Bryan tengah berdiri tegap di depan pintu rumah milik Alkana. Sesuai perkataannya semalam, ia akan menjemput gadis itu. Ditekannya bel rumah beberapa kali.
"Gue kira lo bohongin gue," tuduh Alkana sembari mengunci pintu.
"Kurang kerjaan banget gue bohongin cewe lemot kayak lo! Ga ada sensasinya."
Sialan memang! Bryan selalu menang dalam bidang perolok-olokan. Dua remaja itu masuk ke dalam mobil Bryan. Terlihat jelas sekarang mobil itu bergerak menjauh dari pekarangan rumah Alkana.
Mereka hanya diam. Ini sudah setengah perjalanan. Sama-sama gengsi, itulah biang keladinya. Tetapi Alkana juga tidak nyaman lama-lama berdiaman begini. Seperti supir dan majikan saja.
"Lo-" ucap Bryan dan Alkana bersamaan.
"Lo duluan!" kata Bryan cepat.
"Gue cuma tes pita suara aja kok tadi!" masalah ngeles, Alkana jagonya.
Bryan mendesis mendengar hal itu. "Kenapa lo ninggalin gue di kantin?"
"Siapa juga yang ninggalin lo? Kepedean!" cetus Alkana. "Gue ke toilet tapi pas gue keluar udah bel ya udah deh gue langsung aja ke kelas," bohongnya.
"Gue tau lo bohong," ucap Bryan dingin. Pandangannya masih fokus ke jalanan.
Alkana menenggak salivanya. Bagaimana makhluk batu di sebelahnya ini bisa tahu? Bahkan Meishel dan Sabira yang sahabatnya saja tidak pernah menyadari jika Alkana sedang berbohong.
Alkana nyengir, "Ya, habisnya! Gue malu tau!"
"Bukannya emang lo suka malu-maluin?"
Ingin rasanya Alkana menerkam cowok di sebelahnya ini. Sikapnya membuat Alkana gemas.
"Lo ga tau aja, sepanjang jalan orang-orang ngeliatin kita waktu itu. Gue ga biasa ditatap orang banyak kayak gitu," jujur Alkana.
"Lo udah pakai wardah?"
Alkana mengernyitkan dahinya, "Tiap hari gue pake sunscreen-nya kali!"
"Oh, halal berarti."
Alkana teringat kata-kata Bryan di kantin waktu itu. "Makanya pakai wardah, biar halal." Alkana terkekeh mengingatnya.
"Ketawa lo?"
Alkana langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Namun beberapa detik kemudian ia berkicau lagi. "Kenapa lo jemput gue?"
"Gue tau lo dibuntutin semalam."
Bisa-bisanya, apakah ia ini cenayang?
"Tau dari?" selidik Alkana.
"None of your business."
Alkana memutar bola matanya. Ia harusnya tidak bertanya karena jawabannya pasti begitu.
Mereka telah sampai di SMA Cendekia Bangsa. Tidak terlambat sama sekali.
"Turun!" perintah Bryan. Alkana pun buru-buru membuka pintu dan keluar dari mobil mewah berwarna hitam legam itu.
Meskipun tidak terlambat, ada satu hal lagi yang disesali Alkana. Mereka datang tepat disaat parkiran sedang rame-ramenya. Semua orang memandang ke arah Alkana dan Bryan yang berjalan hampir sejajar.
Menyadari hal itu, Alkana pun melajukan langkahnya.
Bryan meraih pergelangan tangan Alkana, "Jangan jalan duluan, gue bukan pembantu lo!"
"Lepasin tangan gue!"
"Kenapa? Kan udah pakai wardah. Halal." Bryan lalu melepaskan genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesitate
Random🍒 (On Going) Ini cerita tentang Bryan Antariksa cowok ganteng setengah cuek anggota geng Gaverta. Bukan hanya itu, ini juga cerita tentang Alkana Senjani. Cewek ramah yang anti-cinta. Semesta selalu berusaha menjadikan mereka dekat. Hingga suatu sa...