Jisu merasa jauh lebih baik seperti ini.
Setidaknya untuk sekarang.
Perasaan itu masih terus berlanjut, meski kini tersimpan jauh di dalam lubuk hatinya, Jisu masih merasa baik-baik saja.
Yeji selalu ada untuknya, memberi senyuman menenangkan yang Jisu nantikan setiap hari belakangan ini.
Ah, Jisu tahu ia mulai berlebihan.
Masih terlalu pagi namun kaki jenjang itu sudah melangkahi koridor sekolah. Hari itu adalah hari di mana Jisu memulai tahun terakhirnya di SMA, tahun di mana ia seharusnya lebih bersungguh-sungguh, tahun yang rencananya akan jauh lebih banyak ia habiskan bersama Yeji.
Jisu berpikir jika ia menghabiskan waktunya lebih banyak di sekolah, gadis itu tidak akan kehilangan waktunya untuk belajar.
Maka di sini lah ia berada sekarang.
Jisu bangun terlalu pagi dan hal itu menjadi satu-satunya alasan mengapa ia berada di sekolah terlalu awal.
Sinar matahari yang menerpa wajahnya belum sepanas biasanya, hanya terasa seperti bongkahan cahaya hangat yang mengganggu pandangan ketika ia berusaha untuk tetap membuka mata.
Jisu tidak punya tujuan lain sepagi ini. Ia hanya akan berjalan dengan lurus menuju kelas, berniat untuk segera membuka beberapa buku dan mulai belajar.
Lucu mengingat bagaimana ia tumbuh di sisi yang berlawanan dengan Yeji.
Namun ketika langkahnya hampir saja sampai, Jisu memilih untuk berhenti. Suara tawa dan teriakan yang saling bersautan membuat gadis itu menghentikan kakinya di ambang pintu kelas.
Kepalanya menoleh, mendapati beberapa siswa yang tengah bermain basket tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Oh, dan ada Yeji di sana.
Jisu dapat melihat gadis itu mengikat rambutnya dengan ikatan tinggi, tidak ada seragam yang ia kenakan, hanya kaos hitam kebesaran dan celana olahraga pendek berwarna biru.
Jisu dapat melihat dengan jelas bagaimana tubuh Yeji bergerak dengan begitu indah, kakinya bergeser dengan lincah di atas lapangan, bergerak seolah-olah ia adalah seorang penari yang berada di atas lantai dansa.
Keringat mengucur dari pelipisnya dan Jisu dapat mendengar dengan jelas suara tawa yang lolos dari bibir gadis itu ketika bola masuk ke dalam ring sekali lagi.
Apakah Yeji selalu terlihat secantik itu?
Hari masih pagi namun Jisu dapat melihat Yeji sudah basah kuyup oleh keringat, dan Jisu dapat merasakan jantungnya akan pecah karena terlalu keras berdetak.
Jisu tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.
Gadis itu tidak pernah tertarik pada suatu objek dan terpaku pada objek itu dalam waktu yang lama.
Namun semua berbeda ketika ia bahkan tidak bisa melepaskan pandangannya dari Yeji barang sedetik pun.
Ah, lagi-lagi ia berlebihan.
Jisu merasa ia akan semakin gila jika diteruskan.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar and Smoke ; yejisu [✓]
Fanfiction❝ They were a poem, but the universe refused to write their verse. ❞ ㅡ Jisu tidak yakin kalau ia bisa melupakan Yeji nantinya. [ completed story ✓ ] •gxg! •yejisu angst •baku