A Key For Frozen Heart Chap. 5 : A Hugs :

313 13 0
                                    

_ Di Istana Feliz _
" Putri, ayo bangun sudah siang. "
" Putri, hari ini kau masih ada sekolah. Nanti terlambat. "
" Putri.. " ucap ke tiga pelayan istana, didepan pintu kamar Cia.
" Bagaimana ini? Apa kita buka saja pintunya? " tanya pelayan 1.
" Apa tak apa? " tanya pelayan 2.
" Mungkin tak apa, demi kebaikan putri. " jawab pelayan 3.
Pelayan pertama pun membuka pintu, dengan kunci cadangan.
Mereka pun memasuki kamar, dan berdiri dekat kasur.
" Putri, ayo bangun "
" Putri, ini sudah siang nanti terlambat. "
tanya kedua pelayan.
" Ah, kenapa kau buka kordengnya!? " ucap putri setengah bangun.
" Ini demi kebaikan putri, hamba membuka kordeng agar putri tau ini sudah siang. " jelas pelayan 3.
" Aku tak ingin sekolah hari ini. "
ucap putri sambil memunggungi para pelayan.
" Putri, tak baik bicara seperti itu. "
" Besok kan libur, tidak salah aku libur lebih cepat sehari?! "
" Tidak boleh! Putri tidak boleh bicara seperti itu!. "
" Hamba tidak ingin, putri menjadi gadis pemalas. "
" Putri adalah seorang yg terhormat, yg menjadi panutan bagi rakyat. "
" Ah, baiklah aku tau. Sekarang kalian keluar dari kamarku, aku ingin bersiap - siap. " ucap kesal putri sambil berusaha bangun.
" Baiklah, tuan putri " jawab ketiga pelayan.
Para pelayanpun keluar kamar dan pintu kembali dikunci.
" Ah menyebalkan, bisakah kalian mendengar permintaanku. Kalian selalu memaksaku. Apa kalian tidak berfikir, kenapa aku tidak ingin masuk sekolah, dan bersikap tak seperti biasa. Kalian malah berfikir aku orang pemalas! Dasar. " gerutu Cia.
Beberapa saat kemudian, di ruang makan istana.
" Putri, apa kau tidak ingin sekolah hari ini? "
tanya sang raja sebelum dimulainya sarapan.
" Iya benar " jawab singkat Cia.
" Ayah tau kau mempunyai alasan akan itu. Tapi berjuanglah untuk hari terakhir ini. " ucap raja.
Cia hanya diam.
" Jika hari ini masih membuat mu tidak suka, kau boleh berhenti. " lanjut sang raja.
" Baik ayah. " jawab Cia.
" Ayo kita mulai makannya. " ajak raja.
Merekapun memulai sarapan.

_ Di kelas _
" Hei, aku dengar kau tidak mau masuk sekolah. Apa itu karna aku? " tanya Rei, yg duduk didepan Cia.
" Tidak ada hubungannya denganmu. " jawab Cia sambil mengambil buku dari tasnya.
" Heeh, jadi bukan ya. Lalu apa? " tanya Rei kembali.
" Apa aku harus menjawabnya? " tanya balik Cia, sambil membuka sebuah buku.
" Iyalah, kita kan berteman. " jawab Rei dengan senyum kecilnya.
Tanpa menjawab kata Rei, Cia sibuk membaca buku.
" Ah kau ini, selalu. Ketika aku berbicara, ada saja yg menghalangi. "
ucap kesal Rei.
Melihat Cia serius membaca, Rei pun juga diam.
" Kau tau, kau terlihat hebat saat serius. " bisik Rei sambil bangun untuk pergi.
" Orang ini sungguh, setiap kita bertemu. Ia tidak pernah berperilaku sopan, benar2 pantas menjadi alasan aku tak ingin sekolah. " gumam kesal Cia dengan muka penuh malu.

_ Saat istirahat _
" Hei, ayo kekantin. " ajak Rei.
" Aku lebih suka disini. " jawab Cia.
" Tidak enak saat istirahat kau tetap di kelas. Ayo. " ajak Rei kembali.
Dengan wajah kesal, Cia pun ikut.
" Aku lelah berdebat dengannya, apa aku harus terus mengikutinya? " gumam Cia.
_ Di kantin _
" Kau ingin makan apa? " tanya Rei.
" Yg tidak membuat moodku semakin buruk. " jawab Cia.
" Hm, ini saja. " ucap Rei sambil mengambilkan makan untuk Cia.
" Sudahkan, ayo kita cari tempat untuk duduk. " ucap Rei.
" Rei, disini. " teriak salah satu kawan Rei, sambil menunjuk satu tempat duduk disampingnya.
" Ah, aku akan kesana saja. " jawab Rei.
" Oh, b..baiklah. " ucap teman Rei sedikit heran.
Mereka pun duduk ditempat yg tersisa.
Rei pun menarik kursi untuk Cia.
" Kau tidak makan dengan teman2mu? " tanya Cia acuh.
" Kalau aku dengan mereka, kau nanti akan sendirian. " jawab Rei meledek.
" Aku tak butuh belas kasihanmu. "
" Benarkah, aku tak yakin. Kau pasti sedih jika sendirian. "
" Tidak benar, aku justru senang sendirian. " jawab Cia tersenyum.
Suasana pun berubah.
Rei pun terdiam mendengar jawaban Cia.
" A..Ayolah kita makan. " ajak Rei mengubah suasana.
Saat mereka makan, sesaat Rei memandang Cia.
" Pembohong. " ucap Rei tiba2.
" Eh..? " tanya Cia terkejut.
" Kau pembohong. " ucap Rei dengan tajam.
" A..apa..apaan dia, tiba2 mengatakan itu. " tanya Cia dalam fikirnya.
" Apaan sih. " jawab Cia acuh dan melanjutkan makannya.
" Kau, berhentilah seperti ini. " gumam Rei.
Bel keempat pun berbunyi, saat istirahat selesai, murid2 kembali kekelas. Termasuk mereka berdua, yg ikut ke kelas tanpa mengatakan apapun.

_ Kelaspun berakhir _
" Ayo. " ajak Rei.
Cia pun berdiri, dan pergi mengikuti Rei dari belakang.
_ Saat menyusuri koridor sekolah _
" Apa2an sih gadis itu, dari tadi terus mengikuti Rei? "
" Menyebalkan kau tau. "
" Aku tau dia cantik, tapi kan terus didekat Rei juga menyebalkan. "
" Apa ia tidak tau malu. " ucap gadis2 di sekolah.
Rei : Apa kau kesal?
Cia : Untuk apa?
Rei : Yah, mereka tengah membicarakanmu, itu pasti membuatmu kesal.
Cia : Tidak, aku tidak peduli. Toh, itu bukan salahku.
Rei : Memang seorang putri es.
Cia : Apa maksudmu?!
Rei : Kau tak peduli dengan disekitarmu, memang julukan yg pantas.
Cia : Itu memang pantas untukku.
Rei pun menghentikan langkahnya, saat dikoridor yg sepi.
Rei : Cukup !
Cia : Eh..?
Rei : Hentikan sandiwaramu itu.
Cia : Kau ini kenapa sih?
Rei : Kau ini punya perasaan apa tidak?
Cia : Apa maksudmu bertanya seperti itu?
Rei : Sembari tadi kau dijauhi, digunjing, di ejek. Tapi apa responmu, kau tak peduli sama sekali. Makanya aku tanya, kau punya emosikan?
Cia : Tidak.
Rei : Eh..?
Cia : Tidak, aku sudah membuangnya.
Rei : Kau..?
Cia : Sikap peduli, perasaan, emosi. Aku sudah membuangnya.
Rei : Hentikan aktingmu!
Cia : Aku tak berakting, sama sekali tidak. Kau akhirnya tau aku yg sebenarnyakan, sekarang tinggalkan aku.
Rei : Kau tak lebih, hanya seperti boneka.
Cia : Aku tak akan protes dengan itu, terserah kau ingin mengataiku apa. Aku tak peduli. (sambil melangkah pergi, melewati Rei).
Rei : Hentikan, berhenti berbohong. Kau menyiksa dirimu.
Cia : Dasar, kau yg harusnya berhenti. Berhenti bersikap seolah kau tahu aku, diriku, dan apa yg kurasakan. Aku kesal dengan sikapmu itu. (tanpa membalikan badan)
Rei : Aku perlahan mulai mengerti, aku tau kau pasti kesal dengan sikap memaksaku. Tapi sungguh, biarkan aku menyelamatkanmu.
Cia : Apa ?!
Rei : Hah, kau tau, kau seperti diriku yg dulu. Terus menerus terkunci dalam kegelapan, tak tahu apa yg terjadi diluar sana. Jadi aku ingin menyelamatkanmu. Kau tak boleh berakhir seperti itu.
Cia : Cukup, berhenti menasihatiku.
Rei : Lepaskan topengmu, tunjukan dirimu. Biarkan perasaanmu keluar, kau menyakiti batinmu. Selama ini kau mengunci diri dalam ruang yg gelap, dengan hanya sebuah alasan, kau biarkan dirimu terkunci dalam gerbang yg membeku, dan tak tau apa yg terjadi diluar sana. Tempat cahaya datang.
Cia : Kau tak berhak mengatakan itu, kau bukan siapa2 untukku!
Rei : Walaupun begitu. Biarkan aku... (sambil melangkah mendekati Cia)
Cia : Hey, Kubilang cukup!... (membalikan badannya)
Rei : Menyelamatkanmu. (sambil memeluk Cia)
" Eh..? " ucap kaget Cia
" Jangan sakiti dirimu. " bisik Rei dengan tangan masih memeluk Cia.
Cia hanya terdiam dengan muka memerah.

" Kau tidak sopan! " ucap Cia dalam dekapan Rei.
" Aku sudah tau itu. " balas Rei dengan tersenyum.

" Biarkan aku menyelamatkanmu.. " sebuah kata yg terus berada dipikiran Cia.
Dengan langit sore hari menjelang malam yg indah, ditemani matahari terbenam. Membuat Cia merasakan kehangatan tubuh Rei, perlahan tersalur ke tubuhnya. Dalam dekapan Rei ..
" Hangat, menenangkan. " gumam Cia.

Sebuah hati es yg perlahan mulai menghangat, dengan sebuah pelukan lembut yg tak pernah ia rasakan..

A Key For Frozen HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang