Jisu menertawakan kebodohan dirinya karena tidak pernah menyadari betapa ia merindukan Yeji.
Betapa ia merindukan senyum Yeji yang tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Senyum manis yang menjadi penyebab sepasang mata itu berubah menjadi dua garis horizontal yang menawan.
Jisu dengan susah payah menahan air matanya yang mengalir deras ketika Yeji memeluk gadis itu dengan lembut. Tangannya tanpa henti memberi usapan menenangkan di punggungnya, berusaha membuat air mata Jisu kembali ke sumbernya.
"Gapapa, jangan nangis," Yeji tertawa ringan sebelum menarik tubuhnya menjauh guna menatap Jisu.
Tangan dari punggungnya berpindah menangkup wajah Jisu, mengusapkan ibu jari di sisa air mata gadis itu sebelum kembali tertawa.
Tawa ringan yang selalu berhasil membuat hati Jisu menghangat seketika.
Detik itu juga Jisu sadar bahwa Yeji akan selalu menjadi cinta pertamanya.
Tidak peduli betapa jauh mereka terpisah, betapa asing Yeji baginya selama betahun-tahun, semua masih akan tetap sama.
Yeji tetap akan menjadi cinta pertamanya dan Jisu akan tetap mencintai gadis itu dengan segala yang ia punya.
Jauh di lubuk hatinya, Jisu masih ingin terus memeluk Yeji, merasakan keberadaan gadis itu di sekitarnya dan kembali menghabiskan waktu lebih lama di tempat di mana mereka sering menghabiskan waktu bersama, namun hari sudah semakin larut dan mereka harus segera kembali ke rumah.
Terasa menyenangkan bertemu satu sama lain, berbagi kisah yang terpendam setelah bertahun-tahun tidak bertemu.
Ada banyak hal yang terjadi di hidup mereka selama waktu yang panjang itu berlalu, dan Jisu bersumpah ia bisa mendengarkan Yeji mengumpat semalaman jika gadis itu mau.
Namun di saat mereka sedang asik bertukar cerita selama perjalanan pulang, langkah keduanya terhenti ketika ponsel Yeji berbunyi.
Sebuah panggilan masuk dari Yuna.
"Sebentar ya," Yeji meminta izin dan Jisu mengangguk dengan senyuman.
Senyum manis yang terasa pahit baginya.
Jisu menyadari satu hal lain hari itu, kenyataan bahwa Yeji masih memiliki hubungan dengan Yuna membuatnya kembali mengubur perasaannya.
Yuna tidak pernah melakukan sesuatu yang salah terhadap Jisu, gadis itu berperilaku sangat lembut dan penuh perhatian, tidak pernah sekalipun mengecewakan Jisu maupun kekasihnya, Yeji.
Namun tetap saja, Yuna lah satu-satunya penyebab Jisu merasakan sakit yang luar biasa.
Yeji memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku dan Jisu tahu kalau ini adalah waktu di mana mereka harus kembali berpisah.
Yeji menjelaskan kalau ia hampir melupakan janji kencan dengan Yuna dan Jisu tertawa akan hal itu.
Yeji menyalahkan Jisu karena telah membuatnya melupakan pacarnya sendiri dan Jisu merasa hatinya sedikit menghangat mengetahui kalau ia bisa membuat Yeji melupakan prioritasnya sejenak.
Sejenak.
Setelahnya Jisu kembali disadarkan oleh kenyataan bahwa mereka tidak lebih dari sahabat.
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar and Smoke ; yejisu [✓]
Fanfiction❝ They were a poem, but the universe refused to write their verse. ❞ ㅡ Jisu tidak yakin kalau ia bisa melupakan Yeji nantinya. [ completed story ✓ ] •gxg! •yejisu angst •baku