→ bentar lagi kartu tanda penduduknya jadi loh

45 7 0
                                    

Seungwoo tidak tahu sejak kapan Byungchan lebih tinggi darinya. Karena rasanya sebelum berpisah libur semester (yang sangat singkat, tetapi menyiksanya karena tidak bisa melihat Byungchan), tinggi lelaki itu masih sejajar dengannya. Seolah Byungchan tumbuh dalam kedipan matanya dan datang dengan membawa tas kertas yang tidak perlu ditebak oleh Seungwoo adalah hadiah untuknya (yang dibeli Byungchan dari desainer terkenal, tetapi selalu mengaku diberikan oleh kakak-kakaknya yang tidak muat dengannya dan dia tahu itu adalah kebohongan).

Masuk ke semester 4, Byungchan sudah beradaptasi dengan tugas yang semakin menumpuk dan mata kuliah yang membuatnya pontang-panting mencari materi di perpustakaan atau di website yang dirujuk oleh dosennya untuk selangkah lebih maju dari teman-temannya. Meski setiap ditanya teman-temannya apa Byungchan mau menjadi profesor karena giat sekali belajar, dia langsung mengetuk meja atau lantai berulang kali sambil berkata, "amit-amit ya ampun. Gue cuma mau selesai kuliah ini dan goleran di rumah. Pasangan gue aja yang kerja keras di luar sana."

Juga Seungwoo sadar, tahun ini adalah tahun di mana Byungchan memasuki usia legalnya, 17 tahun. Membuat gelombang ketakutan menghantamnya karena membayangkan Byungchan yang selama ini menolak pernyataan perasaan dari berbagai orang karena usianya, akan menginyakan siapa pun yang mengatakannya setelah masuk masa legalnya. Belum lagi mengingat impian Byungchan adalah membeli motor Ducati kalau sudah masuk usia legalnya (karena motor Ninja sudah terlalu umum dan Byungchan tidak suka punya barang kembaran dengan banyak orang) yang pasti akan membuat Seungwoo tidak bisa mengantar lelaki itu pulang ke apartemen.

"Kak Swoo, pokoknya kalo gue ulang tahun kudu dibuatin kue ya! Kakak yang buat, awas kalo beli." Byungchan tiba-tiba saja meminya hal ini seminggu sebelum ulang tahunnya, saat mereka sedang berhenti di lampu merah karena hendak menjilid hard cover laporan di tempat langganan.

"Iya, Uchan."

"Buatnya di apartemen gue, biar beneran buat di depan mata." Byungchan meletakkan dagunya di bahu Seungwoo, kebiasaannya kalau mau melihat detik lampu merah berapa lama lagi. Namun, embusan napas di telinga Seungwoo membuatnya geli. "Terus kak Swoo nginep di apartemen gue dan kasih kejutannya jam 12 malam biar jadi orang pertama yang ngucapin ke gue."

"Siap, Uchan."

Seungwoo melakukan semua yang diminta Byungchan. Seungwoo juga tidak merasa heran melihat lelaki itu tersenyum lebar dan menutup matanya sesaat sebelum membukanya dan meniup lilin dengan sekencang mungkin. Seungwoo lebih dari tahu, Byungchan tidak suka kejutan, makanya dia memintanya menyiapkan semuanya di depan matanya agar dia tahu harus berekspetasi seperti apa nantinya.

Namun, meski sudah lewat ulang tahun Byungchan, dia tidak melihat tanda-tanda lelaki itu akan membeli motor atau mencari pacar. Justru dia lebih ribut mencari bahan tugas yang semakin hari semakin tidak manusiawi dan berakhir selalu nebeng Seungwoo untuk ke kampus setiap hari karena dia tidur di rumah Seungwoo (yang membuat keduanya sekamar) atau Seungwoo yang menginap di apartemen Byungchan (yang mana mereka juga sekamar padahal ada 2 kamar lainnya yang kosong).

"Buyung," panggil Hanse yang membuat Byungchan mendelik, sebal kalau dipanggil seperti itu. Namun, mana peduli Hanse, "lo kan udah tujuh belas, kaga nyari pacar?"

Seungwoo yang sedang di kanti dan tadinya mau menyuap mie ke mulutnya, berhenti sesaat, lalu melanjutkan makannya seolah tadi tidak mendengar apa pun. Meski sebenarnya dia merasa terima kasih kepada Hanse karena telah diwakilkan untuk bertanya hal ini dan sekaligus takut jika ternyata diam-diam Byungchan sudah memiliki orang yang disukai. Chan yang juga semeja, menatap Seungwoo, menyadari Seungwoo yang katanya tadi lapar justru malah mengabaikan mie gorengnya yang dipesan 2 porsi itu.

"Iya sih udah tujuh belas," jawab Byungchan yang tidak diteruskan karena tidak bisa membuka segel tutup minumannya, lalu memberikan kepada Seungwoo untuk dibukakan. Begitu dibukakan dia tersenyum, "terima kasih," lalu malah minum dan menggantung perkataannya. Setelah selesai minum. Byungchan teringat dia belum selesia menjawab pertanyaan Hanse, "tapi KTP aku belum jadi! Kata momski boleh pacaran kalau KTP udah jadi."

Chan sedikit menyemburkan minumannya karena tidak bisa menahan tawa dan Seungwoo hanya tersenyum mendengarnya. Hanse hanya bisa melengos mendengar jawaban Byungchan, seperti sudah menduga akan jawaban yang akan diberikan oleh temannya sejak SMP ini.

"Kapan KTP lo jadi?"

"Lima bulan lagi kalau gak molor."

"Terus kalau udah punya KTP, lo udah nentuin pacaran sama siapa?"

Byungchan tidak menjawab, tetapi sesaat melirik Seungwoo, lalu memposisikan jempol dan telunjuknya membentuk tanda centang di dagunya. "Bener juga ya, kalau gue udah punya KTP, hal pertama yang mau gue lakukan kan punya pacar."

"Emangnya ada yang mau sama lo?"

"Adalah!" sahut Byungchan sewot. "Masa gue yang ganteng begini gak ada yang mau?"

"Sejujurnya sih lo masuk kategori menggemaskan daripada ganteng," sahut Hanse, lalu disikut oleh Chan hingga dia mengaduh, "sayang, aku hanya ngomong kenyataan. Kamu tetap nomor satu kok, Byungchan mah buang ke laut aja."

"Kok gue yang diem-diem bae begini dibawa-bawa ke hubungan kalian?!" protes Byungchan. "Gue enggak menggemaskan ya!"

Seungwoo hanya tersenyum dan memakan indomienya sembari menonton pertengkaran Hanse dan Byungchan. Dua orang itu memang kalau satu meja tidak akan bisa kalem dan kalau orang tidak mengenal keduanya, malah dikira berpacaran. Kalau sampai asumsi itu terdengar oleh mereka, yang ada satu mengetuk lantai dan satunya mengetuk tembok terdekat karena tidak terima disangka seperti itu.

"Swoo," panggil Chan yang juga terikut Byungchan memanggil temannya dengan itu, "kamu kapan jujurnya sih?"

Seungwoo tidak jadi menyuap mie ke mulutnya dan menatap Chan. "Maksudnya?"

"Semua orang melihatnya, kecuali Byungchan," Chan melirik Hanse dan Byungchan sudah sampai berdiri dan saling tunjuk karena bertengkar membawa-bawa rumus. Memang beda berantem orang pintar dengan berantem orang biasa, "baru mau jujur kalau dia bilang suka sama seseorang yang bukan kamu orangnya?"

Seungwoo hanya tersenyum sebagai jawabannya.

All These Nights I Call You My Best Friend | Seungchan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang