04▪Pesta atau Petaka?

54 27 62
                                    

Tring!

Satu notifikasi muncul di layar ponsel berlogo apel digigit itu. Alkana buru-buru membukanya.

Bobrok Gurl

Sabira
Gurl! Nanti sore mau semobil or misah?

Meishel
Gue bareng lo dong, Sab. Acaranya pasti sampe malem. Gue ga tahan ngantuk kayak lo.

Sabira
Oke beb, ratu kelelawar siap memberi tumpangan.
Al! Jangan sider coba.

Meishel
Napa lo, Al? Ulangan lo ama kita?

Alkana
Ga.

Sabira
Ice queen chillin' chillin', ice queen chillin'! Singkat banget like my relationship with Loui...

Meishel
No more space for ex, please!

Alkana
Nanti kalian duluan aja, gue ga tau ikut atau ga.

Alkana mematikan ponselnya. Ia ingin menghilang sejenak. Namun, baru saja ia menekan tombol daya, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Elgar.

"Al, ini Elgar," terdengar suara dari seberang sana.

"Gue tau."

"Lo diundang sama Jovi, kan? Bareng gue mau? Sendlock aja."

"Nanti gue kabarin."

Alkana memutuskan panggilan sepihak. Persetan dengan Elgar yang menganggapnya tidak ramah. Ia hanya ingin sedikit ketenangan untuk saat ini. Bahkan rasa kesal dan ingin tahu pada Jovita yang telah ia kubur, kembali muncul akibat teman-temannya membahas pesta ulang tahun Jovita.

Jam dinding di kamar Alkana menunjuk tepat pada pukul 2 siang. Ia masih punya lima jam untuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Lebih baik sekarang ia tidur siang.

***

Bryan dan seper-circle-annya tengah berada di rumah tingkat dua yang terbilang besar. Ya, rumah siapa lagi kalau bukan milik orang tua Bryan? Terlahir dalam keadaan sederhana hingga bisa menikmati fasilitas semewah sekarang.

Bryan adalah saksi dari kesuksesan kedua orang tuanya. Namun hal ini tidak akan terjadi tanpa Olfi. Bagi Bryan, Olfi adalah anugerah yang sampai saat ini selalu disyukuri Bryan.

Olfi datang sebagai tetangga yang sangat baik. Orang tua Olfi pula yang mengajak orang tua Bryan untuk membangun bisnis bersama. Olfi sudah Bryan anggap sebagai saudara sendiri. Tidak bisa dibayangkan jika suatu saat, mereka akan bersama-sama melanjutkan bisnis orang tua mereka.

"Antariksa," panggil Olfi.

"Jangan manggil gue begitu," Bryan melayangkan tatapan tak bersahabatnya.

"Bryan Antariksa," sekali lagi Olfi membuat Bryan kesal.

"Kalau mau sesuatu, bilang."

Olfi tersenyum lebar, lebih tepatnya bangga. Tidak ada satupun di dunia ini yang digubris kodenya oleh Bryan, kecuali Olfi. Bahkan para pengejar cinta Bryan pun masih kalah pamornya oleh seorang Olfi.

"Nginjeum jaguar dong buat nanti malam. Mobil dipake Kak Vio nih. Boleh ya? Ya? Ya? Ya? Ga terima penolakan dari Bryan!"

"Parah, lo sama Olfi ngapain aja, Bry?" tanya Hisam yang tidak sengaja mendengar pembicaraan itu. "Woy! Bryan sama Olfi udah belok woy!"

HesitateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang