→ pokoknya jangan sampai mereka terpisah

45 7 0
                                    

Byungchan pikir, semester 2 itu lebih baik dari semester 1. Karena setidaknya dia tidak perlu menyusun 2 laporan sekaligus (yang mana salah satunya harus ditulis dengan tangan dan malah membuatnya mendapatkan drama karena dituduh mencetak tulisannya dengan printer karena saking rapinya). Namun, mata kuliahnya sudah tidak seperti mengulang mata pelajaran SMA dan dirinya malah nekad mengambil mata kuliah semester 4, Statiska Dasar.

Karena Byungchan tidak kapok untuk percaya pada pilihan Hanse untuk mengambil semester atas adalah keputusan yang baik. Meski memanen tatapan sebal dari anak semester 4 karena mulai tahun ini sistemnya dari semester 2 mengambil kelas semester 4 jika masih tersisa SKS dari mata kuliah wajib di semester 2.

"Hai," sapaan itu membuat Byungchan menoleh dan bingung karena wajah asing memberikan senyuman, "namamu siapa, dek?"

Dengan cepat, otaknya memproses bahwa lelaki yang menyapanya ini adalah kakak tingkat. "Byungchan, Choi Byungchan, kak."

"Kenalin, namaku Park Yuri."

Byungchan menyambut uluran tangan itu dan sejujurnya dia ingin bilang kalau nanti dirinya akan lupa juga. Namun, Byungchan hanya bisa merespon sopan saat Yuri selalu mengajaknya berbicara. Apalagi dia mengambil tempat di sampingnya, tempat yang seharusnya menjadi milik Seungwoo (secara tidak tertulis), membuat lelaki itu akhirnya berada di belakang Byungchan.

Dia baru mau mau bernapas lega saat melirik jam tangannya yang mengatakan kalau 15 menit lagi kelas Statiska Dasar akan berakhir. Namun, sialnya adalah dirinya harus sekelompok dengan senior yang tidak dikenalnya, tetapi sejak tadi sok asik.

"Dek, sekelompok sama saya ya?" Yuri tertawa dan Byungchan hanya bisa tersenyum sopan, meski sebenarnya ingin mengutuk kesialannya hari ini.

Lalu, Byungchan menyadari jika deret ke samping menghasilkan ganjil dan akan ada yang tidak mendapat kelompok dari tempat duduk samping. Membuat Byungchan mengangkat tangannya.

"Sebutkan nama dan alasan mengangkat tangan."

Perkataan dosen membuat Byungchan berkata, "Nama saya Choi Byungchan angkatan dua ribu sembilan belas. Saya bertanya apa boleh satu kelompok dengan orang di belakang saya karena deret ke samping hasilnya ganjil?"

Byungchan itu jarang berharap, karena hampir semua keinginannya didapatkan dengan mudah tanpa harus berusaha. Namun, untuk kali itu, Byungchan berharap alasannya terdengar logis dan saat mendengar kata iya, butuh kontrol yang luar biasa agar dirinya tidak meloncat kegirangan. Tidak peduli dengan tatapan kecewa Yuri yang ditunjukkan kepadanya dan Byungchan menoleh ke belakang, memandang Seungwoo.

"Kak Swoo, kita sekelompok ya. Hehehe...."

Seungwoo hanya tersenyum mendengar perkataan Byungchan itu dan merespon, "iya, Uchan."

Setelah hari itu, kakak tingkat (yang entah siapa namanya itu) tidak pernah berusaha duduk di samping Byungchan lagi karena ada Seungwoo yang duduk di sebelahnya dan dia selalu suka memilih tempat duduk di sampingnya adalah tembok agar tidak ada seseorang yang tidak dikenalnya (yang membuatnya harus berakting manis dengan memanggil semua orang dengan 'kakak' karena ingatannya yang payah untuk mengingat nama orang).

Byungchan juga akhirnya merasakan menjadi mahasiswa yang sesungguhnya, jam tidurnya yang berkurang karena mengerjakan tugas dan seringnya teman-teman kelasnya ke apartemen Byungchan karena nyaman dan yang punya rumah seperti tidak punya limit untuk membeli makanan (yang sebenarnya memang kenyataanya seperti itu). Tidak terhitung berapa kali Seungwoo berakhir menginap di apartemennya dan tidak jarang malah berbagi ranjang dengan Byungchan karena kamar-kamar lainnya sudah penuh dikuasai oleh temannya.

Namun, ada satu hal yang Byungchan tidak pernah beritahukan kepada siapa pun. Saat dia membuka mata di pagi hari dan melihat Seungwoo tidur berhadapan dengannya, membuat ada rasa hangat di hatinya. Byungchan berharap waktu melambat saat seperti itu agar dia bisa memetakan wajah Seungwoo dengan baik di diingatannya.

"Kak Seungwoo...," gumam Byungchan sepelan mungkin, hampir tidak ada suara yang terdengar kecuali deru napas keduanya, "kak Seungwoo-nya Byungchan."

All These Nights I Call You My Best Friend | Seungchan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang