6

99 49 179
                                    

"Ketukan langkahmu dan gesekan sepatumu beradu dengan lantai adalah suara yang selalu ingin aku dengarkan. Sebab itu menandakan kamu menghampiriku.

Satu hal yang perlu kamu tahu bahwa aku hafal suara langkahmu menujuku"

🌻🌻🌻

"Asalamualaikum," ucap seorang perempuan yang tiba-tiba masuk.

"Walaikumsalam," ucap semua orang di ruangan serempak.

"Maaf ya gua telat. Udah selesai," seorang perempuan tersebut datang menghampiri Rei.

"Iya gak apa-apa, tapi lain kali jangan diulangi. Kasian udah pada nungguin," perempuan itu hanya mengangguk paham.

"Jadi yang mengukur Bu Guru, teman saya. Namanya Ifra, saya kan pria jadi segan megang perempuan yang bukan muhrim saya, terlebih yang sudah menikah. Hehe" ujar Rei mencoba mengeluarkan guyonan garingnya.

"Baik dimulai dari bu Chara" kata Rei dengan sedikit gugup, hanya karena memanggil Chara dengan kata 'bu' sudah membuat Rei yang tadinya bisa jadi tampak gugup.

"Demi formalitas, Rei. Lo bisa, yah lo bisa. Kan nggak enak kalo yang lainnya dipanggil pak atau bu. Lah dia kamu panggil dengan nama. Iya kalo dia ngaku kamu kenalannya kalo kami diakuin sebagai orang yang genit dan sksd gimana." Batin Rei --mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia tidak salah tidak perlu merasa aneh atau gugup.

setelah kurang lebih empat puluh menit akhirnya acara ukur-ukuran selesai. Berhubung lebih banyak guru perempuan dibanding guru laki-laki, terlebih mereka banyak permintaan. Hal itu sudah menjadi makan sehari-hari Rei bertemu banyak pelanggan yang banyak permintaan dan banyak komplain. Bahkan tempat Rei yang dikenal murah pun masih ada yang siap beraduh argumen demi mendapat diskon.

🌻🌻🌻

Setelah melewati keadaan yang melelahkan jiwa yang masih dalam tahap move on. Akhirnya, Rei memilih untuk kembali ke toko. Sementara Ifra sudah dijemput oleh pacarnya yang juga sedang istirahat untuk makan siang bersama, Rei memang diajak tapi tentu saja dia memilih untuk tidak ikut. Siapa yang ingin makan saat seseorang ingin bersama pasangannya, jadi obat nyamuk yang ada. Ifra memang sering makan siang bersama hal itu dilakukan karena seharian mereka sama-sama sibuk kerja, dan malamnya mereka lebih milih untuk beristirahat dibanding untuk chatting atau semacamnya layaknya pasangan pada umumnya.

"Kenapa sih aku gak bisa lupain dia."

"Padahal dia sudah bahagia."

"Chara"

"Chara."

"Chara terus"

"Semoga Allah mendekatkan kami jika memang kami berjodoh. Dan segera menjauhkan dia jika kami tidak berjodoh, jauhkan baik di pikiran maupun disebuah pertemuan apalagi pertemuan yang tidak disengaja."

Gerutuh-gerutuh yang dilontarkan oleh Rei dalam mobilnya saat berada di lampu merah. Ia merasa ingin cepat-cepat sampai di tokonya karena ingin menyibukkan diri untuk sejenak melupan sang mantan. Sibuk dengan pekerjaan adalah sebuah pelarian yang sangat bermanfaat selagi memang masih bisa bekerja fokus, karena jika pelariannya mencari perempuan lain ketika hatinya masih untuk perempuan lain lebih tepatnya belum mengetahui pasti untuk siapa hatinya, maka sama halnya dia menyakiti hati perempuan lain. Begitu pikiran Rei.

Setelah sampai di tokonya. Rei melihat banyak pengunjung seperti biasanya. Walaupun sekarang waktunya istirahat, menjadikan semua pekerja harus bergantian dalam melakukan istirahat siang baik untuk makan dan sebagainya. Rei sekarang langsung menuju ruangannya, tanpa menghiraukan pelanggan-pelanggalan genit yang hanya ingin bertemu dengannya.

Menduduki kursi kebesarannya --semacam kursi direktur, sebab Rei juga memiliki ruangan khusus untuk dirinya sendiri saat merancang atau saat ada suatu hal yang perlu didiskusikan dengan pelanggan. Tidak membuat Rei langsung bisa bekerja dan melupakan sejenak kehadiran Chara yang berkunjung ke pikirannya. Tapi, Rei tidak memiliki sebuah pekerjaan dengan dealine yang memang sudah dekat atau pesanan yang bisa dikerjakan sekarang. Rei memilih untuk mengambil pensil dan sebuah kertas khusus di dalamnya memuat rancangan-rancangan hasil karya tangannya, lalu mulai melukis guratan-guratan mulai dari garis lurus, melengkung, ataupun melingkar.

Tanpa sadar Rei sudah melupakan kejadian tadi serta kehadiran Chara, sampai-sampai juga melupakan makan siangnya. Tapi, tidak dengan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk tetap sholat meskipun kadang diujung-ujung waktu.

Rei masih berproses untuk menjadi manusia lebih baik dari sebelumnya bukan dari dia ataupun mereka. Rei juga ingin melengkapi prosesnya dengan ikut pengajian atau banyak bertemu dengan orang yang punya niat yang sama sepertinya, tapu karena kesibukan membuat Rei memutuskan untuk melakukan hal yang dia ketahui seperti kewajiban menunaikan sholat, kadang diwaktu senggang Rei juga menonton tausiah di ponselnya atau membaca sekilas buku-buku yang sengaja dibelinya.

"Alhamdulilah siap juga,"

"Nah kayak gini tinggal digambar detail dan hiasan lainnya."

Tanpa di sadari Rei menggambar baju pengantin, memang masih pola tapi hal itu sudah terlihat jelas bahwa itu baju pengantin. Melihat gaun rancangannya membuat Rei yang awalnya dilema karena mantan satu-satunya tersebut mampu memporak-porandakan perasannya. Tapi, karena kecintaannya dalam dunia fashion membuat Rei merasa cukup senang hanya karena berhasil menggambar sebuah rancangan yang menurutnya bagus. Gaun pengantin rancangannya merupakan gaun pengantin perdana yang dibuat langsung oleh tangan Rei sebuah gaun yang sederhana tapi sangat indah.

Keasyikan menggambar, tidak terasa waktu pulang dan tutup toko sudah waktunya, dan Rei sudah menyiapkan tiga rancangan yang ketiganya masih berbentuk pola. Ketiga desain itu akan dilanjutkan di rumah, lalu disimpan akan dikeluarkan bila datang masanya. Masa Rei memiliki pengantin, mengingat hal itu, Rei menjadi senyum-senyum sendiri. Anehnya dalam bayangan Rei, pengantinnya bukan Chara. Tapi cukup membuatnya senang meskipun hanya sebuah imajinasi.

🌻🌻🌻

Tbc
~salam, Pakhi

TINTAM (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang