"Mengapa kau berteriak seperti tadi, Laura?" Suara Harry palsu tiba-tiba merobek keheningan diantara kami.
Aku mengarahkan pandanganku ke dirinya, lalu menggeleng. Perlu beberapa detik untuk menjawab perkataannya, lantas aku menghirup napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya pelan. Belum sempat aku membuka mulut, aku teringat oleh perkataan Kylie. Dia bukan Harry, dia hanya ilusiku saja.
Jadi, aku tidak mengubrisnya.
"Laura!" Dia memanggil namaku kembali, aku tetap tidak mengubris.
Indra pendengaranku menangkap suara pintu terbuka, sontak aku menengok ke arah pintu. Melihat seorang err-mungkin perawat dengan sebuah nampan masuk ke dalam ruanganku, aku hanya tersenyum tipis ke arahnya.
Dia terlihat ragu ketika berjalan ke arahku, aku tahu mungkin dia menganggapku semacam psikopat atau semacamnya karena kejadian Kylie tadi. Persetan dengan itu, aku bukan psikopat. "Kau takut denganku?"
Dia yang tadinya menunduk, sekarang mendongkak ke arahku lalu menggeleng singkat.
"Aku tidak akan menyakitimu, sumpah."
"Mengapa kau menyakiti Kylie?"
"Aku tidak sadar," lalu aku mengangkat kedua bahuku. Dia menaruh nampan yang berisi beberapa obat, beberapa iris roti selai, dan susu. "siapa namamu omong-omong?"
"Aku? Eh - namaku Emily."
Aku hanya mengangguk, dan dengan itu dia pergi keluar. Jadi aku sendirian, lagi. Tidak ada aktivitas yang bisa kulakukan disini.
"Laura." Dia kembali bersuara dan aku tahu itu bukanlah Harry. Dia bukan Harry yang kucinta, dia hanyalah halusinasiku.
Dan aku tidak boleh terus menerus hidup di dalam halusinasiku. Aku harus sembuh.
*
fix gue tau chapter inii gapenting, tapi percaya sama gue kalau chapter ini sedikit penting.
btw 4-5 chapter lagi illusion habis, sediih :")