Semalam aku bermimpi tentang insiden sadis itu.
"Fuck!" aku menggeram pelan lalu mengambil napas dalam. Aku berani bersumpah, bahwa pada saat itu aku berniat untuk menyakiti diriku sendiri. Aku tidak ada niat untuk menyakiti Harry.
Ketika aku melihat cermin, aku melihat seorang gadis berambut coklat tua sedang tersenyum gusar disana, hidungnya kembang-kempis seperti ingin memuntahkan kemarahannya pada dunia. Dia terlihat begitu kacau, sangat-sangat kacau. Rambut coklatnya itu terlihat sangat kusut seperti tidak pernah disisir, dia seperti tidak memiliki semangat hidup lagi hari ini.
Persetan dengan kekasihku saat ini, aku masih sangat mencintai Harry.
Aku berusaha untuk mengontrol diriku, aku menarik napas panjang. Tenang Laura, tenang, kau harus tenang.
Sialan karena mimpi itu menghampiriku disaat aku ingin melupakan semua kejadian itu, aku hampir lupa dengan semua kejadian itu. Aku kembali ke tempat tidur. Ketika aku melihat kalender, aku sontak terkejut. Hari ini, tepat dua tahun insiden itu. 1 Februari 2012. Tepat ketika dia berulang tahun.
"Selamat ulang tahun Harry." Aku menggumam pelan, dan tanpa ku sadari air mataku berjatuhan. Aku tidak mengedipkan mataku untuk menghapus mereka dari pandanganku. Aku hanya membiarkan air mataku membuat pandanganku menjadi kabur dan semakin kabur.
"Happy birthday to you, happy birthday to you. Happy birthday, happy birthday. Happy birthday Harry.."
Aku menggeleng lalu menutup mataku. Membiarkan air mata itu mengalir deras membasahi pipiku. Seandainya saat itu Harry tidak menyuruhku untuk berhenti, maka pisau itu tidak akan tertancap di perutnya.
Dan aku juga tidak akan berbohong tentang semua ini.
Aku tidak akan berbohong soal kematian Harry.
"Terimakasih, Laura."
Ketika mendengar suara itu, aku langsung mendongkak ke atas dan membuka mataku. Mencari dimana suara itu berasal.
*