. "
Rei : " Okay.. "

Haahh, sampai kapan aku akan berurusan dengannya (gumam kesal Cia) .

A Key For Frozen HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang