Aku menyadari seseorang mengguncang tubuhku. Refleks, pun aku membuka mataku dan menemukan diriku berada di mobil.. mobil Niall?
"Bangun, sebentar lagi kita akan sampai."
Bagaimana bisa aku masih berada disini? Seingatku, beberapa jam yang lalu aku loncat dari mobil Niall karena refleks akibat sebuah mobil hitam akan menghantam mobil Niall, dan dengan bodohnya aku loncat dari mobil Niall, dan akhirnya aku yang terhantam mobil itu.
Satu hal yang aku tidak mengerti disini, mengapa aku bisa berada di dalam mobil Niall? Pun aku melirik arloji, ini sudah pukul sembilan pagi. Itu artinya, aku akan melewatkan mata kuliahku? Gadis di dalam batinku bersorak kegirangan.
Aku menyapu ke arah sekitar, tanpa memperdulikan ibu yang terus mengoceh. Ini daerah pinggir kota London, mengapa ibu dan Niall tidak membawaku ke psikolog yang berada di tengah kota London saja?
"Laura, apa kau mendengarku?"
Aku menoleh ke arah ibu, lalu menggeleng. "Tidak." Aku menjawab dengan entangnya, tidak peduli ibu marah atau tidak. Semua yang ku pikirkan hanyalah; bagaimana semua itu terjadi? Apa tadi hanya sebuah mimpi? "Niall?" panggilku, namun mataku hanya tetap menatap kosong ke arah jalan raya.
Yang dipanggil menoleh, "Ada apa?"
Aku melirik ke arahnya, terlihat di wajahnya seolah tidak terjadi apa pun. Apa semua ini hanya mimpi? Sial, mimpiku sungguh aneh. "Aku tidak tahu apa aku sedang bermimpi apa tidak, yang jelas - tadi mobil Niall mau menabrak range rover hitam, dan sontak aku pun meloncat dari mobil Niall, dan - dan aku - rohku keluar dari tubuh, lalu aku bertemu dengan Harry! Bayangkan! Aku bertemu dengan Harry - sudah berturut-turut, aku sudah bertemu dengannya tiga kali semenjak tengah malam tadi! Oh astaga - aku - "
"HENTIKAN LAURA!" sentak ibu, aku dengan napas yang terengah pun menoleh ke arahnya. Wajahnya terlihat sangat frustasi dan bercampur dengan amarah, terlihat dari garis-garis keras yang menghiasi wajahnya. "Kau -" dia menunduk, membawa tangannya ke rambut. "Harusnya, kau tidak boleh seperti ini terus. Kau selalu berhalusinasi - memimpikan Harry, kau tidur sepanjang perjalanan.
"Oleh karena itu, ibu membawamu kembali ke rumah sakit jiwa. Ibu menyesal karena telah mengeluarkanmu dari rumah sakit jiwa. Laura, kau belum sembuh. Ibu tidak mau hal yang sama terjadi, aku tidak mau kehilangan putriku. Dan kau tidak jadi tinggal bersama ayahmu di Sydney."
Aku menggeleng. Aku tidak gila.
"Tidak! Aku tidak gila, kau yang gila, bu!" Aku berteriak histeris, mencondongkan tubuhku ke arah ibu dan membawa tanganku ke arahnya. Aku berusaha mencakarnya, namun tidak bisa, dia terus menghindar. Sial, sial!
"Laura! Hentikan, dia ibumu!" Aku tersentak ketika mendengar suara Niall yang meninggi beberapa oktaf.
"Niall! Kembali ke rumah, ku mohon.. aku tidak gila, bukankah begitu?"
"Laura, aku sangat mencintaimu. Tapi, kau harus. Ini semua demi kebaikanmu, aku sangat mencintaimu, oke?"
Aku mengatur napasku, lalu kembali ke arah depan.
Aku sungguh bingung dengan semua ini, sial, sial, sial! Mengapa semuanya terasa sangat nyata?
*
Berarti chap sebelumnya adalah.. mimpinya laura. Laura bakalan masuk rumah sakit jiwa, sumpah kali ini bukan halusinasinya.