→ keanehan yang (untungnya) tidak disadari

65 8 0
                                    

Byungchan hanya bisa memutar matanya saat Seungwoo menatap apartemennya dengan berbinar seperti anak kecil yang baru sampai di tempat kesukaannya. Dia tidak akan terkejut kalau Seungwoo memutuskan untuk mengeksplorasi apartemennya, sementara Byungchan duduk di sofa untuk mengerjakan tugas kelompok yang beranggotakan dirinya dan lelaki itu. Terima kasih karena tarikan kertas random yang dibuat oleh dosennya, karena setidaknya Byungchan satu kelompok dengan orang yang tahu kemampuan mengingat nama seseorang di bawah rata-rata.

"Udah selesai, kak, eksplorasinya?" tanya Byungchan saat Seungwoo ke ruang tamu dan dirinya sudah duduk nyaman di sofa abu-abunya. "Gimana eksplorasinya tadi? Berminat membagikan kisahnya denganku?"

Seungwoo hanya bisa tertawa canggung dan Byungchan hanya bisa menghela napas sembari menggelengkan kepala. Tugas mereka sebenarnya mudah, hanya membuat presentasi sebanyak mungkin batuan skala 9 mohs dengan sifat fisisnya. Tugasnya pun baru dikumpulkan minggu depan dan bisa saja Byungchan menunda mengerjakannya sampai sehari sebelum mata kuliah Geologi Dasar dimulai minggu depan.

Namun, dia justru memberikan usul untuk mengerjakan di apartemennya karena Byungchan tahu kantong Seungwoo sedang sekarat karena akhir bulan dan mengajak ke kafe hanya makin membuat tipis dompet lelaki itu. Byungchan tidak kenal dengan istilah kantong sekarat karena orang tuanya dan semua saudaranya selalu mengiriminya uang bulanan yang kalau ditotal bisa tiga digit. Belum penghasilan dari YouTube yang ... entahlah, Byungchan tidak pernah mengeceknya (padahal ada di rekening digitalnya yang pastinya mudah untuk dilacak).

"Apa gak sepi kamu di sini sendirian?" tanya Seungwoo yang sudah mulai membuka laptop yang dibawanya, sementara Byungchan sudah mulai mengetik pencarian di google.

"Gak sih, kadang papski sama momski kemari. Kalau enggak, kakak-kakak perempuanku yang datang kemari."

"Papski dan momski itu apa?"

"Papa dan mama," Byungchan tidak mengalihkan pandangan dari layar laptop dan kemudian berkata, "kak, tahu Notion? Kita kolaborasikan tugasnya di sana aja."

"Notion itu aplikasi?"

"Iya," Byungchan menatap Seungwoo, "dan itu bisa untuk Windows juga kalau itu yang kakak takutkan. Soalnya semua barangku dari Apple dan kakak pakai Windows dan Android. Gak bisa tukaran data dengan mudah."

"Tapi aku gak paham pakainya."

"Apa gunanya gue yang pintar ini ada di sini?" Byungchan tersenyum, lalu menyadari sesuatu. "Ah maksud gue ... shit, susah banget sih buat keep in ngomong pakai aku-kamu?"

Seungwoo tidak pernah tahu kalau mendengar Byungchan berbicara bilingual dan terdengar kasar bisa terasa sensual di telinganya. Membuat sisi lain dirinya bangun dan meski sudah berusaha menekannya sebisa mungkin, tetapi Byungchan yang berpindah posisi di sampingnya, aroma parfumnya seperti aroma setelah hujan turun dan beberapa gerutuan (kasar) dalam bahasa Inggris nyatanya tidaklah mudah.

"Byungchan," panggil Seungwoo dengan sisa kewarasan yang ada pada dirinya, "toilet di mana?"

"Itu." Byunghan menunjuk sebuah pintu berwarna putih dan tidak menyadari apa yang terjadi. "Kirain tadi sudah mengeksplorasi sampai tahu letak toilet loh, kak."

Seungwoo hanya tersenyum dan berdiri dari tempat duduknya. Tidak sadar berjalan lebih cepat (atau Byungchan melihatnya seperti setengah berlari) dan bunyi pintu yang di tutup dengan kencang membuat lelaki itu heran.

"Itu si kakak kenapa sih?" Byungchan mengkernyit. "Dan kapan sih gue inget namanya tanpa perlu buka WA? Udah sebulanan selalu bareng masih begini juga."

All These Nights I Call You My Best Friend | Seungchan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang