"Aku mencintaimu. Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu"
-Sapardi Djoko Damono-
🌻🌻🌻
Terkadang mengingat sesuatu memanglah sulit, tapi ada yang lebih sulit dari mengingat yaitu melupakan. Saat kita ingin melupakan dia, tapi pikiran kita merasa berat mengenyahkan dia.
Mengingat suatu hal terkadang bukan keinginan sadar kita, tapi tanpa sadar ingatan itu masih muncul karena alam bawah sadar kita enggan untuk untuk melepasnya. Jadi jangan terlalu keras ingin melupakan sesuatu karena bisa jadi hal itulah yang tanpa sadar ingin kamu pertahankan.
"Permisi, selamat sore, Bu, Pak. Kami dari perusahaan Mencintai Dia Selalu, ingin menawarkan sebuah produk elektronik dengan harga membumi dengan kualitas melangit, dan yang tidak kalah kerennya produk kami bisa dicicil," ucap seorang pria yang mendatangi Fatimah dan Akra yang sedang duduk di teras rumah.
"Maaf yo Mas. Kami lebih suka manual daripada yang instan, jadi Mas pergi saja," jawab Akra.
"Datang-datang ucap salam toh, jangan ngadi-ngadi gitu. Ayah dan anaknya sama, nanti anaknya merajuk nanti pergi beneran, gimana? Anak bapak ini loh suka merajuk, nggak ada cadangannya lagi" celetuk Fatimah --mendengar hal itu justru membuat Ayah dan anak itu kompak tertawa.
"Yowes, Pak, Bu. Kalau tidak mau barang elektroniknya, semoga tidak rugi yo. Kalau begitu saya pamit dulu ..., " ucap Rei menggantung.
"Pergi ke kamar dulu, mau mandi. Sudah gerah," lanjut Rei, sambil meletakkan sebungkus martabak yang dibelinya saat pulang yang sempat disebut sebagai barang elektronik.
"Jadi barang elektroniknya gratis toh, Mas,"
"Tidak, Pak. Itu semua sudah masuk dalam bon, nanti kami akan tagih bayarannya bukan depan,"
"Bapak dan anak kok bisa gitu ya. Agak-agak nggak waras" celetuk Fatimah.
🌻🌻🌻
Malam yang senduh bagi mereka yang sedang dilema, akan berubah menjadi ceria jika mereka ada yang menemani seperti bulan yang ditemani bintang-bintang sebuah perpaduan yang sangat indah.
Berbeda dengan Rei, tidak ada definisi malam ceria atau malam dilema yang ada hanya malam kerja. Seperti sekarang ia sedang lanjut menyelesaikan pekerjaan yang tadinya masih tahap kerangka saja.
Tidak perlu banyak melakukan hal apapun saat merasa gundah atau dilema cukup mengerjakan sesuatu yang kamu suka dengan perasaan senang dan ikhlas maka itu sudah cukup membuatmu merasa tenang dari sebelumnya. Hal itulah yang sedang dilakakun Rei, melihat gaun-gaun rancangannya seketika ia melupakan dilema saat mengingat sang mantan.
"Rasanya lihat hasil gaun ini, jadi pengen lamar anak gadis orang," lirih Rei.
"Tapi siapa yang kudu gua lamar? Ya Tuhan cepat pertemukan aku dengan tulang rusukku, jangan simpan dia lagi ya Tuhan. Permintaan hamba nggak ribet kok, cukup dia yang mau menerima hamba apa adanya, agamanya baik, akhlaknya baik, rupanya baik, pintar masak, selalu nurut, cantik pake banget. Udah itu saja Ya Allah, lebih sederhananya yang sempurna," ucap Rei memohon.
"Itu minta apa maksa?" Ujar seseorang yang masuk ke kamar Rei.
"Ibu denger?"bukannya menjawab Rei malah balik bertanya.
"Ini gaun buat nikahnya? Siapa calon mantu ibu itu? Kok nggak pernah di bawa ke sini sih, hayu dah langsung lamar aja" celetuk Fatimah saat melihat sebuah desain gaun pengantin yang sedang dikerjakan Rei.
"Udah nanti lanjutin gambar gaun buat mantu ibu, sekarang makan dulu yuk. Bapak dah nungguin tuh," lanjut Fatimah.
Fatimah keluar terlebih dahulu, karena Rei harus merapikan pekerjaannya dulu. Tidak menunggu lama langsung saja Rei menuju meja makan yang sudah menyajikan makan malam yang sungguh menggugah selera Rei. Masakan ibu memang paling t.o.p.b.g.t.
"Pak, tahu tidak. Sebentar lagi kita akan punya mantu. Ibu jadi nggak sabar, siapa mantu yang akan jadi mantu kita pak," ucap Fatimah.
"Ngomong opo toh Bu"
"Tadi ibu liat gambar baju pengantin buat calon mantu kita. Terus Tama juga doa cepat nikah pak" jawabnya, yang membuat Rei hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Ibunya
🌻🌻🌻
Saat terbangun di pagi hari. Banyak orang yang suka mengecek ponselnya, melihat notif pesan dari pasangannya. Tanpa memikirkan hal lain terlebih dahulu, ponsel adalah barang terakhir dipegang saat hendak tidur dan barang pertama yang akan dilihat saat bangun.
Hari ini sama dengan hari lainnya yaitu bekerja, bekerja, dan bekerja. Begitulah pikir Rei saat bangun di pagi hari. Bangun cek ponsel hanya untuk melihat jam, karena sudah dapat dipastikan tidak ada notif yang masuk selain operator karena Rei memang tidak sedang memiliki pasangan atau sedang dalam masa pendekatan. Hal itu valid dan tidak diragukan lagi.
"Pak, Buk. Tama berangkat dulu ya," ujar tama seraya mencium punggung tangan ibu bapaknya.
"Jadi kapan mau lamar menantu Ibu?" Celetuk Fatimah.
"Kalau sudah pasti, akan tama kasih tau semuanya kalau perlu kita lamar hari itu juga tanpa nunggu hari esok" ucap Rei yang tentu saja ia tidak tahu harus lamar siapa.
Usai mengatakan hal itu, Rei langsung menaiki kuda besi satu-satunya. Lima belas menit kemudian kuda besi Rei sudah terparkir di depan tama's tailor. Rei memang selalu tiba terlebih dahulu dari karyawannya, mencoba memberikan contoh yang baik untuk karyawan atau temannya.
Setelah toko dibuka lalu semua pekerja telah datang, mereka telah disibukkan oleh pekerjaan masing-masing. Karena belum ada pengunjung atau pelanggan yang datang karena hari yang masih pagi.
"Permisi!" Ucap seorang perempuan berseragam Guru yang datang.
"Iya, ada yang bisa kami bantu?" Jawab Jian yang memang bekerja dibagian depan.
"Saya ingin buat seragam untuk siswa olimpiade, Mba," tutur perempuan tersebut.
"Tunggu sebentar ya, Mba. Kalau urusan itu langsung ke Owner-nya saja. Saya akan panggilkan ia dulu, silakan duduk dulu, Mba." Ucap Jian mempersilakan perempuan tersebut.
Rei sedang berada di ruangannya yang memang sedang mengerjakan sebuah desain yang dipesan oleh orang-orang beberapa hari yang lalu. Biasanya jika sedang mengerjakan sebuah desain ia akan di ruangan tersebut.
🌻🌻🌻
Tbc
~salam, Pakhi
KAMU SEDANG MEMBACA
TINTAM (ON GOING)
General Fictionkisah kita tak sehebat, semanis, dan seromantis orang lain. tapi, kisah kita sehebat, semanis, dan seromantis versi kita berdua. Tinara Afifah Seorang Guru sekolah menengah pertama, yang harus menghadapi siswa pada masa peralihan. Masa saat mereka...