Chapter 18

3.9K 126 6
                                    


💋💋💋

Hari ini, Mita kembali memutuskan untuk mengantarkan makan siang untuk Arnold. Untuk kedua kalinya, ia meminta izin agar Pak Harsoko menggantikannya mengajar. Semalam ia berpikir keras, berharap kali ini upayanya bisa meluluhkan hati Arnold. Meski kemarin sudah mencoba, respons dingin suaminya masih menyisakan luka. Namun, Mita tak ingin menyerah. Ia ingin terus berusaha hingga Arnold mau berbicara dengannya.

Mita berangkat sejam sebelum jam makan siang, berharap agar tidak terulang kejadian kemarin, di mana ia harus menunggu dan Arnold malah memberikan makan siangnya kepada orang lain. Ia tiba di gedung kantor dengan semangat yang dipaksakan. Begitu turun dari mobil, seorang satpam menyapanya.

“Mencari Pak Arnold, Nona?” tanya Pak Satpam, menyadari kehadiran Mita.

“Iya. Apa dia ada di dalam?” jawab Mita sambil tersenyum.

Pak Satpam menggelengkan kepalanya. “Maaf, Pak Arnold sedang rapat dengan salah satu kliennya. Baru saja, sekitar sepuluh menit yang lalu, beliau pergi dengan sekretaris dan kliennya. Mereka naik mobil ke luar kantor. Tidak tahu di mana rapatnya dilangsungkan,"

“Oh, tidak apa-apa, Pak. Saya hanya ingin mengantarkan makan siang untuk Arnold,” ucap Mita tetap dengan senyum, meski hatinya sedikit kecewa.

“Maaf, Nona. Saya tidak tahu kalau Nona mau mengantar makan siang,” sahut Pak Satpam dengan nada sedikit menyesal.

Mita kembali tersenyum kecil, lalu berjalan memasuki gedung. Karena Arnold masih dalam rapat, Mita memutuskan untuk memanfaatkan waktu ini sebaik mungkin. Ia memasuki kantor Arnold, meletakkan paper bag makan siang di meja, dan menyematkan secarik catatan kecil di atasnya. Dengan harapan Arnold akan membacanya.

Setelah memastikan makan siang itu terletak rapi di meja Arnold, Mita keluar ruangan dan akan memantau Arnold dari kejauhan.

***

Arnold kembali dari rapatnya setelah jam makan siang. Ia masuk ke ruang kerjanya, matanya langsung tertuju pada sebuah paper bag berwarna berbeda dari yang biasa ia bawa. Di atasnya, tertempel notes kecil berwarna merah muda yang menarik perhatiannya. Tanpa ekspresi, Arnold membaca pesan di catatan itu:

“Jangan lupa makanlah sesuatu dalam paper bag ini. Aku yakin kamu suka :)"
- Sheila Mita.

Arnold menatap note itu sejenak, lalu menarik napas panjang. Tanpa membuka isi paper bag tersebut, ia mengambil note berwarna merah muda itu dan meremasnya, lalu melemparnya ke tempat sampah di sudut ruangan. Setelah itu, ia membawa paper bag tersebut keluar dari ruangannya.

Langkahnya terhenti di depan meja Fina, sekretaris pribadinya, yang tengah sibuk menatap layar komputer. Arnold meletakkan paper bag tersebut di mejanya tanpa berkata apa-apa.

Fina yang awalnya asyik bekerja, mendongak dan menatap heran. Melihat paper bag yang diletakkan Arnold, Fina sedikit bingung. Ia membuka paper bag itu dan menemukan sebuah kotak makan di dalamnya. Fina merasa beruntung, karena sejak rapat tadi ia belum makan siang. Dengan senang hati, ia memakan hidangan yang diberikan oleh atasannya, meski tak menyadari siapa sebenarnya yang menyiapkan makanan tersebut.

Tanpa sepengetahuan Arnold, dari kejauhan Mita menyaksikan semua itu. Rasa sakit muncul lagi di dadanya saat melihat Arnold meletakkan paper bag miliknya di meja Fina dan meremas note kecilnya sebelum masuk kembali ke dalam ruangan. Ia merasa upayanya sia-sia lagi.

MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang