Chapter 21

4.3K 149 8
                                    


💋💋💋

Pagi itu, sinar matahari mulai masuk lewat celah-celah jendela, memberikan kehangatan yang perlahan membangunkan Arnold. Ia membuka matanya perlahan, mendapati dirinya dalam posisi berhadapan dengan Mita yang masih terlelap. Mata Arnold menelusuri wajah istrinya yang tampak damai, membuat senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Ia memperhatikan setiap detil wajah Mita, dari bulu matanya yang lentik hingga helai rambut yang jatuh berantakan di pipinya.

Dengan lembut, Arnold mengusap pipi Mita, membuat wanita itu sedikit bergerak. Mata Mita mengerjap, perlahan membuka, dan pandangan mereka bertemu. Arnold tersenyum tipis.

“Selamat pagi," bisik pria itu pelan dengan suara beratnya.

"Jam berapa sekarang?” tanya Mita yang baru sadar dari tidurnya terlihat sedikit kebingungan.

“Jam delapan,” jawab Arnold tenang, tanpa melepas senyum dari wajahnya.

Mendengar itu, Mita terlonjak, berusaha duduk cepat.

“Oh tidak! Aku terlambat!” serunya sambil mencoba mencari-cari sesuatu di nakas samping tempat tidur.

Namun, Arnold menahan tawanya, lalu mengarahkan pandangannya ke kalender kecil yang terletak di sana.

“Coba lihat kalender dulu,” ujar Arnold sambil menahan senyum.

Mita menoleh ke arah kalender tersebut. Tanggal merah. Dengan lega, ia menyadari bahwa hari ini adalah hari libur dan ia tak punya kewajiban mengajar. Dia menghela napas panjang, kemudian kembali berbaring, merasa nyaman di tempat tidur. Arnold yang memperhatikannya dari samping terlihat geli melihat tingkah Mita.

“Kau yakin akan telat?” goda Arnold, memasang senyum nakal yang sangat jarang dilihat Mita.

Mita melirik ke arahnya, lalu berusaha menahan tawa. Arnold benar-benar sudah kembali seperti dirinya yang dulu—hangat, penuh perhatian, dan tanpa tatapan dingin yang beberapa hari terakhir selalu ia tunjukkan.

“Diamlah,” jawab Mita sambil menutup matanya lagi, menikmati sisa pagi yang masih cukup lama untuk bermalas-malasan.

Namun, tak lama setelah Mita memejamkan matanya, ia merasakan sesuatu yang berat di tubuhnya. Saat membuka mata, wajah Arnold sudah sangat dekat dengan wajahnya, begitu dekat hingga ia bisa merasakan napas suaminya yang hangat. Mita menatapnya bingung, matanya penuh tanda tanya.

“Ka-kau mau apa?” tanyanya, suaranya nyaris tak terdengar karena degup jantung yang makin cepat.

Arnold menatapnya dalam, bibirnya melengkung dengan senyum nakal yang membuat Mita sedikit gelisah.

“Menurutmu?” jawabnya dengan suara rendah.

Merasa bingung sekaligus tergelitik, Mita berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tapi Arnold dengan cekatan mendekatkan dirinya, hingga bibirnya berada di leher Mita. Dengan perlahan, ia mulai menanamkan ciuman di sana, menciptakan sensasi yang membuat Mita menahan napas.

“Ssshhh,” bisik Arnold di telinga Mita, suaranya rendah dan lembut.

"Your smell makes me addicted,"

Mita merasa seolah tubuhnya melemah di bawah pesona Arnold. Ia mencoba menahan diri, namun kehangatan dan keintiman yang diciptakan Arnold membuatnya sulit untuk tidak terbuai. Menyadari dirinya mulai terhanyut, Mita dengan sigap berusaha mengalihkan fokus Arnold.

MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang