Prolog

28 0 0
                                    

'Bulan... Kenapa kau begitu jauh?'gumam seseorang sambil memandang Bulan yang tengah bersinar begitu indah.
"Arumi!"pekik dari lantai satu ke seorang wanita yang masih asik dengan kegiatan melamun di malam hari.
'Bulan... Kenapa aku tak bisa mengapaimu?'gumamnya sekali lagi, dengan suara derap langkah seorang yang semakin mendekat
Brak
Pintu kamar di buka sembarang oleh sosok itu, dia menjewer Arumi. Wanita yang tengah termenung sambil memandangi sang bulan.
"Aaa... Umi sakit... Aaa..." pekik Arumi saat telinganya menjadi santapan hangat tangan sang umi tercinta.
"Lagian kamu! Apa gunanya punya telinga! Kalo umi panggil dari tadi ga di jawab!" omel Umi dan masih menjewer telinga Arumi.
"Ya deh, Arumi janji ga lagi aaa.. Sakit mi.." ucap Arumi dengan sesekali memekik sakit.
"Awas kalo di ulang lagi kamu!" ucap Umi sambil melepaskan tangannya dari telinga Arumi.
Arumi tersenyum kepadanya dengan tangan menggosok telinga yang hampir merah itu.
"Ya udah, sekarang turun! Temuin jodoh kamu di luar!"sahut santai tanpa memperdulikan wajah cengong putrinya.
"Hah? Jodoh Arumi? Kapan Arumi punya pacar? Kan Arumi jomblo, umi..." pekik Arumi ke Uminya yang kini telah melesat pergi meninggalkannya.
Gila, jodoh? Orang aku jomblo. Mana ada jodoh
Ini pasti kerjaan umi, pasti mau kenalin aku sama aki-aki lagi nih argh..
Aku ga mau uh..
Siapapun, tolongin aku.

Mantanku, pelabuhan terakhirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang