"Ih, aneh banget sih papski. Gue mau pulang gak boleh dan malah disuruh buka usaha di sini. Apa gue mau dibuang jadi anak ya?" gerutu Byungchan saat berada di belakang Seungwoo, dibonceng motornya. "Padahal dulu gue ngajuin proposal mau buka kafe gak boleh, katanya masih kecil. Sekarang gue udah lupain ide itu, malah disuruh kerjain."
"Aku bantuin kamu kok, Uchan. Tenang aja."
"Tapi gue kepengen pulanggg. Kangen masakan momski, huhuhu." Byungchan tidak benar-benar menangis, hanya dia memang suka mendramatisir perkataannya kalau sedang sebal. "Meski momski cuma bisa masak nasi goreng yang kadang rasanya gosong dan gak kayak mamanya kak Swoo bisa masak apa aja, tapi kangen."
Seungwoo mendengarnya hanya tertawa pelan dan kalau saja Byungchan tidak sedang memakai helm, mungkin dia akan menepuk pelan puncak kepalanya sebagai bentuk sayangnya. Mama Seungwoo dan kedua kakak perempuannya juga sayang sekali dengan Byungchan, apalagi kalau sudah sampai menginap di rumah mereka. Byungchan mau makan apa saja dituruti dan seolah keluarganya lupa kalau Seungwoo itu anggota keluarganya yang asli dan bukan lelaki yang lebih muda darinya itu.
Namun, Seungwoo tidak akan pernah marah kepada Byungchan karena mengambil seluruh perhatian keluarganya darinya, karena Seungwoo sesayang itu dengannya.
"Kamu kangen masakan momski atau kangen bisa dissing momski?" tanya Seungwoo sembari tersenyum, karena dia juga jadi terikut memanggil orang tua Byungchan dengan sebutan itu. "Nanti selama liburan nginep aja di rumahku, mama pasti senang."
"Gak ah kak, merepotkan nanti."
"Mama pasti senang sama kamu, Uchan," Seungwoo menyakinkan, meski sebenarnya ini hanyalah alasan agar dirinya bisa sekamar dan setiap membuka mata yang dilihatnya adalah Byungchan, "lagian kalau ada kamu di rumah, aku jadi bisa makan enak-enak soalnya kamu kalau minta dimasakin suka yang jarang mamaku buat."
"Yeu, malah sengaja memanfaatkan momentum biar dirinya bahagia."
Seungwoo hanya tertawa pelan dan keduanya tiba di sebuah ruko yang tertulis disewakan atau dijual. Ada hal yang Byungchan tidak ketahui, yaitu dirinya bertemu dengan papski dan diminta (sebenarnya sih tepatnya diperintahkan) untuk mengawasi anaknya kalau benar-benar serius menyukainya. Bahkan orang tua Byungchan tahu, Seungwoo hanya bisa tersenyum karena sepertinya di dunia ini yang buta akan hal itu hanyalah orang yang dia sukai, Byungchan.
"Kak, kalau tempat ini gimana?" tanya Byungchan yang membuat lamunan Seungwoo terhenti dan menatap sekitarnya. "Terlalu kaku gak sih kalau buka kafe di sini?"
"Gak juga sih, kalau kamu hias dengan benar."
"Cuma sewanya lumayan yah. Kira-kira bakalan nutup gak ya keuntungannya sama biaya sewa dan biaya bayar karyawan?" Byungchan menatap sekitarnya dan menemukan tangga untuk ke lantai 2. "Kak, ayo ke atas. Kita lihat-lihat dulu biar tahu mau diapain nanti."
Seungwoo tentu menurut dan setelah berbicara cukup lama dengan agen yang memegang ruko ini, akhirnya Byungchan bilang mau membeli saja daripada sewa. Tentu saja Seungwoo tidak heran dengan tatapan meremehkan yang diberikan oleh agen, karena wajah Byungchan terlihat sangat muda dan tidak ada potongan seperti orang kaya. Padahal tidak tahu saja sendal selopnya Byungchan yang terlihat kumal adalah Balenciaga dan kalau diuangkan bisa membiayai dua kepala keluarga untuk sebulan.
"Kak, terus kita cari pemasok biji kopinya gimana?" tanya Byungchan yang berjalan menuju motor Seungwoo dan agen yang menemani mereka melihat ruko yang mau dibeli itu sudah pergi duluan untuk menyiapkan dokumen di kantornya. "Terus desain interiornya gimana? Terus logonya gimana? Terus nama kafenya bagusan apa? Terus konsepnya apa?"
Byungchan terus mengoceh dan Seungwoo memasangkan helm ke kepala lelaki itu, baru memasang helm di kepalanya sendiri. Byungchan naik ke belakang motor dan memeluk perut Seungwoo karena meski sudah sering naik motor, tetap saja takut kalau terjatuh. Mereka pergi ke tempat langganan kalau ingin makan siang, warteg dekat kampus dan Seungwoo membayangkan bagaimana orang tuanya Byungchan (terutama momski) bisa pusing karena anaknya makan sembarangan kalau tidak diawasi oleh mereka.
Untung saja perutnya Byungchan kuat makan penuh kenikmatan karena banyak micinya.
"Kak," panggil Byungchan saat mereka baru saja melintasi lampu lalu lintas yang berwarna hijau, "bentar lagi aku bakalan dapat KTP loh."
"Mau dirayain ya?" tanya Seungwoo yang entah kenapa berpikiran seperti itu. "Mau dibuatin apa? Nanti aku buatin di rumah."
"Bukan gitu," Byungchan cemberut dan Seungwoo hanya tertawa pelan melihat ekspresi itu dan dengan helm kuning yang di atasnya ada bebek yang pakai helm, terlihat menggemaskan, "aku kayaknya nanti kalo pegang KTP bakalan ngomong perasaanku sama seseorang."
Jantung Seungwoo mendengar hal itu berhenti selama sesaat, lalu berdebar cepat. Menepikan motor karena tiba di tempat parkir warteg dan Byungchan langsung turun sembari menunggu Seungwoo memarkirkan motornya. Menunggu helm-nya dibukakan oleh Seungwoo karena entah kenapa pengamannya tidak pernah mau dibuka oleh Byungchan.
Helmnya sepertinya punya dendam dengan Byungchan karena dia pernah bully kalau dia bukanlah bebek, melainkan ayam.
"Siapa orangnya?" tanya Seungwoo sembari membukakan pengaman helm Byungchan. "Aku kenal ya?"
"Iya."
"Jangan lupa pajak jadiannya ya."
"Huu, kencang kalau sudah bahas makanan," gerutu Byungchan yang membuat Seungwoo tertawa. Lalu membiarkan Byungchan yang menggandeng lengannya untuk berjalan menuju warteg, karena memang itulah yang biasa dilakukannya kalau bersama dengannya, "dan please kak jangan ngomong aku makan double atau triple karbo, kayak dengar kak Sooyoung ceramah tahu."
"Iya."
Hanya saja, sepanjang makan, Seungwoo benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan perkataan Byungchan karena terpikirkan soal kenyataan Byungchan memiliki orang yang disukai dan dirinya mengenal orang itu. Seungwoo memikirkan berbagai kemungkinan siapa orangnya dan itu membuatnya kesal. Namun, di saat bersamaan juga tidak berdaya karena Byungchan tidak mungkin menganggapnya sebagai orang yang berpotensial untuk dipacari.
Karena....
"Kak Swoo, makasih ya udah kenalin warteg ini ke gue. Sayang banget deh ke sahabat gue yang satu ini, huhuhu."
...Seungwoo hanya dianggap sahabat oleh Byungchan.
KAMU SEDANG MEMBACA
All These Nights I Call You My Best Friend | Seungchan [✓]
FanfictionMalam itu, mereka tertidur sembari berpelukan dan dengan perasaan bahagia. DISCLAIMER: • Victon Fanfiction [Seungchan] • Republish dari AO3 & blog moontory • Untuk #SeungchanBahagia2020 tema bulan Februari • Original published: 31/08/2020 • Republis...