Chapter 31

4.7K 137 13
                                    


💋💋💋

Di sebuah kedai mie ayam yang cukup ramai, Mita duduk bersama Dera. Mita terlihat memutar-mutar mie ayam panas di hadapannya, seolah sedang menunggu waktu yang tepat untuk memakannya. Di seberangnya, Dera sudah hampir menyelesaikan makanannya. Dia menyendokkan suapan terakhir, lalu mengalihkan perhatiannya pada Mita yang tampak larut dalam pikiran sendiri.

"Kalau hanya kau aduk-aduk saja, kasihan tukang mie ayam yang sudah lelah memasak untukmu," sindir Dera sambil menyeruput es jeruknya yang dingin.

Mita hanya menatap mie ayamnya, tak menggubris ucapan Dera sama sekali. Dera mengerutkan kening, heran dengan tingkah sahabatnya hari ini. Ada apa dengan Mita? Jarang sekali dia termenung seperti ini. Karena tak ingin membuang waktu, Dera pun memutuskan untuk bertanya.

"Hei, ada apa, Mi?" tanya Dera sambil menepuk bahu Mita pelan.

Mita tersentak, lalu menghela napas panjang seolah kelelahan. Di dalam hatinya, dia bergumul dengan sebuah rahasia yang mendadak membuat pikirannya penuh. Kenapa akhir-akhir ini bayangan bayi yang digendong oleh Sharon, salah satu mahasiswinya, selalu mengganggu? Siapa bayi itu sebenarnya? Apakah itu anak Sharon? Atau hanya adiknya? Haruskah dia bercerita ke Dera? Namun, pikiran itu segera ditepisnya. Mita menggeleng pelan dan kembali mengaduk mie ayamnya.

"Tidak ada apa-apa," jawabnya singkat.

Dera menghela napas panjang. Melihat sahabatnya terus mengaduk mie tanpa keinginan untuk memakannya, Dera pun memberikan saran dengan suara tenang, "Mie ayamnya dimakan dulu, Mi,"

Saran itu membuat Mita tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum tipis, mengangkat sumpit, lalu mulai memakan mie ayamnya. Waktu terus berjalan, dan ia harus segera mengajar. Untung saja Dera mengingatkannya, atau bisa saja ia terlambat masuk kelas hanya karena terbawa pikiran.

Saat Mita melahap makanannya, Dera menatapnya dengan ekspresi serius dan berkata, "Kalau ada masalah apa pun itu, jangan ragu untuk cerita ke aku,"

Kata-kata itu seolah kembali memicu bayangan tentang bayi yang digendong Sharon minggu lalu. Mita tersedak mendadak, membuat Dera sigap memberinya segelas air putih.

"Kau baik-baik saja?" tanya Dera, alisnya terangkat karena keheranan. Reaksi Mita terasa sangat berlebihan untuk sesuatu yang tidak penting.

"Aku baik-baik saja," jawab Mita sambil mengelap mulutnya dengan tisu.

Meski berkata begitu, hatinya bergolak. Dia menyadari bahwa beban pikiran ini tak mungkin terus dipendam. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk bercerita kepada Dera. Mungkin sahabatnya ini bisa memberinya perspektif baru.

"Kau tahu Sharon?" tanyanya sambil menatap Dera ragu-ragu.

Dera hanya menatapnya dengan wajah datar, "Iya, mahasiswi kesayanganmu, bukan?"

Mita mengangguk. "Kemarin, aku bertemu dengannya di mall. Kebetulan aku sedang belanja bersama Arnold,"

Mata Mita menerawang, membayangkan kembali peristiwa itu. Seminggu lalu, saat ia sedang berbelanja, ia tak sengaja melihat Sharon yang mengalihkan wajahnya saat tatapannya bertemu dengan Mita dan Arnold. Ada perasaan aneh yang tak bisa ia ungkapkan, seolah-olah ada rahasia besar yang sedang disembunyikan oleh mahasiswinya itu.

Dera, yang awalnya mendengarkan dengan santai, mengangkat alisnya, menunggu kelanjutan cerita. 

"Hanya bertemu? Bukannya itu sudah biasa terjadi di antara manusia?" komentar Dera dengan nada datar.

"Tunggu sebentar, aku belum selesai bercerita," balas Mita dengan sedikit ketus, merasa bahwa Dera terlalu cepat menilai.

"Saat itu, Sharon tidak sendirian," lanjutnya.

Dera memiringkan kepalanya, memasang wajah penuh tanya.

"Dia menggendong seorang bayi,"

Mendengar pengakuan itu, ekspresi Dera tiba-tiba berubah drastis. Wajahnya mendadak pucat, matanya menatap lurus ke depan seolah-olah sedang menyelam dalam lautan kenangan yang gelap. Mita menyadari perubahan tersebut dan mulai merasa bersalah. Apakah ia mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dibagikan kepada Dera?

"Kau tidak apa-apa?" tanya Mita penuh kekhawatiran.

Dera tidak menjawab. Hanya terdiam, wajahnya memancarkan kesedihan yang mendalam. Mita semakin penasaran. Ada apa sebenarnya dengan sahabatnya ini? Bukankah Dera yang tadi memaksanya untuk bercerita? Kenapa sekarang ia malah terdiam?

Beberapa detik berlalu dalam keheningan, dan akhirnya Dera mengerjapkan matanya, menarik diri dari lamunannya. Dia menghela napas panjang, lalu mengalihkan pembicaraan, "Sebentar lagi ada jadwal mengajar, kan? Ayo kita kembali ke kelas masing-masing. Mahasiswa-mahasiswa pasti sudah menunggu kehadiran dosen cantik ini," Ia tersenyum kecil, meski suaranya terdengar serak.

Mita memahami isyarat itu dan tahu bahwa Dera tidak ingin membahas hal ini lebih jauh. Ia mengangguk pelan dan menarik napas panjang. Tak lama kemudian, mereka berdua berdiri, meninggalkan meja setelah membayar pesanan masing-masing.

Sepanjang perjalanan menuju kelas, Mita terus memikirkan kejadian tadi. Ekspresi Dera yang mendadak pucat dan terdiam membuatnya merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya itu. Ada rahasia yang selama ini mungkin Dera simpan rapat-rapat, dan sepertinya, topik tentang Sharon dan bayi dalam gendongannya itu telah memicu kenangan buruk di dalam benak Dera.

Sementara itu, Dera berjalan di sampingnya dalam keheningan. Dia berusaha sekuat tenaga menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Pertemuan dengan Mita tadi telah mengungkit sesuatu yang selama ini ia sembunyikan, sebuah rahasia yang tak pernah ia bagi dengan siapa pun.

Di dalam hati kecilnya, Dera menyadari bahwa ada sesuatu yang akan berubah antara dirinya dan Mita. Namun, dia belum siap untuk mengungkapkan kebenaran. Baginya, rahasia itu terlalu kelam untuk diceritakan, bahkan kepada sahabatnya sendiri.

Ketika mereka sampai di depan kelas masing-masing, Dera berhenti sejenak dan menatap Mita dengan penuh arti. "Ingat, kalau ada apa-apa, aku selalu ada untukmu," ucapnya pelan.

Mita tersenyum lembut, lalu melangkah masuk ke kelasnya. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa kalimat sederhana dari Dera itu sebenarnya mengandung makna yang lebih dalam. Ada sesuatu yang ingin Dera ungkapkan, tapi ia memilih untuk menyimpannya sendiri.

Mita masih dibayangi oleh bayangan bayi dalam gendongan Sharon, sementara Dera kembali ke dalam lautan rahasia yang selama ini ia pendam seorang diri.

Mereka tak menyadari bahwa momen kecil di kedai mie ayam itu akan menjadi awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan misteri, rahasia, dan mungkin, pengungkapan masa lalu yang selama ini tersembunyi.

***
Wednesday, October 16, 2024

MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang