Lagi dan lagi. Alkana tidak pernah bisa membantah perlakuan Bryan terhadapnya. Sekalipun ia berusaha, ujungnya akan kalah juga.
Kini dua orang itu berada di rooftop rumah Bryan. Setelah tadi mereka makan malam bersama.
"Sering-sering ke sini. Masakin gue. Ntar digaji," Bryan memang seenak jidat.
Tadi ia meminta Alkana untuk memasak tumis kangkung—makanan favoritnya. Tak ia sangka masakan Alkana seenak itu. Akhirnya ia bisa merasakan masakan rumahan dengan takaran bumbu yang pas.
Sudah lama Bryan tidak merasakan masakan ibunya, atau sekedar kumpul dengan keluarga. Orang tua serta adik lelakinya suka sekali bolak-balik luar kota.
Selama ini ia hanya membeli makanan dari warung yang notabenenya dengan bumbu seadanya ataupun junkfood yang ia tahu tidak baik untuk kesehatannya.
"Emangnya lo ga punya asisten rumah tangga?"
Bryan menggeleng, "Gue suka sendirian."
Alkana tidak heran dengan jawaban itu. Bryan memang terlihat agak kaku dan suka menyendiri dibanding teman-temannya.
"Lagipula kalau gue punya ART, nanti bakal jadi fitnah,"
Alkana terkekeh mendengar ucapan Bryan. Bisa-bisanya ia berkata demikian padahal sekarang ia hanya berdua dengan Alkana.
"Terus siapa yang ngurus rumah segede ini?"
"Gue sendiri."
Bryan luar biasa mandirinya.
"Jadi, lo mau ga?" Bryan memang ahli dalam mendapatkan segala keinginannya.
"Ga tau," jawab Alkana singkat, padat, jelas, sayangnya tidak mengandung kepastian.
"Tinggal jawab, mau atau ga. Gue ga maksa," Bryan melayangkan tatapan super duper dingin namun menyeramkan bagi Alkana.
Alkana menelan ludahnya dengan susah payah, "O-oke, gue usahain."
Bryan mengembangkan senyumnya, meski tidak sepenuhnya. Ia masih menatap ke langit. Langit malam itu cerah, banyak sekali bintang di sana.
***
Bryan terperanjat dari kasurnya. Jam digital di kamarnya menampilkan angka 06. 25 am. Ia harus membangunkan Alkana.
Bryan mengetuk pelan pintu yang bertuliskan 'M U S A' itu. Ya, Alkana tidur di kamar adiknya. Tidak ada respon dari dalam. Bryan pun membuka pintunya.
Nihil. Alkana tidak ada. Ia pun turun ke dapur.
"Lo ngapain lari-lari?" tanya Alkana yang menyadari kehadiran Bryan.
Gadis itu tengah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
"Gue harus balik ke rumah, ngambil buku, ganti baju."
Ini adalah hari Senin. Alkana tidak mau terkena masalah di hari yang keramat ini.
"Tunggu, gue mandi dulu."
"Ga bakal sempat," Alkana menolak dengan tegas.
Bryan berjalan ke arah tangga sembari menyaringkan suaranya, "Semua kunci lo ada di gue, cewe lemot!"
Sial! Alkana duduk pasrah. Ia memilih untuk menghabiskan sarapannya dan memasukkan jatah sarapan Bryan ke kotak bekal.
Sepuluh menit kemudian Bryan turun. Ia tampak rapi meski dua kancing teratasnya terbuka memperlihatkan kaos putih polos yang jadi lapisannya. Wangi parfumnya pun memenuhi ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hesitate
Random🍒 (On Going) Ini cerita tentang Bryan Antariksa cowok ganteng setengah cuek anggota geng Gaverta. Bukan hanya itu, ini juga cerita tentang Alkana Senjani. Cewek ramah yang anti-cinta. Semesta selalu berusaha menjadikan mereka dekat. Hingga suatu sa...