"Aku tak percaya kau kembali, Harry."
Aku bersandar di pundak Harry sembari ia membawa selimut tebal itu untuk membungkus tubuhku. Memegang tangannya erat, aku dapat merasakan kulitnya bersuhu rendah, sangat-sangat dingin. Dia membawa kepalaku ke arah dadanya, hembusan napasnya yang dingin menelusuri pori-pori kulit kepalaku.
Aku tersenyum, mengingat ini sudah dua jam bersamanya. Semua bebanku hilang seketika ketika melihat senyuman yang memperlihatkan lesung pipinya itu, wajahnya terlalu sempurna untukku. Sudah sebulan rasanya aku tidak melihat senyuman indah itu.
"Menikmati pemandangan, eh?" Dia terkekeh pelan, membawa tangannya ke arah rambutku dan membuat rambutku semakin kacau. "Aku merindukan suasana seperti ini."
Pun aku tersenyum mendengar perkataannya. Aku menggumam pelan, "Aku juga sangat merindukan suasana seperti ini."
Tubuhnya dingin, masih sangat dingin. Aku tidak tahu mengapa, atau mungkin karena ia terlalu lama diluar pada malam hari, sehingga tubuhnya bersuhu seperti ini.
"Harry?"
"Ya?"
Aku bahkan belum sempat menjawab perkataan Harry, tiba-tiba knop pintu bergerak dan menampakan seseorang paruh baya dengan baju tidurnya. Dia menyerngit, dan menatapku dengan tatapan aneh. Dia membawa kakinya ke arah kasurku, menimbulkan suara hentakan kaki yang pelan (mungkin karena lantai ini terbuat dari kayu).
"Ibu?" Aku memanggilnya.
Matanya menyapu ke arah sekitar, "Kau berbicara dengan siapa?"
Aku sedang berbicara dengan siapa?
*
#a6