→ rasa itu bernama takut

42 6 0
                                    

Seungwoo tidak pernah membayangkan dirinya akan bertemu dengan anggota keluarga Byungchan selain kakak perempuannya yang bulan lalu ditemuinya. Namun, sekarang dia justru bertemu dengan kedua orang tua lelaki yang lebih muda beberapa tahun darinya dan dari gaya keluarga Byungchan, dia sudah tahu jika dia bukanlah dari kalangan biasa. Aura kakak perempuan pertama Byungchan yang elegan sudah menjawab berbagai keanehan-keanehan yang selama ini ditunjukkan kepadanya. Hanya saja, pertemuan dengan orang tua Byungchan yang menegaskan bahwa ada jarak tidak kasat mata yang terbentang di antara keduanya meski kemana-mana selalu bersama.

"Haah...," Seungwoo menghela napas dan kaget karena Hanse tiba-tiba muncul entah dari mana, duduk di depannya. Byungchan hari ini tidak masuk kuliah karena ikut dengan orang tuanya ke Jakarta dan membuat harinya menjadi hampa. Padahal Seungwoo merasa dulu dia baik-baik saja hidup tanpa Byungchan, "Hanse, aku mau nanya."

"Hm? Tanyain aja."

Ada banyak tanya yang sebenarnya ingin Seungwoo katakan, tetapi pada akhirnya dia hanya bisa menelan semuanya dan tersenyum. Hanse pura-pura saja tidak peduli dan lanjut makan gorengannya meski kalau ketahuan pacarnya pasti akan dimarahin beberapa jam ke depan karena kalau sudah mulai makan gorengan tidak punya rem. Padahal Hanse tahu kalau kebanyakan makan gorengan bisa membuat tenggorokannya sakit, tetapi rasanya enak.

Bagaimana dong?

"Soal Byungchan ya?" Hanse akhirnya mengambil inisiatif dan membuat Seungwoo berhenti membuka aqua-nya, lalu melanjutkan kegiatannya seolah beberapa detik yang lalu bukanlah apa-apa. "Kalau takut, mendingan menjauh aja. Kasihan Byungchan kalau sampai sadar cinta pertamanya pengecut."

Seungwoo mendengarnya hanya tersenyum, seolah yang dikatakan Hanse tadi adalah omong kosong. "Apa maksudmu?"

"Kamu takut 'kan?" Hanse memang tidak memanggil 'kakak' kepada teman-teman seangkatannya karena merasa dirinya setara dan juga dirinya bukan Byungchan yang melakukan itu demi menutupi kelemahannya dalam mengingat nama orang. "Kamu pasti mikir, 'apa pantas Byungchan yang begitu sama aku yang begini?' atau 'sebenarnya Byungchan itu apa?Kenapa beda banget sama duniaku?' dan biar aku beri tahu satu hal, kalau kamu takut lebih baik berhenti sekarang."

"Kamu pikir itu mudah?" Seungwoo tidak tersenyum lagi dan menatap Hanse, frustrasi. "Kamu pikir aku sampai bisa merasa seperti itu karena apa? Aku hanya takut ekspetasi bahagianya dia dan bahagianya aku itu berbeda."

"Memangnya kalian sudah pernah bertanya kepada satu sama lain tentang definisi bahagia?" pertanyaan Hanse membuat Seungwoo bungkam. Chan datang ke meja mereka dan Hanse mengangkat tangannya, tanda kalau terpergoki memakan gorengan lebih banyak dari kesepakatan. Hanse menatap Seungwoo dan mengelap tangannya dengan tisu basah yang selalu tersedia di tasnya karena sudah kebiasaan. "Kalau hanya mengandalkan rasa takut, kalian gak akan kemana-mana. Mumpung dia belum sadar, lebih baik pikirkan kembali semua pilihannya apa sebanding dengan resiko-resikonya."

"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Chan heran. "Studi kasus Statiska Dasar ya?"

"Bukan apa-apa," Hanse tersenyum dan meletakkan uang 20 ribu di meja, "titip bayarin ya, kalo lebih ambil aja dan kalo kurang, bayarin dulu ntar gue ganti. Gorengannya tujuh sama es nutrisari jeruk nipis."

"Hanse, aku bilang 'kan jangan kebanyakan makan gorengan dan kurang-kurangin minum sachet-an?!"

Hanse hanya memasang senyum ingin melarikan diri dan menggandeng Chan agar tidak mengomel di kantin dan menimbulkan adegan tontonan. Seungwoo menatap pasangan itu yang berlalu dari hadapannya dengan berbagai emosi yang bermuara rasa tanya kepada Chan.

Kenapa lelaki itu berani mengambil resiko bersama Hanse yang pastinya satu dunia dengan Byungchan?

Apa dia tidak takut jika suatu saat perbedaan dunia mereka yang justru menghancurkan hubungan keduanya?

All These Nights I Call You My Best Friend | Seungchan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang