"Hal yang kau ingin belum tentu baik untukmu. Jadi jangan terlalu berharap akan ingin yang menderap, harapan hanya akan membuat lengah yang berujung sakit"
🌻🌻🌻
Hari-hari yang kita jalani sudah sepantasnya untuk kita syukuri atas apa yang kita peroleh. Karena kehidupan adalah sebuah kejutan, tidak semua kejutan kita menyukainya. Tapi, tugas kita adalah berterima kasih atas setiap kejutan yang telah diberikan agar sang Pemberi Kejutan tak merasa kita tidak peduli. Berharap hal yang tidak kita sukai diganti menjadi lebih baik.
Hari ini Tina mengajar di sebuah kelas yang dianggap kelas dengan siswa paling nakal. Tentunya siswa yang tidak menyukai Tina ada di kelas tersebut. Tina sudah memberikan tugas mencari vocabulary, usai memberikan intruksi kepada siswa yang belum mencukupi jumlah vocabulary yang telah disepakati. Lalu Tina berlalu menuju kelas, tapi hal yang tidak terduga terjadi saat itu juga.
"Jazzy, istirahat nanti Ananda datang ke ruang BK," ucap Tina --yang masih duduk di kursi tempatnya mengajar.
Tina melihat vocabulary yang harus dijadikan kalimat malah disobek. Sobekannya teronggok di mejanya, buku yang seharusnya sudah diisi dengan kalimat-kalimat yang telah diperintahkan malah masih kosong tanpa noda pena sedikitpun. Sedangkan di embuh sedang berkelana di dunia mimpi.
Melihat tidak adanya pergerakan maupun jawaban, lantas saja Tina menghampiri siswa tersebut. Siswa yang berani mengempeskan ban sepeda motor Tina. Tapi, Tina belum berang apalagi murka kepada siswanya itu, meskipun sudah beberapa kali dirinya diusili oleh siswa tersebut.
"Jaz, bangun! Bu Tina mau ke sini tuh," bisik teman sebangku Jazzy.
"JAZZY AZQHA WIJAYA." Ucap teman sekelasnya secara serempak, tentunya itu adalah ide sang guru yaitu Tina.
Jumlah siswa dikelas ada dua puluh orang dan lima orang masih di luar mencari vocabulary yang diperintahkan. Kelas yang dinobatkan sebagai kelas dengan siswa nakal terbanyak bahkan juga ada yang melabelkan dengan kelas buangan. Tapi, bagi Tina tidak ada kelas buangan maupun unggulan. Ia tidak ingin membedakan para siswanya, baginya semua siswa berhak mendapatkan ilmu tanpa memandang nilai, kasta, ras, dan semacamnya.
"BERISIK WOII," ucap Jazzy sembari bangun dan berdiri. "Ganggu orang tidur aja. Ngapain sih pada teriak-teriak manggil nama gua, ha!" Ujarnya dengam sarkas.
🕭🕭🔔teng teng teng (*bel istirahat berbunyi)
Tina yang memperhatikan siswanya itu masih bergeming, walaupun jam pelajarannya telah usai. Siswa yang tadinya masih diluar juga telah kembali. Tina sudah tidak bisa membiarkan tingkah siswanya kali ini yang sudah sangat jelas salah.
"Ikut ibu sebentar ke ruangan BK sekarang!" Tutur Tina tegas.
"Aelah, ngapain kesono. Di sini aja sih, ribet amat kek mau ngomongin urusan negara aja," bantah Jazzy.
"Ikut ibu atau ... " ucapan Tina Terpotong.
"Gua lagi mager, M.A.G.E.R, tau mager nggak? Malas gerak. Gua udah PW di sini. Omongin aja langsung. Apa susahnya sih," jawab Jazzy dengan santai.
"Ikut ibu atau orang tua Ananda, ibu panggil ke sekolah!" Ucap Tina.
Mendengar jawaban Tina tersebut. Jazzy langsung bangkit dan berjalan menuju pintu, tanpa ada beban apapun.
"Katanya mau ke ruangan BK. Kok diam di sana sih. Kuy!" Santai Jazzy.
Tina tidak bisa memperintahkan semua siswanya menerima nasihat-nasihatnya, meskipun nasihat tersebut semuanya baik. Untuk itu, ia akan melakukan pendekatan kepada siswanya. 'Bukankah kita lebih mudah menerima nasihat dari orang yang dekat dari kita dibandingkan orang yang hanya mengenal kita sepintas saja.' Begitu pikir Tina, baginya hanya batu yang sama-sama keras yang bisa memancarkan api dan dengan kegigihan tetesan airlah batu yang keras bisa retak, tidak peduli sekeras apaun itu.
🌻🌻🌻
Di ruangan BK
"Sekarang gua sudah di sini. Gua harap itu memang hal yang penting, bukan cuma ingin ceramah aja," tutur Jazzy tanpa merasa bersalah.
"Ibu ingin ananda mewakili sekolah kita dalam event debat bahasa inggris," ucap Tina dengan tenang.
"Gua? HA! Ibu nggak salah? Apa ibu nggak waras, mengikut sertakan gua di debat-debat nggak jelas gitu. Bukannya ada Sasha temennya Ajinomoto, anak KELAS UNGGULAN itu," jawab Jazzy dengan penekanan diakhir katanya. (*tidak ada endorse-an ya😆)
"Sasha sudah ikut lomba kimia, tidak akan efisien kalo dia ikut kompetensi ganda dalam waktu bersamaan, hasilnya tidak akan maksimal," Tina mencoba menjelaskan kepada seorang yang berseragam putih-dongker tersebut.
"Dina? Ayya? Frandi? Lisa? Erlin? Nadin? Candy? Kalil? Fanya? Mereka kemana?" Balas Jazzy yang masih enggan untuk menerima tawaran gurunya tersebut.
"Dina, Nadin, dan Kalil mereka ikut kompetisi Fisika. Candy kompetisi menyanyi. Fanya dan Ayya mereka ikut event melukis. Lisa ikut lomba baca puisi. Frandi dan Erlin mereka sedang sibuk latihan dengan grub band acoustic, untuk tampil beberapa bulan kedepan di event ... apa gitu, ibu agak lupa. Cuma debat bahasa inggris yang kekurangan kandidat, so. Ananda tidak bisa mengelak lagi." Ucap Tina dengan tenang.
"Ibu memilih ananda bukan tanpa sebab. Selama ini ibu perhatikan, ananda memang banyak tidak memperhatikan penjelasan ibu. Tapi, ibu lihat itu tidak mempengaruhi pengetahuan ananda tentang materi yang ibu berikan. Menurut ibu ananda sangat mahir dalam bahasa inggris maka dari itu ibu memilih ananda ikut event ini." Jelas Tina.
"Ibu mau memuji apa nyindir? Heh! Kentara sekali," ucap Jazzy bermonolog yang tentunya masih bisa didengar oleh Tina.
"Baiklah gua setuju. Tapi dengan syarat gua hanya latihan kapanpun gua mau, dan yang paling penting. Nggak ada PR just special for me. Gimana?" Ucap Jazzy yang memanfaatkan situasi.
"Baiklah. Tapi untuk PR itu tidak dibenarkan, tidak adil bagi bagi yang lainnya. Bagaimana kalau kita tukar saja, ananda boleh tidur di kelas tanpa diganggu. But, itu hanya berlaku sampai lomba usai." Balas Tina mencoba bernegosiasi dengan siswanya itu.
"Jika ananda menang. Kita bisa bicarakan lagi, reward apa yang ananda dapat." Lanjut Tina.
"Terpenting sekarang adalah dia iikut event ini, dengan begitu dia akan mudah didekati. Kalo sudah begitu akan lebih mudah menasehatinya, tidak ada gunanya menghukumnya" batin Tina.
"Tawaran yang cukup menarik,"
"Kalo gitu gua balek kelas dulu. Ini sudah terlalu lama memakan waktu berharga gua," ujar Jazzy sembari melirik jam yang melingkar ditanganya.
"Anak itu memang vibe-nya seperti preman tapi dia sepertinya anak yang baik terlebih juga pintar. Tidur di kelas saja dia bisa mengerjakan semua tugas lebih baik dari teman-temannya yang fokus mendengarkan dengan seksama," monolog Tina --usai siswa yang tadi dihadapannya sudah meninggalkan ruangan tersebut.
🌻🌻🌻
Tbc
~salam, Pakhi
KAMU SEDANG MEMBACA
TINTAM (ON GOING)
General Fictionkisah kita tak sehebat, semanis, dan seromantis orang lain. tapi, kisah kita sehebat, semanis, dan seromantis versi kita berdua. Tinara Afifah Seorang Guru sekolah menengah pertama, yang harus menghadapi siswa pada masa peralihan. Masa saat mereka...