Jisu duduk di balik meja kerjanya, tangan menutupi wajahnya sendiri sementara air mata baru saja berhenti mengalir dari sana.
"Gapapa, jangan nangis."
Kata-kata Yeji akan tetap menjadi penawar rasa sedihnya meskipun eksistensi gadis itu tidak lagi ada.
Jisu berhenti menangis. Tangannya ia jauhkan dari wajah, kemudian menatap ke atas mejanya yang sedikit berantakan.
Tiga buah amplop tergeletak di sana, dan Jisu mengambil salah satu dengan warna putih yang sudah tampak usang.
Oh, dan ada namanya di bagian depan amplop itu.
Untuk Jisu.
Melihat kata itu tertulis di sana, Jisu tahu kalau surat ini ditulis ketika mereka duduk di bangku SMA. Jisu seratus persen yakin kalau Yeji menulis ini bukan dengan pena miliknya.
Gadis itu tersenyum, kemudian membuka perekat amplop yang sudah tidak lagi merekat dengan sempurna.
Hai Jisu,
Lagi, Jisu melebarkan senyumnya, melihat bagaimana tulisan itu sangat berbeda dengan tulisan Yeji saat masih sekolah dulu. Ia tahu Yeji memberikan upaya besar untuk menulis dua kata sederhana itu dan Jisu sangat menghargai setiap detilnya.
Surat ini ditulis tepat di sampingmu, di rooftop gedung tua puluhan detik setelah kau menyalakan rokokku, kalau kau mau tahu.
Oh, Jisu ingat malam itu.
Malam ini tidak ada bintang ya? kita sama-sama tidak suka langit tanpa bintang, kan? tapi sebenarnya, bagiku ini tidak apa-apa. Aku suka menghabiskan waktu kapan pun itu jika bersama mu.
Jisu melepas tawa kecil dari mulutnya, berpikir kalau Yeji benar-benar tipe gadis kuno lewat kata-kata dalam suratnya.
Hey Jisu, aku tidak pernah menulis surat untuk Yuna seperti yang aku bilang barusan padamu. Surat ini untukmu, seharusnya. Tapi aku tidak yakin kalau semuanya akan berjalan sesuai rencanaku, maksudku, aku akan menghargai pertemanan kita dengan tidak memberikan surat ini. Tapi mungkin suatu hari nanti.
Ya, suatu hari nanti.
Jisu menarik senyum di bibirnya kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi sebelum kembali melanjutkan membaca.
Jisu, aku rasa aku menyukaimu. Ini gila, jangan tertawa, tapi aku benar-benar menyukaimu. Entah sejak kapan, tapi apa kau ingat ketika kita bertukar pandang di depan kelasmu? aku di lapangan basket dan kau berhenti di depan kelasmu, menatap ke arah kami.
Mungkin kau akan lupa suatu hari nanti tapi aku akan berusaha mengingatkanmu kalau itu, adalah waktu dimana aku menyadari bahwa aku menyukaimu, Jisu.
Oh, itu juga waktu yang sama di mana Jisu menyadari perasaannya.
Lucu menyadari bagaimana semesta bermain-main dengan perasaan dua gadis remaja yang saling jatuh cinta namun tidak pernah saling mengungkapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar and Smoke ; yejisu [✓]
Fanfiction❝ They were a poem, but the universe refused to write their verse. ❞ ㅡ Jisu tidak yakin kalau ia bisa melupakan Yeji nantinya. [ completed story ✓ ] •gxg! •yejisu angst •baku