→ mempertanyakan sikapnya saat dini hari

47 6 0
                                    

Memasuki semester 3 (dan IPK Byungchan di nilai 3,90 karena ada nilai B dan berasal dari kelas Statiska Dasar), dia semakin bertanya tidur itu apa? Karena tugas benar-benar menumpuk dan bisa tidur 4 jam tanpa terpikirkan tugas sudah membuat Byungchan mau menangis karena bahagia. Apalagi Byungchan mengikuti organisasi SPE (yang belakangan agak disesalinya karena organisasinya ini terlalu sering mengadakan pertemuan saat sibuk mengejar deadiline demi deadline tugas) dan rasa-rasanya dia mau kayang karena ada 3 praktikum semester ini dan dengan 2 laporan praktikum yang harus dibuat di saat bersamaan.

"Kak Swoo, aku mau nikah aja," rengek Byungchan saat jam 2 pagi di apartemennya, karena mengerjakan makalah tugas kelompok. Mereka sebenarnya beda kelompok, tetapi memutuskan mengerjakan bersama agar tidak banyak hal yang sama saat dikumpulkan nanti. Ah sudahlah kalau anggota kelompok mereka, sedang apes dapat yang maunya numpang nama, tetapi tidak memberikan kontribusi apa pun. Seungwoo mendengarnya hanya tersenyum dan mengacak pelan puncak kepala Byungchan, "capek banget tugas terus, gak ada berhentinya."

"Kalau kamu nikah, mau sama siapa?"

"Eh ... iya juga," Byungchan meletakkan ibu jarinya dan telunjuknya di dagunya, membentuk tanda centang, "aku nikahnya sama siapa?"

Seungwoo hanya tertawa pelan melihat wajah serius Byungchan memikirkan siapa yang akan dinikahinya. Padahal Seungwoo mengatakannya hanya sebagai respon seadanya dari ucapan Byungchan yang pastinya dilontarkan asal. Namun, tawa Seungwoo terhenti saat Byungchan menatapnya dan berkata, "kalau kita nikah bakalan seheboh apa ya orang-orang?"

"Apa?"

"Ah auklah," Byungchan menggelengkan kepalanya, "ngomong soal nikah, kayak usia legal aja. Di mata hukum kan umur dua satu baru legal nikah. Udah ... udah bubarkan omongan soal nikah ini."

Seungwoo tahu kalau di atas jam 12 malam, omongan seseorang akan menjadi lebih jujur. Namun, Seungwoo juga tahu, apa pun yang didengarnya setelah jam 12 malam adalah hal yang akan disesali oleh pengucapnya di kemudian hari.

Dan Seungwoo takut jika Byungchan menyesal pernah mengatakan ingin menikah dengannya.

Tugas mereka selesai jam 3 pagi dan Byungchan tumben sekali mau ikut Seungwoo mencari makan ke McD terdekat. Entah hanya perasaan Seungwoo atau Byungchan lebih merapatkan tubuhnya ke arahnya dan memeluknya lebih kencang dari biasanya. Masih seperti biasanya, Byungchan melihat ke kiri dan ke kanan dengan takjub dan sesekali bersenandung entah lagu apa, Seungwoo tidak mengenalinya.

Saat sampai di McD, hanya beberapa orang di sana. Entah mengerjakan sesuatu dengan laptopnya, atau pasangan yang berada dipojokkan yang tengah berciuman, seolah dunia tidak akan peduli dengan sikap sejoli yang tidak ditempatnya itu. Seungwoo tidak perlu bertanya Byungchan mau apa, karena lelaki itu sudah menyebutkan keinginannya (happy meal paket burger), paket nugget, serta dan memesan panas 2 untuknya. Seungwoo yang membayar kali ini (setelah main batu gunting kertas yang selalu mereka lalukan jika hendak membayar makanan dan pemenangnya yang membayar) dan keduanya mencari tempat. Akhirnya mereka ke lantai 2 yang tidak ada siapa pun.

"Gila ah yang di bawah, bikin mual," gerutu Byungchan dan membuka burgernya, mengigit dalam suapan besar dan mengunyah dengan cepat, lalu menelan, "apa gak bisa nyewa kamar biar lebih bebas berbuat? Eh tapi katanya nafsu memang selalu lebih maju duluan daripada logika ya?"

"Hmm."

"Serius loh rasanya kepengen gue samperin terus gue kasih duit biar bisa sewa kamar hotel terdekat," Byungchan tetap memuntahkan yang dipikirannya, "apa sih enaknya ciuman di tempat umum begini? Apa gak malu kalo dilihat oleh orang yang mereka kenal?"

"Katanya sih lebih menantang," Seungwoo kemudian pergi mencuci tangannya ke lantai bawah dan masih melihat pasangan yang membuat Byungchan mengomel di lantai dua melakukan sesi make out. Membuat Seungwoo bertanya-tanya, apa Byungchan akan tetap mengomel jika diajak oleh orang yang dicintainya berbuat seperti itu? Namun, pemikiran itu saja membuat Seungwoo nyeri, karena tidak bisa membayangkan Byungchan bersama orang lain. Saat kembali, Byungchan sudah selesai dengan burgernya dan mulai memakan nugget. Menyadarinya kembali, Byungchan bertanya, "kak Swoo, mereka masih melakukannya?"

"Sampai terakhir aku naik ke atas, masih."

Byungchan menghela napas dan memberikan pandangan tidak percaya. Menggelengkan kepalanya dengan dramatis dan bergumam, "dasar orang-orang yang lebih mementingkan nafsu daripada logika."

Setelah keduanya selesai makan, mereka turun membawa nampan makanan untuk membuang sampahnya di tempatnya. Saat lewat, pasangan yang menjadi topik pembicaraan Byungchan sudah tidak ada lagi. Entah karena mencari kamar terdekat atau diusir oleh beberapa orang yang sedang mengerjakan sesuatu dengan laptopnya karena suara desah mereka yang menganggu. Kembali ke apartemen dan Byungchan seolah tidak sadar jika Seungwoo mengikutinya ke kamar untuk tidur bersama, padahal kamar lainnya kosong.

Seungwoo tidak tertidur dan memandang Byungchan yang sudah jatuh tertidur di beberapa detik setelah kepalanya menyentuh bantal. Membenarkan selimut yang menutupi tubuh lelaki yang lebih muda darinya dan menatap Byungchan dengan sayang. Seungwoo membelai rambut Byungchan yang halus dan selalu beraroma yang tidak bisa diterjemahkannya, tetapi tahu itu bukanlah jenis shampo yang dijual di minimarket.

"Byungchan, maaf."

Seungwoo bergumam lirih dan mencium singkat lelaki itu, lalu memejamkan matanya dengan cepat. Tidak tahu jika Byungchan membuka matanya dan menatapnya dengan tatapan yang mungkin jika dilihatnya, tidak bisa didefinisikan.

"Kenapa?" Byungchan bergumam tanpa suara, tidak mau membuat Seungwoo terbangun, "Kenapa meminta maaf dan melakukannya saat aku tidak sadar?"

All These Nights I Call You My Best Friend | Seungchan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang