4

109 53 225
                                    

"Tidak habis kisah sebuah cerita jika dirimu karakter utamanya. Tiada habis kata dalam bait puisi jika namamu ada didalamnya"

🌻🌻🌻

"Walaikum ... " ucap Rei terpotong.

"Rei?" Ujar seorang perempuan yang datang tersebut.

"Ehh walaikumsalam. Ada yang bisa kami bantu?" Jawab Rei mencoba bersikap profesional.

"Kamu kerja di sini?" Bukannya menjawab perempuan tersebut malah balik bertanya.

"Kebetulan ini memang toko gua Ra" ucap Rei kepada perempuan bernama Chara--yang tidak lain adalah mantannya saat di Sekolah Menengah Atas sekaligus mantan terakhirnya, karena sejak putus Rei lebih memfokuskan diri untuk ber-karier daripada terlibat cinta yang tidak berujung jodoh yang ada berujung sakit hati.

"Gua? Hmm kita memang sudah lama gak ketemu ya. By the way, nama di depan itu kok 'Tama' bukan Rei? Itu nama anak kamu?" Tanya Chara langsung tanpa basa-basi.

"Maaf kalo aku terkesan terlalu kepo masalah pribadi kamu. Dan satu lagi maaf untuk belum bisa ngilangin kebiasaan aku-kamu kita. Kalo kamu gak mau jawab gak apa-apa kok, aku juga ke sini juga karena ada perlu. Aku mau mesen baju buat majelis guru untuk olimpiade, sekitar dua belas orang, bisa?" Lanjutnya.

"Kamu kira, cuma kamu yang gak bisa ngilangin kebiasaan aku-kamu diantara kita. Aku juga Ra, aku juga merasa asing panggil aku dengan gua" batin Rei.

"Lo lupa nama gua, Ra? Reitama, yah mungkin orang-orang pada kenal gua dan termasuk elo dengan nama Rei. Tapi, di rumah gua dipanggil tama. Jadi gua ingin dikenal dengan Reitama bukan cuma Rei aja" ucap Rei disertai dengan senyuman. "Asal kamu tau, dulu pas aku ingin ajak kamu ke rumah ngenalin ke orang tua aku, ingin kamu kenal dengan Tama, ingin mempererat hubungan kita sebelum masa SMA membuat kita terpisah karena mengejar cita-cita. Tapi apa? Aku malah liat kamu dengan pria lain. Seharusnya kamu menjadi salah satu orang yang manggil aku dengan nama Tama, Ra" tentu saja ucapan itu tidak sanggup diucapkan Rei secara langsung.

"Bisa sih untuk pemesannya, mungkin aku datang hari senen atau selalsa buat ngukurnya. By the way lo gak usah canggung gitu sama gua, lupain masa lalu anggap saja sekarang kita temenan, oke?" Lanjut Rei. Yang diangguki Chara sebagai jawaban.

"Munafik lo Rei, lupain masa lalu? Lo aja gak bisa lupa. Dia datang aja buat lo hampir oleng." batin Rei

Setelah perbincangan mengenai pemesanan Chara. Mereka sudah bertekad untuk tidak akan menyinggung masa lalu dan tentang privasi masing-masing, mereka sepakat untuk berhubungan secara profesional antara designer dan pelanggan. Setelah usai semuanya Chara pamit untuk kembali ke sekolah.

"Kamu sekarang berubah ya, Ra. Kamu sekarang sudah menjadi guru. Aku jadi keinget kata-kata aku dulu pas kamu bilang jadi guru 'iya buk guru. Guru buat anak kita kelakkan?' Ternyata kata kita, bukan anak aku dan kamu. Ternyata anak kita adalah anakku dan anakmu dengan pasangan masing-masing. Jika kita tidak berjodoh semoga anak kita berjodoh dan kita jadi besanan" batin Rei saat itu pandangannya pada Chara yang masuk mobil dan meninggalkan area toko.

"Apaan sih, mulai deh ngaconya" ucap Rei kepada dirinya, sambil menepuk-nepuk pipinya.

🌻🌻🌻

Jam 7.30 wib. Sebagian orang akan mulai beraktifitas dan bahkan sudah beraktifitas seperti biasanya. Tapi tidak bagi mereka yang mempunyai sifat malas istilah jaman sekarang jiwa rebahan, kaum rebahan pastinya jam segitu masih berkelana di alam mimpi.

"Ya ampun aku telat, kenapa alarm gak bunyi sih. Oiya hari ini aku ada janji buat ke Sekolahnya Chara" gerutuh Rei kelimpungan untuk bersiap-siap.

Seperti itulah manusia, masing-masing diberikan jatah 24 jam sehari semalam digunakan untuk beraktifitas dan beristirahat. Jika mereka yang menggunakan waktunya untuk hal yang bermanfaat digunakan se-efisien dan se-efektif mungkin. Sedangkan ada sebagiannya lagi tidak bisa me-manage waktu hingga merasa kurang untuk istirahat, selalu terburu-buru, dan selalu sibuk dikejar deadline.

"Bu, Tama berangkat dulu ya. Udah telat nih. Nanti yang lain pada nungguin. Asalamualaikum" ucap Rei berteriak di rumah untuk pamitan.

"Kamu mau kemana toh? Kok buru-buru gitu? Apa tak sebaiknya sarapan dulu?" Ujar Fatimah.

"Kok Ibu nanya gitu. Yah Tama mau kerjalah bu, nanti yang lain pada nungguin di toko. Tama berangkat dulu ya. Doain semoga pekerjaan Tama selalu lancar," Ucap Rei.

"Aamiinn" jawab Fatimah.

"Tapi masa, hari minggu kamu buka toko. Tumben. Biasanya tutup, ada yang perlu dikerjakan ya?" Ujar Fatimah.

"Minggu?" Tanya Rei shock mendengar hari yang dikatakan ibunya.

"Iya, makanya tumben kamu buka toko?" Lanjut Fatimah, dan Rei langsung mengecek ponselnya untuk melihat hari sekarang.

"Ya ampun bu. Tama gak liat hari, jadinya. Ya gini" ucap Rei lesuh.

"Terus sekarang gak jadi berangkat kerjanya" ujar Fatimah yang dijawab gelengan kepala oleh Rei.

"Sepertinya tidak bu. Lebih menggoda masakan ibu. Hehee" ucap Rei sedikit malu atas ulahnya itu.

"Ya ampun kenapa bisa gua lupa hari. Apa jangan-jangan gua gak sabar ketemu Chara." Ucap Rei kepada dirinya sendiri saat sekembali ibunya.

"Jangan Rei jangan. Dia masa lalu lo. Jangan pernah jatuh kelubang yang sama, meskipun sudah ditambal itu lubang belum tentu tidak membuatmuu terjatuh, bisa jadikan kualitas tambalnya buruk. Kayak jalan dipertigaan, baru sebulan diperbaiki sudah kembali lagi kebentuk semula" lanjut Rei.

"Kok gua jadi bicarain jalan sih. Udah kayak masa demonstrasi aja." Ucap Rei menggeleng.

"Chara ... Chara kepergianmu membuatku hidup segan mati tak mau, kedatanganmu membuatku menjadi gila. Oh Chara" ucap Rei merasa prihatin dengan dirinya sendiri

🌻🌻🌻
Tbc

Salam, Pakhi

TINTAM (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang