Chapter 10

5K 425 3
                                    

Jimin gak tau mau kemana dia pergi sekarang. Kaki pendeknya terus membawanya berlari menjauhi keramaian berkilo kilo meter.

Ia berhenti. Nafasnya tersengal dengan kening yg di banjiri peluh.

"AAARRRHGGGHHH..." Jimin berteriak meluapkan segala sesak yg mulai menghimpit dadanya.

Sesakit ini rasanya di khianati orang terkasih. Bahkan darah yg sedari tadi menetes dari luka menganga tak sesakit luka di hatinya.

Jimin gak tau lagi mau apa dan gimana. Otaknya kacau, buntu dan gak bisa berpikir. Bahkan untuk menangis sekedar melampiaskan rasa sakitnya dia gak bisa.

Ponselnya berdering dan menunjukan caller id Yoongi Hyung. Jimin segera mematikan ponselnya dan melempar kencang penuh emosi ke sembarang arah.

Nafasnya memburu, dan ia mengusap kasar wajahnya yg masih penuh dengan peluh. Kepalanya benar pening.

Lalu ia kembali berjalan. Seperti mayat hidup tanpa punya raga. Berjalan kemanapun kakinya membawa langkah itu.

Dan disinilah Jimin berhenti, di club mewah milik Jungkook, Persona.
Mencari tempat duduk paling sudut.
Ia hanya akan mencoba bersenang senang demi melupakan kepedihan hatinya.

Tak tanggung tanggung Jimin memesan 10 botol vodka langsung. Tak peduli seberapa keras minuman itu yg akan melubangi lagi lambungnya yg sudah tertambal.

Suara musik bergema riuh keseluruh sudut club malam ini, tanda pesta sudah di mulai dan sang di DJ mulai berkutat di mixing tablenya.

Para kupu kupu malam mulai mendekati buruan mereka termasuk Jimin. Tapi Jimin bergeming dan mengacuhkan para penggoda hasrat birahi.

Ia hanya fokus pada suara riuh musik house dan botol botol vodkanya.
Di meja itu tak ada lagi Jimin yg ramah dan menggemaskan. Hanya ada Jimin dengan tatapan tajam yg dingin dan sangat.

Seteguk

Sebotol

3 botol

5 botol

Entah sudah berapa waktu yg Jimin  habiskan disana. Pikiran kacaunya perlahan menguap. Sesaknya mulai berkurang. Ia mulai terasa mengawang. Bahkan sesekali ia tertawa.

Entah menertawai pria yg baru saja di tampar tepat di depan matanya, atau menertawai kebodohan dirinya karna terlalu dalam mencintai wanita jalang pencari harta.

"Jimin Hyung.." Jungkook datang dan langsung duduk di sebelah Jimin. "Kau datang? Sendiri Hyung?"

"Aku datang bersama luka hatiku, dik." Jimin memberi seringaian tajam pada Jungkook di wajah merahnya. Juga menunjukan luka menganga miliknya yg beberapa kali ia sirami Vodka. "Dan ini."

Jungkook mendesah gusar. Ia benar2 melihat Jimin sebagai orang lain, dengan rasa kecewa mendalam. Sebelumnya memang dia menerima telpon dari Yoongi yg mencari keberadaan Jimin. Asumsi Jungkook mereka bertengkar, tapi ekspetasinya tak separah ini.

Jungkook memanggil salah satu pekerja, menyuruhnya membawakan antiseptik dan perban ke meja mereka. Setidaknya luka tangan Jimin harus segera di tutup atau akan bertambah buruk nantinya.

"Kemari kan tanganmu hyung." Jimin menggeleng dan menyembunyikan punggung tangannya yg terluka. Dengan paksa Jungkook menariknya kasar dan segera mengguyur antiseptik ke robekan kulit yg cukup dalam dan lebar.

Huh itu pasti perih bangeet.

Tapi Jimin sama sekali gak mengernyit atau sekedar memekik karna luka yg berdenyut. Wajahnya datar dan malah memelototi luka yg sedang di balut sempurna oleh Jungkook.

[✓]   A F E K S I  | YoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang