|| Siapa dia

22 6 3
                                    

Tapi aku bisa apa? Nyatanya cuma kayak gini kan yang berhasil buat kamu jadi peduli sama aku?

*-Alvia Anastasya*

Happyreading

Dengan mata sembab gadis itu turun menuruni tangga seakan tidak terjadi apa-apa. Bertolak belakang dengan hatinya yang masih berkecamuk dengan penjelasan Zena tadi.

Apa dia bilang? Teman masa kecil? Persetan dengan itu semua gadis itu memilih bolos jam pelajaran pertama. Ya memang upacara telah selesai, maka dari itu gadis tersebut memilih ke kamar mandi untuk memperbaiki penampilannya yang sedikit kacau akibat ulah Zena saat di rooftop.

Jika kalian berfikir setelah insiden pelukan tadi mereka akan berbaikan? Maka kalian salah. Via tetap kesal kepada Zena saat membentak nya tadi.Kini hanya ke kantinlah tujuannya.

" Bu, bakso nya 1 sama es jeruk ya," ujar Via pada ibu penjaga kantin. Via memang belum sarapan di rumah makanya dia memilih untuk mengisi perutnya sekarang. Setelah makanan nya sampai Via pun tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

"Woi enak amat lu makan bakso disini kek orang gaada dosa!" Seseorang menggebrak meja mambuat Via yang tengah menyuapkan kuah ke dalam mulutnya tiba-tiba tersedak.

"Ukhuk-ukhukk minum!!" Setelah meneguk es jeruk nya dengan terburu-buru Via menatap tajam David yang tengah cengengesan tidak jelas.

"Kampret lu, mau bikin gue mati hah!"

"Enak aja, kalo lu mati yang ada lu ga bayar utang lagi sama gue." Ucap David memutar bola matanya.

"Ikhlasin aja si Vid cuma 100 ribu juga." Ucap Via sambil menyuapkan bakso nya dengan santai.

"Palalu." David mendengus kesal. "Eh lu abis nangis?" Ucap David tiba-tiba sambil mendekatkan wajah nya kearah Via.

"Hm."

"Lu diapain lagi sama si brengsek itu sampe kayak gini?" David menghela nafas. "Gue tau Vi lu ga mungkin kayak gini kalo lu ga ada perasaan apa-apa sama Zena." Via meletakkan sendok nya dengan kasar.

"Terus kalo gue beneran ada perasaan sama dia gue bisa apa? Kalau nyatanya dia aja keliatan ga peduli?." Ucap Via sendu menatap mangkuk nya sendu.

"Gue ada ide." Ucap David mengeluarkan smirk nya.


***

"Kamu ngapain masih pake baju kurang bahan kayak gini?" Ucap Zena menatap Via tajam.

"Kenapa?" Ucap Via menatap nyalang kearah Zena.

"Gak sopan Vi." Zena berusaha sabar menghadapi kekasih nya yang semakin hari semakin bar-bar.

"Kenapa dia boleh pake kayak gini sedangkan aku nggak?"

"Kamu sama Sarah beda." Zena melepaskan hoodie garis-garis nya dan menarik tangan Via mendekat. Ia mengikat nya ke pinggang via. Posisi mereka sangat dekat. _anjir Zena kenapa jadi sweet banget si gue gimana bisa bar-bar kalo gini._ ucap Via menahan nafas.

"Kamu kenapa? Kok nahan nafas?" Ucap Zena polos.

"Bodoamat." Via memilih menghindar dari Zena untuk menyelamatkan kesehatan jantung nya.

"Vi.. tunggu dong kamu mau kemana!" Ucap Zena saat Via tiba-tiba meninggalkan dirinya di koridor.

"Mau bolos." Via terus berjalan tanpa menoleh pada Zena yang saat ini tengah mengeraskan rahangnya.

"Apa-apaan kamu?! Siapa yang ngebolehin?" Zena menarik tangan Via agar berbalik.

"Aku nggak butuh izin dari siapapun." Ucap Via melepaskan tangan nya yang dicengkeram oleh Zena.

_Mengapa semakin hari Via semakin liar?_ Zena memutuskan untuk kembali ke ruang OSIS untuk mengistirahatkan sejenak pikirannya.


***

Bel sekolah telah berbunyi sejak 30 menit yang lalu. Dan selama itu pula seorang cowo menunggu seseorang didepan pintu kelas dengan tangan terlipat didepan dada.

"Ze-zena? Kamu disini!" Via terkejut saat mendapati lelaki yang masih berstatus pacar nya itu berdiri di hadapan nya dengan tatapan dingin.

"Kenapa bohong?" Ucap Zena memberi tatapan penuh intimidasi kepada seorang gadis yang berusaha menghindari tatapan nya itu. Ia menghela nafas lelah.

"Kamu kenapa jadi kayak gini sih Vi? Aku tau kamu nggak bermaksud merubah tampilan kamu kan?" Tatapan Zena beralih pada baju seragam Via yang tampak seperti biasa nya. Rapi dan sopan. Juga rambut pirang diujung nya pun kembali menghitam.

Via hanya menunduk ia memilin ujung rok nya dengan perasaan berkecamuk. Jujur Via memang bukan tipe orang yang mau berpenampilan seperti tadi pagi namun ia terpaksa melakukan nya.

"Maaf." Satu kata akhirnya keluar dari bibir berwarna pink alami itu.

"Aku mau kamu jawab pertanyaan aku,bukan malah minta maaf." Ucap Zena dengan tak sabar. Menuntut Via untuk segera menjawab pertanyaan nya.

"Jadi sebenernya-"

FLASHBACK ON

"Lu diapain lagi sama si brengsek itu sampe kayak gini?" David menghela nafas. "Gue tau Vi lu nggak mungkin kayak gini kalo lu nggak ada perasaan apa-apa sama Zena." Via meletakkan sendok nya dengan kasar.

"Terus kalo gue beneran ada perasaan sama dia gue bisa apa? Kalau nyatanya dia aja keliatan nggak peduli?." Ucap Via sendu menatap mangkuk nya sendu.

"Gue ada ide." Ucap David mengeluarkan smirk nya.

"Hah ide apaan?"

"Lu rubah aja tampilan lu kek Sarah gitu pasti Zena jadi merhatiin lu lagi." Ucap David santai sambil meminum es jeruk milik Via.


FLASHBACK OFF

Zena menggeram jadi gara-gara David sialan itu gadis nya berubah?

"Vi dengerin aku ya, kamu nggak harus jadi orang lain. Aku sayang kamu apa ada nya. Emang kamu nyaman jadi orang yang bukan kamu?" Zena menatap Via intens.

"Ngga Zen emang gaada orang yang mau merubah diri nya jadi kayak gini. Aku pun gamau. Tapi aku bisa apa? Nyatanya cuma kayak gini kan yang berhasil buat kamu jadi peduli sama aku?" Ucap Via berani menatap mata Zena.

Zena terkekeh sinis. "Aku selalu peduli sama kamu Vi asal kamu tahu. Tapi kamu? Gapernah dengerin omongan aku."

"Omongan yang mana lagi? Selama ini aku udah lakuin apa yang kamu minta." Ucap Via tak terima.

"Termasuk untuk jauhin David?" Zena menatap Via dingin.

"Zen harus berapa kali sih aku bilang David itu temen aku, kita udah temenan dari SMP. Aku kenal dia sebelum kenal kamu."

"Kamu belain dia?"

"Terserah Zen aku capek lama-lama. Selalu aja David yang jadi alasan kita berantem. Aku capek selalu kamu larang deket sama David tapi kamu sendiri juga deket sama Sarah." Via menghembus kan nafasnya lelah.

"Mending kita jangan ketemu dulu. Kita introspeksi diri masing-masing." Ucap Via lalu meninggalkan Zena yang terpaku didepan kelas nya. Beberapa detik setelah ia kembali mendapatkan kesadaran nya Zena bergegas mengejar Via. Terlambat. Hari itu Zena melihat Via menaiki motor dengan seorang pria.

_Siapa dia?_ Zena mengepalkan tangannya. Menatap tajam kedua orang yang telah menghilang dibalik gerbang

Alvia backkk<3 jan lupa voteeeee yaaa pliss gratis ko

AlviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang