"Hal yang Seharusnya justru tak selaras dengan nyatanya. Menerima realita yang tidak bisa ditinggalkan, jauh lebih menyakitkan daripada tidak bisa sama sekali."
🌻🌻🌻
Menjajal hari yang menyenangkan meskipun terkadang juga sangat menyebalkan. Bukanlah menjadi alasan untuk tetap diam tanpa mengupayahkan apa-apa. Setelah berlelah Lillah akan ada waktu untuk mengisi amunisi buat hari esok. Pergunakan waktu se-efektif mungkin sebelum kamu diselektif olehnya.
Setelah Rengga dari rumahnya Tina selepas mengantarnya. Tina langsung beranjak menuju kamar untuk membaringkan badan usai mengalami lelahnya diri, hati, dan pikiran saat ini. Tidak lantas ia langsung tidur karena sebentar lagi akan memasuki sholat ashar. Bukankah waktu dilarang untuk tidur itu ada tiga, setelah subuh, selepas Ashar, dan di waktu magrib menjelang isya.
Tina tinggal bersama kedua orang tuanya yang merupakan pensiunan guru, ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua abangnya sudah menikah dan tinggal di luar kota, abang pertama bernama Tian seorang TNI, dan abang keduanya bernama Tino seorang Guru PNS.
Tina memang sempat kesal dan marah kepada siswanya yang nakal. Namun, ia tidak bisa melakukannya terlebih memang di usia siswanya sekarang adalah tahap pencarian jati diri. Sebagai seorang guru ia seharusnya mengarahkan siswanya agar tidak menyeleweng dari norma yang berlaku. Terlebih ia juga mengemban tugas sebagai guru BK yang notabene-nya musuh siswa nakal.
Tidak ada gunanya membenci hal yang memang buruk, sebelum mengetahui motif yang melatarbelakangi perbuatan tersebut. Begitu pikir Tina.
Terkadang siswa bandel atau nakal dilahirkan dari seorang anak yang tidak mendapat perhatian, sebagai bentuk protesnya dengan melakukan hal yang dilarang atau terlibat dengan pergaulan yang salah. (*Hei siswa yang pernah nakal, apa alasan kamu lakuin itu?)
"Alhamdulilah puasa hari ini diberi kelancaran," ucap Tina bermonolog.
"Semoga Allah senantiasa memberikan Tina kesabaran dalam mengemban amanah ini," lanjut Tina --yang di-amin-kan oleh Ibunya, sementara ayahnya tentu sedang di mesjid.
"Gimana ngajarnya hari ini?" Tanya Sina --ibu Tina.
"Nggak gimana-gimana, Bu. Masih seperti biasanya selalu ada siswa yang nggak suka sama Tina," tutur Tina.
"Namanya juga hidup. Yah pastinya ada yang tidak menyukai kita. Bahkan Baginda Nabi Muhammad SAW saya yang kebaikan dan akhlaknya sudah tidak diragukan lagi masih ada yang tidak menyukainya bahkan itu pamannya sendiri," ucap Sina --mulai memberikan nasihat dan menyemangati putri bungsunya.
"Jadi kamu harus banyak sabar menghadapi siswa itu. Karena jika ibaratkan, kamu sebagai guru adalah duren sedangkan siswamu itu adalah mentimun. Jika duren menimpa mentimun maka mentimun akan hancur, begitu sebaliknya. Jika mentimun menimbah duren maka tetap mentimun itu akan hancur. Jadi jangan sampai murka ya, tetaplah sabar membimbing mereka. Karena guru nggak hanya memberikan materi pelajaran tapi juga sebagai objek yang senantiasa ditiru"
"Jangan juga terlalu keras menghadapi mereka. Karena hanya batu yang sama-sama keras yang bisa memancarkan api," lanjut Sina.
"Insya Allah, Bu. Tina nggak akan menyerah. Doain Tina terus ya, Bu." Jawab Tina.
"Pekerjaan guru itu mulia makanya jika bersungguh-sungguh ganjarannya surga. Bahkan jika hanya siswa yang kamu ajarkan menjadi lebih baik dan ia masuk surga. Atas izin Allah kamupun bisa ikut. Makanya jangan patah semangat. Ibu dan bapak akan selalu doakan kamu, nak," ucap Sina yang diangguki Tina --menanggapi pernyataan ibunya tersebut.
🌻🌻🌻
Matahari sudah menampakkan wujudnya. Menandakan hari akan segera dimulai seperti biasanya.
Pagi yang cerah untuk memulai hari dengan berbagai aktivitas. Seperti pagi yang memancarkan semangat untuk itu Tina memulai ativitasnya dengan semangat dan selalu tersenyum. Karena senyum dan semangat bisa menular kepada siapa saja termasuk kepada orang yang tidak dikenal sekalipun.
Tina seperti biasanya selalu berangkat pagi bahkan lebih pagi dari guru yang lainnya, karena ia ingin mencontohkan sikap disiplin kepada siswanya dan agar bisa menghargai waktu. Tina tidak ingin hanya mengumandangkan bahwa disiplin dan menghargai waktu itu penting tapi dirinya sendiri tidak bisa mempraktikkannya.
"Selamat pagi semuanya. Hari ini Ibu sudah menyiapkan sebuah vocabulary yang tersebar di taman sekolah. Jadi ibu ingin ananda sekalian mencari vocabulary tersebut lalu menjadikannya kalimat seperti yang kita pelajari kemarin," tutur Tina.
"Pagi, Bu. Siap, Bu." Ucap semuanya secara serempak.
"Bu, saya ingin bertanya," ujar salah seorang siswa yang diangguki Tina tanda memperbolehkan.
"Inikan pekerjaan individu, jadi setiap oran harus mencari berapa vocabulary, Bu?" Tanyanya.
"Setiap individu harus mencari tiga vocabulary dan langsung menjadikannya kalimat. Jangan ada yang menyembunyikan vocabulary jika ananda sudah menemukan sesuai yang dibutuhkan." Jelas Tina.
"Ibu akan mengawasi ananda sekalian. Siapa yang ketahuan menyembunyikan maka akan terima akibatnya, dan satu lagi jangan merusak tanaman yang ada di taman." lanjut Tina.
Usai mendengarkan hal yang diperintahkan tersebut. Para siswa berhamburan keluar kelas menuju taman, sembari membawa sebuah buku dan pena. Sedangkan Tina mengawasi setiap pergerakan mereka.
Hingga beberapa menit kemudian, kondisi masih cukup aman terkendali. Lalu Tina beranjak menuju toilet, meninggalkan siswanya yang masih sibuk mencari kertas vocabulary tersebut. Sekembalinya dari toilet, seorang siswa memanggilnya.
"Bu, Jazzy menyembunyikan kertas Vocabulary-nya. Saya melihatnya, di simpan disakunya,Bu. Jadi ada beberapa yang kurang vocabularynya termasuk saya," ucap Raya --siswa yang mengadukan perbuatan temannya.
"Ya sudah, ayo kita kembali ke taman lagi," ujar Tina yang diangguki Raya.
Saat sampai di taman sekolah. Semuanya sudah berkelompok sesuai nasibnya, ada yang sibuk mengerjakan tugasya, ada yang masih mencari-cari, bahkan ada yang sudah sibuk bercerita-cerita.
"Semua kumpul ke sini dulu," teriak Tina yang langsung membuat siswanya berlarian menuju arah Tina.
"Yang sudah siap dan mendapatkan tiga vocabulary maka boleh ke kelas, tapi terlebih dahulu ibu periksa. Yang belum lengkap tetap di sini," --perkataan Tina membuat takut siswa yang kurang lengkap vocabulary yang diperintahkan.
"Tugasnya dikumpul paling lama istirahat makan siang di meja Ibu dan yang bertanggung jawab mengumpulkan semuai itu Jazzy," lanjut Tina.
Setelah seluruh siswa yang mendapatkan vocabulary kembali ke kelas. Tina akhirnya menjelaskan lagi kepada siswa yang tinggal sebanyak lima orang dari seluruh siswa yang berjumlah dua puluh lima. Mereka tampak takut mendapat hukuman.
"Baiklah yang belum menemukan vocabulary atau yang belum lengkap menemukan vocabulary. Ibu sudah siapkan vocabulary untuk ananda sekalian disekitar post satpam." Ucap Tina yang membuat sumringah siswanya yang merasa lega.
"Tapi waktu pengumpulannya tetap sama. Jadi ananda bisa langsung mencarinya, karena sebentar lagi waktu ganti jam pelajaran." Lanjut Tina.
"Terima kasi, Bu" ucap siswanya.
Setelah menjelaskan kepada siswa-siswanya yang tidak mendapatkan vocabulary tadi. Tina langsung menuju kelas tapi hal tidak terduga terjadi. Tina hanya membiarkannya dan melihat bagaimana nanti selanjutnya apa yang akan dia lakukan.
🌻🌻🌻
Tbc
~salam, Pakhi🐼

KAMU SEDANG MEMBACA
TINTAM (ON GOING)
General Fictionkisah kita tak sehebat, semanis, dan seromantis orang lain. tapi, kisah kita sehebat, semanis, dan seromantis versi kita berdua. Tinara Afifah Seorang Guru sekolah menengah pertama, yang harus menghadapi siswa pada masa peralihan. Masa saat mereka...